Pembaca mungkin sebagian tidak paham apa itu catur wulan? Untuk kaum jadul pasti paham. Catur wulan adalah masa penilaian hasil pembelajaran selama 4 bulan yang ditulis dalam rapor. Sekarang kita hanya mengenal dua kali pencatatan nilai rapor yang dilakukan per enam bulan sekali yang kita sebut semester.
Kehidupan di sekolah berjalan semakin baik, namun rupanya ayah saya kembali mengalami rolling. Saya hanya sempat menghabiskan masa sekolah saya hanya di kelas 4 saja di SDN Kolor. Kami harus pindah lagi ke sebuah kota di Jawa Timur yaitu Sidoarjo, dan bersiap mengalami petualangan baru di sana.
Selama masa sekolah di SDN Kolor, ada seorang guru yang saya sayang dan hormati yaitu ibu Trisnawati, wali kelas 4. Beliau masih muda dan cantik. Bu Tris mengajar Bahasa Indonesia dan jika kami ada tugas mengarang, Bu Tris akan berdiri di sebelah saya dan membaca karangan saya jika saya sudah selesai menulisnya. Saya masih ingat saya pernah menulis mengenai masa kepindahan saya dari Semarang ke Sumenep dan memberi judul yang unik yaitu: "Dan Tiga Hari Kemudian Kami Pun Pindah." Karangan itu menceritakan tiga hari terakhir kami tinggal di Semarang.
Bu Trisnawati kadang pulang jalan kaki dan saya pernah berjalan bersama beliau saat saya tidak dijemput. Beliau akan mengajak saya bercakap-cakap di sepanjang jalan, lalu saya akan berhenti lebih dulu di sebuah lapangan tenis tertutup karena ayah saya menunggu saya di sana sambil berolahraga tenis. Saya pun berpamitan, dan Bu Tris meneruskan langkahnya.
Bu Tris juga pernah memanggil saya saat istirahat di sekolah. Beliau menyuruh saya mendekat karena akan membisiki saya. Kata Bu Tris, "Vita, roknya dipanjangin sedikit, ya?"
Rupanya rok sekolah saya terlalu pendek. Saya malu dan ngomel-ngomel saat pulang sekolah, meminta ibu saya membelikan rok. Ibu saya hanya tertawa karena menurut beliau saya lucu dengan rok pendek, tapi beliau berjanji akan membelikan rok yang agak panjang. Anehnya saya waktu itu sama sekali tidak merasa kalau rok saya kependekan. Cuek sekali.
Bu Trisnawati adalah orang yang paling ingin saya jumpai setelah saya dewasa. Namun sungguh saya sesali saya tidak 'mencari' beliau dengan serius dan lebih awal. Saat saya terhubung dengan teman-teman kelas 4 di SDN Kolor melalui WA group sekitar tahun 2021, saya menanyakan tentang Bu Tris namun mendapatkan jawaban bahwa beliau telah tiada. Semoga semua amal kebaikan beliau semasa hidup, dapat menjadi jalan untuk beliau masuk ke dalam surga-Nya, aamiin.
Ayah sempat balik lagi ke Sumenep untuk bertugas di kantor yang sama (Kodim 0827) saat saya sudah duduk di bangku SMA, namun saat itu saya tidak lagi mengikuti orang tua pindah melainkan tinggal dan sekolah di Malang di rumah kakek dan hanya ke Sumenep jika liburan.Â
Masih banyak cerita lucu, manis, haru, menyenangkan, maupun menjengkelkan selama tinggal di Sumenep. Secara keseluruhan jika diingat-ingat sekarang, itu adalah penggalan kehidupan yang sangat manis dalam hidup saya.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H