Saya jadi ragu masakan Indonesia bisa menjadi tuan di negerinya sendiri. Saya lihat orang-orang yang makan di food court itu, rata-rata memesan masakan Jepang, China, atau Korea. Apa memang setiap hari seperti itu, atau kebetulan saja pas saya makan, yang saya temui adalah orang-orang penggemar hidangan franchise?
Saya berpikir hidangan seperti Kupang Lontong dan hidangan tradisional lainnya, harus lebih gencar dipromosikan sebagai kuliner Indonesia. Anak-anak dan generasi muda - yang sudah terjerat dengan berbagai kuliner asing - perlu dikenalkan berbagai hidangan tradisional. Peribahasa lama masih berlaku: kalau tak kenal, maka tak sayang. Kaitannya dengan kuliner tradisional ini, kalau tidak dikenal anak-anak dan generasi muda, bagaimana mau disayang dan dihargai lebih-lebih disukai?
Solusinya kita nggak usah muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja. Misalnya posting makanan tradisional yang kita beli dan diberi caption yang menarik; meminta anak-anak mencoba berbagai jenis masakan tradisional, minimal mereka mengerti masakan A dari daerah B; menghidangkan  masakan tradisional dalam menu sehari-hari.
Apa perlu boikot kuliner China, Jepang, dan Korea? Ya, tidak perlu. Sesekali makan kuliner asing malah bagus agar lidah kita tidak manja dengan rasa yang itu-itu saja. Supaya kalau pergi ke luar negeri, lidahnya mudah beradaptasi, dan nggak selalu harus cari nasi, seperti artikel Pak Tonny yang ini, hehehe.
Salam.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H