Hari Sabtu esoknya, cuaca cukup cerah, listrik sudah hidup lagi. Alhamdulillah mesin air dan kulkas masih berfungsi dengan baik, walau sempat terendam air.
Acara bersih-bersih dimulai. Hampir seluruh lorong di perumahan kami, menjemur barang-barang di depan rumah, dan hal ini masih dilakukan bahkan hingga seminggu ke depan setelah hari H.
Luar biasa kerusakan yang terjadi hanya karena air masuk setinggi 25 cm (di rumah kami). Tapi menjadi pelajaran dan menambah rasa empati kami pada mereka yang mengalami banjir hampir setiap tahun, tanpa opsi bisa pindah ke daerah bebas banjir.
Kejadian banjir parah di rumah kami, yang baru sekali ini terjadi (dulu pernah karena air rembes tapi tidak banjir ke seluruh bagian rumah seperti kemarin), membuat trauma. Setiap terdengar hujan turun cukup deras, saya jadi was-was.
Untungnya pas kejadian banjir waktu itu, suami di rumah, jadi bisa menyelamatkan sebagian barang-barang agar tak terendam. Banyak yang saat kejadian banjir, rumahnya kosong sehingga kerusakan yang terjadi lebih parah.
Untungnya juga air hanya masuk 25 cm dan tidak lebih. Banyak yang air masuk setengah meter atau lebih.
Untungnya air surut malam itu juga. Dan masih banyak untung yang lain, khas manusia Indonesia kalau ketimpa musibah - tetap ada yang bisa disyukuri.
Lewat seminggu kejadian banjir, pada suatu malam anak-anak kecil berteriak memanggil di pagar.
"Bu! Dipanggil bu RT!"
Bu RT menanti di pos ronda dengan tumpukan beras dan telur. Baru kali itu saya merasa benar-benar menjadi korban banjir.
Terima kasih untuk jamaah masjid yang telah berbagi, semoga amal yang ditunaikan mendapat ridha dan balasan terbaik dari Allah SWT.