Mencoba berdiri pada posisinya dan memahami sudut pandangnya. Jika tak bisa masuk, berarti memang terdapat perbedaan sudut pandang. Berbeda tentu sangat wajar karena kita semua tumbuh dalam lingkungan dan didikan orang tua yang tak mungkin sama. Tak usah mencoba 'meluruskan' orang yang kauanggap bengkok hanya karena ia berbeda prinsip denganmu, karena dalam pandangan orang tersebut justru dirimulah yang bengkok dan perlu diluruskan. Â Dunia akan semakin riuh Jika orang sibuk meluruskan orang lain. Daripada sibuk membuat dunia riuh, mending melihat jauh ke dalam hati, benarkah sudah lurus betul sesuai versi kita?Â
Ternyata di dalam hati sendiri masih ada bengkok-bengkoknya. Masih ada ulat-ulat hati yang sering bikin gatal berghibah. Mari sibuk mengurusi hati sendiri karena itu penting. Kelak kita tidak dapat bergantung pada orang lain, walaupun itu pasangan hidup kita atau anak kita. Besok di akhirat, semua nafsi-nafsi, sendiri-sendiri. Keburukan kita di dunia, kita sendiri yang akan menanggungnya.
2. Membaca buku
Membaca akan memperkaya wawasan kita, menambah pengetahuan. Tak jarang dengan membaca buku kita jadi menyadari kekeliruan pandangan hidup kita. Bacalah banyak buku tentang motivasi, buku filosofi, atau buku agama agar kita dapat menjadi lebih bijak. Bacalah buku teknis yang mendukung tupoksi kita di kantor agar lebih memahami dan expert dalam bidang kita.
3. Sekolah lagi atau kursus
Jika masih ada kesempatan, umur masih memenuhi syarat, dana ada, bolehlah kuliah lagi. Kalau memang perlu, kuliah sampai jenjang tertinggi. Kuliah sampai S3, tidak akan membuat kita jadi sombong. Justru kita jadi paham bahwa pengetahuan kita itu masih seujung kuku, karena banyak hal yang kita belum tahu, yang perlu kita pelajari.
Kalau malas sekolah/kuliah, ambillah kursus-kursus singkat terkait profesi atau hobi.
4. Bergabung dengan komunitas hobi
Berkenalan dengan orang baru dalam komunitas akan membuka wawasan baru dan berkenalan dengan lebih banyak karakter akan membuat kita tidak seperti katak dalam tempurung.
5. Bacalah kitab suci, karena di dalamnya merupakan sumber dari segala kebenaran.
 Membaca kitab suci akan membuat kita menjadi lembut hati. Jika perlu kita juga bisa mengikuti kajian-kajian, dan berguru pada ahli agama agar pemahaman kita terhadap tafsir-tafsir kitab, tidak melenceng dari ajaran nabi.
InsyaAllah dengan melakukan kelima hal di atas, kita akan terjaga dari sifat selalu merasa paling benar sendiri  karena kita akan tersadar bahwa di atas langit masih ada langit yang lain. Di atas kebenaran versi kita, ada kebenaran lain, dan ada kebenaran yang paling hakiki. Salam.**