Padahal ya, padahal ... saya kenal mbak Ets dan kenal suaminya ... ya mereka itu orang-orang biasa. Tapi dengan lihainya mbak Ets bercerita, kisahnya demikian menggemaskan. Setara dengan romcom drakorlah. Ada sedih ada haru ada lucu ada bahagia. Pokoknya perasaanku nano-nano membaca buku ini.
Bab 1 dibuka dengan adegan Ets yang kesulitan membuka rolling door pintu ruko. Walau kantornya di ruko, tapi bukan ruko jualan sembako. Kantor Ets waktu itu adalah sebuah agensi naskah. Nah, di saat ia kesulitan membuka pintu, datanglah seorang cowok - tetangga rukonya, membantu membukakan pintu tersebut.Â
Adegan pembuka ini bagus sekali menurut saya, jika buku ini difilmkan. Adegan pembuka tetap dipertahankan, identitas si penolong harus disembunyikan, misalnya bertopi yang menutup sebagian wajah. Ehm, ehm, karena si penolong inilah yang kelak menjadi tokoh utama di seluruh bagian film eh novel (belum-belum saya sudah spoiler ya).
Di saat yang nyaris bersamaan, Ets pernah mendapatkan sebuah sms bertuliskan "Halo, Mbak. Boleh saya ndaftar jadi penggemar?" (halaman 15).
Ehm, ehm ... siapakah dia penggemar rahasia yang kemudian sering mengirimkan sms yang mengindikasikan bahwa ia selalu mengamati gerak-gerik Ets?
Namun buku ini tidak hendak berkisah tentang kisah cinta yang lurus-lurus saja. Ketemu terus jadian. Owh, tidak semudah itu, Ferguso. Ets sempat menjalin hubungan perjodohan dengan seseorang, sudah sangat serius, namun kemudian ia batalkan yang akibat pembatalan itu sempat membuat ibu Ets menjadi sakit.
Di saat yang sama, agensi naskah tempat Ets bekerja tutup, sehingga ia tidak lagi bekerja di ruko. Namun takdir membawanya kembali ke ruko, walau tak lagi bekerja sebagai penulis melainkan sebagai tour guide di sebuah agen travel. Di sini ia kembali bertemu dengan Tom, penghuni ruko sebelah yang selalu siap sedia membantunya ketika Ets dalam kesulitan.
Tom yang mulai menyatakan perasaannya, harus menerima kenyataan bahwa hati Ets terpancang pada lelaki yang berbeda. Seorang kenalannya di kota lain. Perlu berkali-kali meyakinkan perasaannya, Ets akhirnya harus mengakui bahwa tidak ada yang lebih tulus dibandingkan Tom, dalam mencintainya.
"Kamu menyukai Timur?"
"Aku jatuh cinta."
"Trus?"
"Kamu jangan terlalu baik sama aku. Aku nggak bisa ngasih harapan ke kamu, Mas. Lebih baik berhenti..."
"Aku sayang banget sama kamu, Jeng!"
(dialog halaman 211).
Kisah ini tidak melulu tentang cinta. Namun juga tentang rasa percaya. Bagaimana ayah Ets, di tengah kekecewaannya karena Ets membatalkan perjodohan, memilih memercayai putrinya. Juga tentang kehati-hatian, karena saat percobaan perjodohan kedua kalinya, hampir saja mereka tertipu oleh penipu berkedok dokter gadungan.Â
Kisah ini juga tentang sebuah cerita keyakinan tentang sebuah prinsip bahwa semua pekerjaan itu membawa berkah, bukan perkara nominal gaji, namun masalah kebahagiaan yang membuat seseorang memilih pekerjaannya. Ets sempat bekerja di perusahaan asing dengan hasil tabungan yang bisa membawanya berumroh dan berhaji.Â
Namun ia juga tidak gengsi ketika kemudian harus bekerja di sebuah agensi naskah, lalu di sebuah agen travel walaupun kedua pekerjaan itu jelas memberikan salary yang jauh lebih kecil dari gajinya di perusahaan asing. Bahkan dari ceritanya, di setiap pekerjaan yang dipilihnya, satu kata yang selalu dilakukannya: dedikasi dan totalitas (eh, itu dua kata, ya?).