"Beli di sekolahnya Amel," sahut suami.Â
Saya segera mengambil si latto-latto dan mencoba memainkannya. Baru tiga atau empat kali mencoba saya langsung menyadari bahwa memainkan latto-latto tidaklah semudah yang saya lihat dimainkan oleh pakar latto-latto. Amel, si bungsu, ikutan mencoba main tapi dia juga tidak sabaran, sama seperti saya.
"Kok, kayak main hulahop saja ya, sama-sama susah," celetuk saya.
"Beda jauh," timpal suami saya sambil mengambil latto-latto dari tangan saya dan memainkannya. Dia sih lumayan, cukup terampil memainkan latto-latto. Berarti benar dulu dia suka main latto-latto di masa kecilnya.
Tak lama anak lelaki saya pulang dari sekolah dan tampak takjub melihat latto-latto.
"Wow, ada latto-latto!" Iapun langsung memainkan latto-latto walau melalui beberapa kali trial and error.Â
Lalu begitulah, seperti yang sobat Kompasiana sudah duga, maka selama beberapa hari suara tek tok tek tok juga terdengar sangat dekat, di dalam rumah kami sendiri.
Walaupun sempat salah info mengenai asal-usul latto-latto, akhirnya karena membaca artikel pak Chaerul Sabara yang ini, saya jadi paham bahwa mainan ini asalnya adalah dari Amerika! Wah, jauhnya perjalanan mainan itu hingga dimainkan juga oleh anak Indonesia, ya?
Dan rupanya era medsos ini turut memviralkan kembali si latto-latto hingga semua orang tahu dan ingin mencoba. Bahkan memunculkan ide perlombaan latto-latto juga di beberapa tempat.
Hanya saja berdasarkan beberapa peristiwa terlukanya anak-anak akibat mainan latto-latto, memang mainan ini perlu dibatasi penggunaannya. Saya sih setuju jika anak-anak dilarang membawa atau memainkannya di sekolah. Selain ada kemungkinan mengenai anak lain dan membuat cidera, juga suara berisiknya akan sangat mengganggu.
Setelah membaca artikelnya Pak Chaerul Sabara, saya sampaikan ke suami bahwa asal mula latto-latto adalah dari Amerika Serikat dan bukan Sulawesi Selatan. Saya ceritakan juga bahwa menurut Pak Chaerul Sabara, setelah mainan ini sampai di Indonesia, permainan ini paling terkenal di Sulawesi Selatan, makanya dinamakan dengan bahasa Bugis-Makassar yaitu latto-latto.Â