Trauma kejiwaan membuat Sisri (bukan nama sebenarnya) takut melahirkan. Pasalnya saat masih kecil ia melihat ibunya melahirkan mendadak di rumah. Setiap ingatan itu datang, Sisri mengeluarkan keringat dingin dan lemas. Ketika Joko melamarnya, Sisri bertanya apakah bisa mereka menikah tanpa memiliki seorang anak? Joko menerima hal itu dan mereka hidup bahagia sampai sekarang berdua saja.
Bagaimana jika childfree menjadi trend? Tentu jika itu terjadi, dunia jadi sepi dari tangis bayi. Namun saya percaya, akan masih lebih banyak orang dan pasangan yang berangan-angan memiliki keluarga yang lengkap (ayah-ibu-anak), dibandingkan mereka yang mendeclare childfree.
Jika sebuah keluarga memberi contoh kehangatan di antara anggota keluarganya, saling menyayangi, saling mengasihi, suka bercanda, saling menolong, saling membela, maka kebersamaan keluarga yang indah itu akan terpatri di hati seorang anak. Ia akan mengenang dan memiliki keinginan untuk menduplicate kebahagiaan itu dalam keluarga yang dibentuknya sendiri nanti. Demikian menurut pendapat saya. Kalau menurut Anda, bagaimana?**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H