Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku adalah Anugerah, Bukan Musibah

18 November 2022   14:35 Diperbarui: 18 November 2022   14:42 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan deras adalah anugerah, bukan musibah (Pexels/Joel Zar)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku datang menepati janji. 

Berkunjung membasahi bumi di waktu-waktu yang telah kautandai.

Tak pernah aku ingkar janji, kautahu kapan dapat menemuiku dan, 

kautahu kapan seharusnya kausiapkan dirimu untuk bertemu denganku.

Maka terimalah rintikku dengan senang hati dan,

sambutlah derasku dengan penuh syukur

Jangan pernah menyumpahku, jangan mendoakan aku cepat berhenti

Aku akan berhenti jika sudah saatnya.

Aku datang terlalu banyak? Aku membuat kerusakan?

Bukankah kautahu aku selalu mengalir ke tempat yang rendah?

Kautahu aku senang berkumpul dalam genangan, rawa-rawa dan sungai

Namun mengapa tempatku kau penuhi dengan bangunan?

Sungaiku kaupenuhi dengan sampah,

Aliran sungai yang mampet tidak pernah kaubersihkan

Kaupun membuat saluran air yang terlalu kecil

Bukankah kautahu aku senang ruang-ruang kosong yang lega, tempat aku menerjang penuh kebebasan?

Maka jangan salahkan aku, jika aku menggenangi rumah-rumahmu,

Sungai dan gorong-gorong meluap, dan jalanan menjelma lautan

Karena aku tak menemukan lagi tempatku berlabuh

Sungai yang dalam yang arusnya lancar yang biasa membawaku ke lautan lepas

Tak usah kausalahkan aku pada semua rasa tak nyaman yang kaurasakan sekarang

Bukankah engkau sudah tahu kapan aku akan datang?

Bukankah kau seharusnya menyambutku dengan berbagai persiapan?

Dan jangan lupa bahwa sejatinya aku adalah anugerah, dan bukan musibah.**

Makassar, 18 November 2022

Hujan deras sepanjang Hari Jumat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun