Kepopuleran ustadz selawat makin terdengar setelah ia menyembuhkan Sumi dari kegilaan, menyembuhkan ibu Nojo dari sakit pinggang, membuat pak modin bisa punya keturunan dan masih banyak lagi penyakit tersembuhkan dengan bacaan selawatnya.
Kepopuleran itu makin membuat para dukun gondok. Puncaknya saat dua orang preman dukun menghunus keris di tubuh ustadz selawat. Ustadz terluka parah namun masih dapat tersembuhkan. Saat polisi bertandang dan mengatakan akan mengejar pelakunya, ustadz selawat melarang dan berdalih biarkan semua diselesaikan secara kekeluargaan saja.
Selain suka berselawat, ustadz tersebut juga mengikuti karakter Nabi Muhammad SAW, yang tidak mendendam bahkan penuh cinta kasih pada orang yang mencelakainya.
Novel ini berakhir open ending (menurut saya). Ustadz selawat pergi dari kampung setelah berhasil mempersunting pujaan hatinya. Apakah orang2 kampung yang ia tinggalkan menjadi taat dan rajin salat? Tidak digambarkan seperti itu, namun ada clue-clue bahwa kampung itu akan berubah.
Sudah ada Misdi yang dilatih oleh ustadz selawat yang akan menggantikan menjadi imam masjid dan berselawat.
Ada Sumi, mantan penderita gangguan jiwa yang disembuhkan oleh ustadz selawat dengan dibacakan selawat. Sumi adalah pembela dan pengikut ustadz yang setia.Â
Ada Nojo, jodoh Sumi, tukang ojek yang pernah mondok di pesantren selama dua tahun tapi kemudian berhenti karena malu akibat bapaknya meninggal akibat mabuk minuman.
Novel yang memenangkan lomba novel tentang Nabi Muhammad ini, ternyata bukan seperti novel dalam bayanganku ... yang penuh dalil-dalil dan hadits bertebaran dan menggurui. Tidak perlu seperti itu ternyata.
Cukup menceritakan seseorang yang sangat mencintai Nabi SAW, dan melakukan semua sunnahnya, dan tak pernah alpa membacakan selawat tanda cinta.
Saya belajar banyak dengan membaca novel ini.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H