Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sifat Selalu Merasa Paling Benar Harus Dikikis Habis, Bagaimana Caranya?

21 Januari 2023   10:06 Diperbarui: 21 Januari 2023   10:18 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu punya teman yang selalu merasa paling benar? Atau mungkin kamu sendiri yang memiliki sifat seperti itu? Atau kamu nggak sadar kalau mempunyai sifat selalu merasa benar?

Orang yang selalu merasa benar, biasanya suka berkomentar seperti ini: Itu seharusnya begini. Jangan begitu, harus begini. Menurut saya itu begini.

Perkataan seperti itu wajar saja jika diungkapkan hanya pada masalah-masalah yang dikuasai betul. Tapi kadang ada orang yang di setiap persoalan selalu urun rembug  menunjukkan bahwa ia serba tahu.

Jika tidak puas dengan suatu urusan, ia  membuat quote untuk menyindir orang lain. Atau mencari-cari quote yang bisa mendukung pendapatnya, lalu memasang quote pada statusnya dengan perasaan menang. Bangga. Puas.

Zaman saya masih remaja, saya pernah membeli buku kecil berisi kata-kata mutiara, atau istilah kekiniannya quote, ya. Salah satu kata mutiara yang saya hafal sampai sekarang adalah ini "Orang yang selalu merasa benar adalah orang yang bodoh."

Sebagai manusia biasa, saya juga pernah tergelincir merasa paling benar. Di saat-saat seperti itulah saya teringat kata mutiara yang pernah saya baca itu, dan nyengir sendiri karena tersadar telah bertindak bodoh.

Akhirnya saya menyadari bahwa pada masalah di mana saya bersikukuh pada 'pendapat benar' saya, ternyata ada alternatif kebenaran lain yang bisa jadi lebih baik.

Orang yang selalu merasa benar biasanya dapat melihat semut di seberang lautan, namun gajah di pelupuk mata tak bisa dilihat. Tentunya hal ini tidak baik, di saat kita pandai mencela kesalahan orang lain, tapi kekeliruan-kekeliruan pola pikir kita sendiri tidak disadari.

Supaya tidak terjerumus dalam sifat selalu merasa paling benar sendiri, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Yuk, simak, yuk ... agar kita semua dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

1. Dalam menyikapi orang lain, cobalah untuk masuk ke dalam sepatunya.  

Mencoba berdiri pada posisinya dan memahami sudut pandangnya. Jika tak bisa masuk, berarti memang terdapat perbedaan sudut pandang. Berbeda tentu sangat wajar karena kita semua tumbuh dalam lingkungan dan didikan orang tua yang tak mungkin sama. Tak usah mencoba 'meluruskan' orang yang kauanggap bengkok hanya karena ia berbeda prinsip denganmu, karena dalam pandangan orang tersebut justru dirimulah yang bengkok dan perlu diluruskan.  Dunia akan semakin riuh Jika orang sibuk meluruskan orang lain. Daripada sibuk membuat dunia riuh, mending melihat jauh ke dalam hati, benarkah sudah lurus betul sesuai versi kita? 

Ternyata di dalam hati sendiri masih ada bengkok-bengkoknya. Masih ada ulat-ulat hati yang sering bikin gatal berghibah. Mari sibuk mengurusi hati sendiri karena itu penting. Kelak kita tidak dapat bergantung pada orang lain, walaupun itu pasangan hidup kita atau anak kita. Besok di akhirat, semua nafsi-nafsi, sendiri-sendiri. Keburukan kita di dunia, kita sendiri yang akan menanggungnya.

2. Membaca buku


Membaca akan memperkaya wawasan kita, menambah pengetahuan. Tak jarang dengan membaca buku kita jadi menyadari kekeliruan pandangan hidup kita. Bacalah banyak buku tentang motivasi, buku filosofi, atau buku agama agar kita dapat menjadi lebih bijak. Bacalah buku teknis yang mendukung tupoksi kita di kantor agar lebih memahami dan expert dalam bidang kita.

3. Sekolah lagi atau kursus


Jika masih ada kesempatan, umur masih memenuhi syarat, dana ada, bolehlah kuliah lagi. Kalau memang perlu, kuliah sampai jenjang tertinggi. Kuliah sampai S3, tidak akan membuat kita jadi sombong. Justru kita jadi paham bahwa pengetahuan kita itu masih seujung kuku, karena banyak hal yang kita belum tahu, yang perlu kita pelajari.
Kalau malas sekolah/kuliah, ambillah kursus-kursus singkat terkait profesi atau hobi.

4. Bergabung dengan komunitas hobi


Berkenalan dengan orang baru dalam komunitas akan membuka wawasan baru dan berkenalan dengan lebih banyak karakter akan membuat kita tidak seperti katak dalam tempurung.

5. Bacalah kitab suci, karena di dalamnya merupakan sumber dari segala kebenaran.

 Membaca kitab suci akan membuat kita menjadi lembut hati. Jika perlu kita juga bisa mengikuti kajian-kajian, dan berguru pada ahli agama agar pemahaman kita terhadap tafsir-tafsir kitab, tidak melenceng dari ajaran nabi.

InsyaAllah dengan melakukan kelima hal di atas, kita akan terjaga dari sifat selalu merasa paling benar sendiri  karena kita akan tersadar bahwa di atas langit masih ada langit yang lain. Di atas kebenaran versi kita, ada kebenaran lain, dan ada kebenaran yang paling hakiki. Salam.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun