"Eh si Vita ini jaga koperasi kok nerima uangnya kurang, lho," kira-kira begitulah ia berbicara. Ih, malu-maluin saja si kakak buka aib. Mana pas ada banyak orang pula.
Untungnya orang-orang kompleks tidak merespons ucapan si kakak dan saya juga pura-pura bego.
"Apa sih, apa sih?" tanya saya pasang tampang inosen.Â
Kakak kelas yang baik hati itu hanya tertawa geli tapi tak mau memperpanjang permasalahan. Dan terkuburlah kisah uang yang kurang itu.Â
Hai kakak kelas di manapun kau berada sekarang, maafkan adik kelasmu yang culun dan cemen ini, hihihi. Mohon diikhlaskan sudah  menggenapi uang yang kurang.
Dari kisah di atas yang masih saya ingat itu, saya baru bisa menyimpulkan sekarang ini, bahwa banyak pelajaran kemandirian yang bisa dipetik dari sekolah SD saya di kota kecil yang tenang itu. Pelajaran kemandirian itu antara lain:
1. Pelajaran memasak air di dapur mulai dari menyalakan kompor hingga menyeduh teh. Sepertinya sepele, tapi bila tidak pernah melakukan tentu akan canggung dan ngah-ngoh seperti saya waktu itu.
2. Pelajaran berorganisasi sejak dini. Murid dilibatkan menjadi pengurus koperasi, bahkan menjadi ketua. Walau saya sesalkan saya kurang aktif bertanya saat itu dan hanya sekadar menjalani saja. Apalagi kemudian saya cepat pindah sekolah lagi, terpaksa babay-babay nggak jadi ketua koperasi lagi.
3. Pelajaran berwira usaha. Bertugas di koperasi sekolah dan menjalankan penjualan secara langsung itu sebenarnya sangat menarik. Saya senang karena seolah-olah yang dilarisi adalah jualan saya sendiri. Yang penting tidak salah hitung uang seperti yang sudah saya lakukan. But, don't worry kesalahan hitungnya cuma satu kali itu saja, kok.
So, pindah ke kota kecil mungkin kita akan sedih dan takut akan mengalami kemunduran, ternyata kekhawatiran itu bisa jadi tidak terbukti. Bisa jadi di sekolah yang baru, sekecil apapun kotanya, kita justru mengalami hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah terlintas di kepala. And that's great!Â
Pengalaman baru akan membuat kita kaya.