Asal-usul kata narsisme sendiri konon berasal dari mitologi Yunani. Dahulu ada seorang pemuda bernama Narcissus. Ia sangat tampan dan bodinya juga atletis. Banyak gadis naksir padanya tapi tidak dipedulikan oleh si Narcissus ini. Cuek kayak bebek betul pokoknya.
Si Narcissus ini sering becermin tapi tidak ada cermin, maksudnya waktu itu mungkin belum ada ya, jadi dikisahkan bahwa Narcissus berkaca di air kolam atau danau. Analognya waktu saya SD dulu ngaca di ruang UKS, gitu ya. Zamannya Narcissus belum ada UKS jadi dia nyari kolam yang airnya jernih.Â
Penting banget airnya jernih karena wajah tampannya jadi kelihatan kinclong, coba kalau kolamnya butek, pasti wajahnya juga jadi mbleret, ilfil ntar dia.
Nah, durasi ngaca di kolam itu sudah nggak terhitung sampai-sampai Narcissus jatuh cinta pada dirinya sendiri. Pokoknya dia sangat mengagumi dirinya, hingga suatu saat ia mati tercebur di dalam kolam. Nah, jangan sampai ya, seperti si Narcissus ini. Seharusnya ketampanannya bisa ia gunakan dengan lebih baik, jadi model kek, jadi bisa menghasilkan banyak duit. Ini malah cuma dipandangi sendiri sampai tercebur. Sungguh perbuatan yang sia-sia, ygy...jangan dicontek.
Jadi jangan sampai kita memiliki sifat narsistik atau bahkan narsisme, ya. Kalau narsis tipis-tipis macam suka sekali becermin atau selfie-selfie, nggak papalah itu. Dan yang paling penting di antara semuanya, wajah yang tampan atau cantik itu nggak berguna kalau tidak ditunjang dengan perilaku yang baik. Salam.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H