Perjalanan hobi menulis saya kalau mau dihitung-hitung barangkali ada puluhan tahun. Pasang surut sudah saya alami, bahkan pernah saya vakum selama beberapa tahun (bermula saat saya pertama kali diterima kerja sebagai PNS).Â
Waktu itu saya merasa hobi saya menulis fiksi, bertentangan dengan pekerjaan saya sebagai peneliti*. Pekerjaan mengharuskan saya menulis ilmiah, namun hobi saya menulis non ilmiah. Otak kanan dan kiri seharusnya bisa seimbang, namun saat itu saya merasa rancu di tengah-tengah. Jadi saya memilih berhenti dari hobi menulis fiksi.
Namun kemudian saya disadarkan bahwa selama tahun-tahun kevakuman itu, seolah ada yang hilang dari diri saya. Seolah saya menghapus salah satu sumber kebahagiaan saya, demi citra yang semu.
Saya mengira bahwa dengan menjadi pegawai negeri (apalagi peneliti) saya harus lebih serius, merepresi jiwa seni, menjadi orang yang kaku. Tentu saja perkiraan saya salah. Saya kemudian berjumpa dengan orang-orang sesama pegawai negeri yang di samping bekerja sebagai abdi negara, juga masih produktif menulis buku, ataupun mengembangkan hobinya di bidang seni. Mereka bisa menyeimbangkan pekerjaan utamanya dengan hobi, tanpa mengganggu satu sama lain.
Lalu saya mulai kembali menulis fiksi setelah vakum, dan memilih menggunakan nama pena. Saya kembali menjadi penulis hanya di dunia penulis - dunia maya yang seolah terpisah dengan dunia nyata. Saya membuat akun sosmed alternatif dengan nama pena saya, dan mulai menjajal lagi dunia kepenulisan dengan mengirimkan naskah ke media.
Saya bersenang-senang dalam dunia yang saya ciptakan sendiri, seolah saya menjadi dua orang yang berbeda. Indah di dunia nyata dan Kalya Innovie (nama pena saya) di dunia maya kepenulisan. Sampai saya merasa lelah sendiri mengurusi dua akun sosmed (facebook).
Akhirnya akun alternatif saya tutup. Saya berkontemplasi. Masih menulis, dan memutuskan menggunakan nama asli, nama pemberian orang tua saya.
Pelan-pelan saya mulai membuka diri, menyampaikan pada dunia bahwa saya penulis dan saya juga seorang PNS. Saya peneliti yang bisa menulis tulisan ilmiah, dan saya juga penulis yang gemar menulis cerpen dan artikel ringan. Teman-teman saya di kantor tahu kalau saya suka menulis, dan teman-teman sesama penulis juga paham kalau saya seorang PNS. Inilah saya, tanpa ditutup-tutupi. Inilah saya yang bahagia dengan kondisi saya sekarang ini.
Inilah saya, yang sekarang bisa membagikan nasihat pada teman-teman yang mungkin pernah mengalami kondisi serupa. Nasihat itu adalah, jangan mengorbankan hobi menulis, demi citra yang semu.
Teruslah menulis.
Menulis selalu bisa seiring sejalan dengan pekerjaan kita sebagai PNS. Tidak mencoreng citra, selama yang kita tulis adalah hal-hal yang positif. Â