Ecoxyztem adalah sebuah venture builder untuk startup yang bergerak di isu lingkungan dan perubahan iklim (Climate Tech). Proses venture building dibutuhkan para pendiri usaha lingkungan pada tahap awal usaha, Ecoxyztem memberikan bantuan berupa menyediakan sumber daya manusia berkualitas, pemodelan bisnis, mencari pasar, dan menggalang modal.Â
Ecoxyztem membantu di awal dan tidak meminta bayaran karena tujuannya adalah berkembang bersama. Namun apabila perusahaan atau usaha yang didampingi sudah jalan, Ecoxyztem ibarat memiliki saham di sana.Â
Jika ingin berkembang bersama Ecoxyztem syaratnya adalah tentukan dulu bisnisnya, apa produknya, dan harus berdampak serta profitable.Â
3. Soraya Kassandra, Co Founder Kebun Kumara
Kebun kumara adalah sebuah kebun belajar yang bertekad mendekatkan kembali masyarakat dengan alam. Sebagai bisnis, kebun Kumara menawarkan bidang edukasi dan jasa lanskap.Â
Kepedulian para founder Kebun Kumara adalah bagaimana menghijaukan kota, bagaimana orang kota dapat memberikan sumbangsih terhadap lingkungan. Kebun Kumara menjembatani keinginan orang-orang untuk belajar menanam, karena nandur atau menanam itu sejatinya bukan tugasnya petani, namun semua dapat belajar untuk itu.
Kebun Kumara mulai dibentuk tahun 2016 dan berkembang di wilayah Jabodetabek. Kendala yang dihadapi adalah stigma dari orang-orang kota bahwa orang kota tangannya panas sehingga tidak akan berhasil kalau menanam. Jadi klien yang datang ke kebun Kumara sudah dengan stigma tersebut, padahal sebenarnya menanam itu dapat dipelajari bagaimana supaya tanaman tumbuh, treatment apa yang harus dilakukan.
Jasa lanskap konkrit: Menggarap kebun-kebun orang/area outdoor tapi konsepnya sustainability. Tidak cuma cantik tapi ada tanaman pangannya, ada pengomposannya, mungkin ada filter air hujannya yang bisa menyiram sendiri.
4. Wilda Yanti, Ketua Umum Asosiasi Bank Sampah Indonesia
Berawal dr gerakan sosial kepedulian sampah, diubah menjadi kelompok usaha sosial, namanya kelompok usaha pengelolaan sampah. Setelah ada bank sampah dan diadopsi oleh KLHK 2010 - 2011, bu Wilda dan teman-temannya mengintegrasikan program. Saat itu banyak yang bisa kelola sampah tapi lalu tidak tahu mau dikemanakan dan kemudian malah jadi sampah lagi.