Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meinopoli, Cerita Panjang tentang Sebuah Kapan: Membukukan Cinta, Why Not

25 Juli 2022   20:22 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:32 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu buku yang saya baca tuntas di episode 2022 ini adalah "Meinopoli, Cerita Panjang Tentang Sebuah Kapan," karya Etha Wardhana, nama pena yang dipakai oleh salah satu sahabat saya yang penulis, mbak Etyastari Soeharto. Sebelum lebih panjang mengulas buku/novelnya, terlebih dahulu saya tuliskan identitas buku.

Judul           : Meinopoli, Cerita Panjang Tentang Sebuah Kapan

Penulis      : Etha Wardana

Penerbit    : BookLets, Yogyakarta

Tebal          : 334 halaman

Meinopoli merupakan buku solo kedua dari sang penulis. Buku pertamanya adalah "Mosaic of Haramain" sebuah buku memoar perjalanannya menunaikan ibadah haji.

Yang hebat dari mbak Ets, demikian saya biasa memanggilnya, kedua buku tersebut - dan juga kemudian buku ketiganya, ia terbitkan secara self publishing. Ia menyusun naskah, mengedit, memberi ide gambar sampul, membiayai, dan menjual sendiri buku-bukunya dengan gayanya sendiri.

Gayanya bagaimana? Promosi di medsos (FB) dengan mode soft selling yang luar biasa. Jauh sebelum Meinopoli terbit, ia sudah melakukan sounding dengan mengunggah status FB berupa potongan-potongan naskahnya. Dan potongan-potongan yang ia pilih, menurut saya memang berhasil memengaruhi pembaca statusnya untuk penasaran dan kemudian langsung pesan - jauh sebelum buku itu terbit.

Suatu ketika malah saya membaca ada nama saya masuk sebagai salah satu tokoh di Meinopoli. Kalau difilmkan mungkin masuk deretan tokoh figuran gitu. Tapi jelas potongan itu bikin hati saya hangat dan buru-buru pesan ... hahaha ... nggak ding, walaupun nggak ada nama saya, pastilah saya pesan karena saya tahu kualitas tulisan mbak Ets.

Oke, sekarang kita masuk pada substansi isi novel. Mengapa saya tulis pada judul artikel: Membukukan Cinta? Karena isi buku ini exactly adalah perjalanan cintanya mbak Ets. Lika-liku perjodohan yang gagal, cinta dari penipu berkedok dokter, cinta yang tak berbalas (sori mbak Ets kalau salah menyimpulkan), dan dikejar-kejar brondong ... eh maaf lagi kalau salah. Intinya bagaimana mbak Ets akhirnya bertemu her true love.

Padahal ya, padahal ... saya kenal mbak Ets dan kenal suaminya ... ya mereka itu orang-orang biasa. Tapi dengan lihainya mbak Ets bercerita, kisahnya demikian menggemaskan. Setara dengan romcom drakorlah. Ada sedih ada haru ada lucu ada bahagia. Pokoknya perasaanku nano-nano membaca buku ini.

Bab 1 dibuka dengan adegan Ets yang kesulitan membuka rolling door pintu ruko. Walau kantornya di ruko, tapi bukan ruko jualan sembako. Kantor Ets waktu itu adalah sebuah agensi naskah. Nah, di saat ia kesulitan membuka pintu, datanglah seorang cowok - tetangga rukonya, membantu membukakan pintu tersebut. 

Adegan pembuka ini bagus sekali menurut saya, jika buku ini difilmkan. Adegan pembuka tetap dipertahankan, identitas si penolong harus disembunyikan, misalnya bertopi yang menutup sebagian wajah. Ehm, ehm, karena si penolong inilah yang kelak menjadi tokoh utama di seluruh bagian film eh novel (belum-belum saya sudah spoiler ya).

Di saat yang nyaris bersamaan, Ets pernah mendapatkan sebuah sms bertuliskan "Halo, Mbak. Boleh saya ndaftar jadi penggemar?" (halaman 15).

Ehm, ehm ... siapakah dia penggemar rahasia yang kemudian sering mengirimkan sms yang mengindikasikan bahwa ia selalu mengamati gerak-gerik Ets?

Namun buku ini tidak hendak berkisah tentang kisah cinta yang lurus-lurus saja. Ketemu terus jadian. Owh, tidak semudah itu, Ferguso. Ets sempat menjalin hubungan perjodohan dengan seseorang, sudah sangat serius, namun kemudian ia batalkan yang akibat pembatalan itu sempat membuat ibu Ets menjadi sakit.

Di saat yang sama, agensi naskah tempat Ets bekerja tutup, sehingga ia tidak lagi bekerja di ruko. Namun takdir membawanya kembali ke ruko, walau tak lagi bekerja sebagai penulis melainkan sebagai tour guide di sebuah agen travel. Di sini ia kembali bertemu dengan Tom, penghuni ruko sebelah yang selalu siap sedia membantunya ketika Ets dalam kesulitan.

Tom yang mulai menyatakan perasaannya, harus menerima kenyataan bahwa hati Ets terpancang pada lelaki yang berbeda. Seorang kenalannya di kota lain. Perlu berkali-kali meyakinkan perasaannya, Ets akhirnya harus mengakui bahwa tidak ada yang lebih tulus dibandingkan Tom, dalam mencintainya.

"Kamu menyukai Timur?"

"Aku jatuh cinta."

"Trus?"

"Kamu jangan terlalu baik sama aku. Aku nggak bisa ngasih harapan ke kamu, Mas. Lebih baik berhenti..."

"Aku sayang banget sama kamu, Jeng!"

(dialog halaman 211).

Kisah ini tidak melulu tentang cinta. Namun juga tentang rasa percaya. Bagaimana ayah Ets, di tengah kekecewaannya karena Ets membatalkan perjodohan, memilih memercayai putrinya. Juga tentang kehati-hatian, karena saat percobaan perjodohan kedua kalinya, hampir saja mereka tertipu oleh penipu berkedok dokter gadungan. 

Kisah ini juga tentang sebuah cerita keyakinan tentang sebuah prinsip bahwa semua pekerjaan itu membawa berkah, bukan perkara nominal gaji, namun masalah kebahagiaan yang membuat seseorang memilih pekerjaannya. Ets sempat bekerja di perusahaan asing dengan hasil tabungan yang bisa membawanya berumroh dan berhaji. 

Namun ia juga tidak gengsi ketika kemudian harus bekerja di sebuah agensi naskah, lalu di sebuah agen travel walaupun kedua pekerjaan itu jelas memberikan salary yang jauh lebih kecil dari gajinya di perusahaan asing. Bahkan dari ceritanya, di setiap pekerjaan yang dipilihnya, satu kata yang selalu dilakukannya: dedikasi dan totalitas (eh, itu dua kata, ya?).

Pokoknya saya bangga membaca buku ini, dan bangga karena kenal baik dengan penulisnya. Jadi rancu ya, bercerita tentang Ets sebagai tokoh di dalam buku, dan Ets sebagai pribadi yang saya kenal.

Sekarang ini mbak Ets tidak bekerja di kantor atau perusahaan mana pun. Ia bekerja sebagai penulis mandiri, menyusun naskah dan menerbitkannya sendiri dengan riang gembira.**

Moral of the story: 

Membukukan perjalanan cinta? Why not. Apalagi kalau kisah itu tidak melulu tentang ego diri sendiri, namun juga membagikan hikmah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan siapa tahu setelah membacanya, ada satu atau dua di antara pembaca yang kemudian terinspirasi untuk membukukan kisah cintanya sendiri. Karena jalan hidup setiap orang beda, juga jalan cintanya. Dan true story yang dikisahkan dengan indah, selalu menarik untuk dibaca orang lain.

Perjalanan cintamu menarik? Kuy, dibukukan ajaah ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun