Bungsu saya suruh membuka sepatunya dan memasukkan sepatu ke dalam kantong plastik. Saya kebetulan tiap pulang kantor tidak memakai sepatu, hanya kaus kaki dan sandal. Jadi bungsu saya suruh pakai sandal saya, sementara saya hanya berkaus kaki.
Plung! Kaki langsung basah begitu saya turun dari kendaraan menuju genangan. Anak saya nurut dan begitu ia turun langsung saya rangkul dan kami jalan pelan-pelan mengarungi genangan sambil masih berpayung.Â
Luar biasa! Walaupun secara faktual ini adalah musibah, namun ada satu sisi kanak-kanak yang riang karena berkesempatan main hujan.
Saya wanti-wanti ke anak saya untuk tetap jalan di tengah, karena jika ke pinggir berbahaya. Got-got di pinggir jalan tidak terlihat sama sekali!
Satu-dua kendaraan nekad melintas dan tiap ada yang melintas, maka laju kendaraan menyebabkan gelombang air membasahi sampai ke paha. Saya memeluk anak saya dan diam di tempat setiap ada mobil melintas.
Di sisi lain jalan (jalan poros perumahan kami terdiri dari dua jalur), ada kendaraan pick up air galon yang nekad maju terus, tapi kemudian entah mengapa dia mogok saat hendak balik kanan.Â
Beberapa anak remaja yang sengaja hujan-hujanan mendekat dan membantu mendorong pick up itu. Saat itu saya menyuruh anak saya untuk diam sebentar sementara saya mencari ponsel di dalam tas. Sempat-sempatnya, ya?
Saya mengambil beberapa gambar mengabadikan banjir sore tadi. Anak saya juga saya suruh berdiri di pinggir jalan untuk saya abadikan.