Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Mengenal dan Memasang Kamera Trap (1)

8 Desember 2022   21:56 Diperbarui: 8 Desember 2022   22:43 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan peserta belajar bersama. Saya yang memotret. (dokpri)

Apakah pembaca tahu apa itu kamera trap? Kamera trap atau kamera jebakan atau kamera perangkap, adalah kamera jarak jauh yang dilengkapi sensor gerak dan sensor panas (suhu) sebagai pemicu bekerjanya alat. Kamera trap biasanya digunakan oleh petugas kehutanan atau peneliti untuk memonitoring gerakan dan atau mempelajari kehidupan satwa liar.

Sebelumnya, karena tidak pernah terlibat dalam kegiatan konservasi, saya sama sekali tidak tahu apa itu kamera trap. Alat tersebut baru saya lihat waktu nonton Jirisan, reviunya bisa dibaca di sini. Dalam Jirisan, kamera trap dipakai oleh para jagawana di beberapa titik di taman nasional untuk berbagai kebutuhan selain pemantauan satwa.

Nah, mengapa saya yang biasa bekerja di ranah sosek kehutanan tiba-tiba ngomongin kamera trap, itu karena ajakan dari mas Uyab, teman seruangan yang kadang konyol padahal cerdasnya pol. Tentang dia sudah pernah saya ceritakan di sini.

Nah, di suatu pagi yang cerah dalam ruangan kerja kami, mas Uyab tiba-tiba menyapa saya.

"Mbak Indah, ayo kalau mau sama-sama belajar tentang kamera trap."

Saya lihat selain mas Uyab, sudah ada mas Dino dan mba Titi. Lalu mas Suher yang diajak belajar juga dan menyambut antusias. Mas Suher ini orang silvikultur, jadi nggak biasa juga dengan kamera trap. Katanya ia pernah lihat kamera trap di acara National Geographic.

Kami pun duduk melingkar di sayap kiri ruangan, dekat tempat duduk mas Uyab. Siap belajar bersama.

Jadi sebenarnya mas Uyab, mba Titi dan mas Dino itu memang sudah sedari lama niat belajar bersama, karena mba Titi rencananya akan segera studying abroad dan materi disertasinya adalah tentang satwa liar. Ia akan menggunakan kamera trap sebagai salah satu alat untuk mengumpulkan data.

Mas Uyab sudah familiar dengan kamera trap karena sudah beberapa kali menggunakannya dalam berbagai kegiatan riset. Sedangkan mas Dino pandai dalam mengolah data sehingga rencananya kedua orang tersebut akan mendukung penuh kegiatan riset mbak Titi nantinya.

Saya dan mas Suher tentunya posisinya adalah tim hore-hore yang murni belajar untuk membuka wawasan. Thanks ya, mas Uyab atas ajakannya sinau bareng.

Pertama sebelum mulai, mas Uyab mempersilakan kami untuk memegang kamera trap masing-masing satu, lalu menjelaskan bagian-bagiannya. Bagian luar ada kamera digital, sensor infra merah, flash array (media penyimpanan yang berisi drive memory flash), dan casing weatherproof (tahan panas dan hujan).

Bagian dalam kamera trap, di sebelah ada tempat untuk penyimpan baterai, dan di sebelahnya lagi ada tombol menu (untuk mensetting kamera sebelum dipasang), tombol power, dan slot memory card untuk penyimpanan data gambar yang tertangkap.

Kamera trap merek Bushnell HD (dokpri)
Kamera trap merek Bushnell HD (dokpri)

Setting kamera

Pelajaran setting kamera dimulai dengan menyalakan power, dan mulai melihat menu-menu yang ada pada kamera trap. Saya akan tuliskan beberapa menu penting, antara lain:

  • Capture delay: mengatur jeda antara tangkapan gambar yang satu dengan tangkapan gambar berikutnya. Pilihannya ada yang 5 detik, 20 detik, 1 menit, dll. Menurut mas Uyab penentuan capture delay ini harus memperhitungkan kekuatan baterai dan memori, karakter satwa yang ingin diteliti, dan tujuan pemasangan kamera atau tujuan riset secara umum.
  • Video length: atau panjang durasi video, misalnya dipilih 20 detik.
  • Smart IR (on): Smart IR atau smart Infra Red, sebaiknya selalu on. Fungsinya jika kamera menangkap gerakan satwa yang agak lama, misalnya sedang berkubang (lebih dari waktu yang sudah kita setting untuk capture delay), maka pada saat seharusnya dia berhenti, capture delay tidak akan berfungsi. Smart IR memahami bahwa gerakan satwa yang lama itu penting untuk dilihat oleh peneliti.
  • Motion test atau tes gerakan: Fitur motion test penting untuk mengetes luas jarak pandang kamera. Jarak pandang kamera seperti penjelasan mas Uyab adalah sepanjang sembilan meter, dan kamera masih dapat menangkap gambar selebar lima meter kanan kiri.
  • Pilihan longe range atau fast motion: LR akan menangkap lebih banyak gambar/aktivitas, tetapi tidak detail, sedangkan FM akan menangkap lebih sedikit gambar tetapi jelas. Tentunya memilih LR atau FM disesuaikan dengan tujuan pemasangan alat dan design yang disusun pada awal penelitian.

Setting atau mengatur menu di kamera trap (dokpri)
Setting atau mengatur menu di kamera trap (dokpri)

Di tengah-tengah keseruan belajar, Pak Andra masuk dan tertarik ikut bergabung. Karena jadi 'siswa baru', Pak Andra banyak menanyakan hal-hal yang sudah dijelaskan di awal. Akhirnya mbak Titi yang ditugasi menjawab pertanyaan Pak Andra, sebagai latihan belajar juga. Kehadiran Pak Andra semakin meramaikan suasana belajar.

Guru dan peserta belajar bersama. Saya yang memotret. (dokpri)
Guru dan peserta belajar bersama. Saya yang memotret. (dokpri)

Pentingnya design

Setelah belajar mengatur menu, mas Uyab menjelaskan pentingnya design sebelum memulai penelitian dengan menggunakan kamera trap. Semua alasan, tujuan, karakter satwa yang akan dilihat, metode pemasangan, penentuan titik pemasangan alat, harus dijelaskan dalam design penelitian yang dipahami oleh semua anggota tim yang terlibat.

Design penting karena kita harus mengefisienkan dan mengefektifkan alat yang tersedia dibandingkan dengan luas area yang akan diteliti. Misalnya hanya memiliki 25 kamera trap, sedangkan luas area yang diteliti adalah 100 hektar, maka bagaimana ke-25 kamera itu dapat terpasang dengan baik dan dapat memberikan data dan informasi seobjektif mungkin.

Penentuan titik pemasangan kamera dapat dilakukan di atas peta secara random, misalnya dengan menggunakan beras/biji-bijian. Titik random yang diperoleh nantinya bukan menjadi titik sampel, karena titik sampel masih dibolehkan diletakkan di area sekitar titik random yang memungkinkan pemasangan kamera trap.

Misalnya titik random yang diperoleh ternyata ada di tebing atau justru jurang, maka penempatan kamera trap dilakukan di area yang lebih terjangkau dan lebih memungkinkan tidak jauh dari titik randomnya. Selain cara manual, saat menentukan titik dapat juga dilakukan dengan menggunakan bantuan GPS.

Setelah menjelaskan tentang bagaimana menentukan titik pemasangan kamera trap, mas Uyab menjelaskan aturan pemasangan kamera trap, sebagai berikut:

  • Kamera harus dipasang di tempat yang aman, yaitu di batang pohon. Aman dalam arti dia kokoh, terlindungi. Aman dari tangan jail dan juga aman dari srudukan satwa liar, misalnya. Sekadar info, kata mas Uyab satu kamera harganya mahal, sekitar enam juta. Kamera ditempelkan pada batang pohon (sekitar 40 -- 50 cm dari tanah), diikat dengan gesper, dan diamankan dengan sling kawat yang harganya satu juta lebih. Nah, sudah dapat dihitung biaya alatnya saja berapa. Belum biaya kartu memory, baterai, tenaga pemasang kamera, dan lain-lain.
  • Arahkan kamera pada tempat yang kita anggap besar kemungkinan mendapat penampakan target. Peneliti konservasi biasanya sudah paham tanda-tanda jalan satwa yang ditandai dengan jejak, bekas kubangan, dan lain-lain.
  • Selain jejak satwa, perhatikan arah sinar matahari. Jangan sampai panas matahari terpantul dan mempengaruhi kamera dan mengganggu sensor panas.
  • Cari tempat sedatar mungkin agar gambar yang didapat bagus.
  • Pastikan tidak ada semak di depan kamera yang dapat mengganggu sensor gerak. Oleh sebab itu penting bagi tim membawa parang untuk melakukan pembersihan secukupnya di bagian depan kamera.

Setelah semuanya puas bertanya dari yang remeh temeh sampai yang serius, mas Uyab mengakhiri sesi belajar bersama.

"Besok kita lanjut dengan praktik pemasangan di lapangan, ya? Mbak Indah, mau ikut lagi?"

"Tentu dong, siapa takut," jawab saya gembira.

Gurunya semangat, muridnya tertular (dokpri)
Gurunya semangat, muridnya tertular (dokpri)

Belajar sesuatu yang baru bisa sangat menyenangkan, walaupun hanya untuk sebatas tahu saja. Mungkin juga karena 'guru'nya teman sendiri dan belajarnya dalam suasana yang informal dan sangat santai. Nantikan ya, kisah selanjutnya praktik pemasangan kamera trap di alam.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun