Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati, Kekepoanmu Dapat Menyebabkan Timbulnya Dusta!

28 Mei 2022   10:12 Diperbarui: 28 Mei 2022   10:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekepoan Dapat Menyebabkan Timbulnya Dusta (Sumber: Pexels/Sound on)

Kepo adalah kata yang baru muncul 2-3 tahun belakangan ini seiring dengan maraknya media sosial. Kepo artinya mau tau aja urusan orang. Sekecil-kecilnya.


Kepo juga sering diasosiasikan sebagai singkatan dari Knowing Every Particular Object. Tapi menurut mas Ivan Lanin yang ahli Bahasa Indonesia itu, kepo yang sering kita gunakan itu bukan terkait dengan Bahasa Inggris yang tadi, melainkan serapan dari Bahasa Hokkian, kaypo.

Arti si kaypo ini lebih mendekati dengan kepo yaitu selalu pengen ikut campur dan selalu penasaran dengan masalah orang.

Nah, kembali ke judul, mengapa kekepoan bisa menjadi sebab timbulnya dusta?

Kepo pada hal-hal biasa mungkin bisa dimaklumi dan dijawab apa adanya, ya? Misalnya masak apa hari ini bu? Masak pecel lele. Liburan kemarin kemana aja bu? Di rumah saja.

Namun seringkali kadang manusia lupa batas-batas privasi dan bertanya di luar batas. Misalnya bertanya tentang hal-hal yang tidak ingin dibicarakan oleh seseorang.

Saya beri contoh 4 pertanyaan kepo to the max seperti di bawah ini:

1. Bu ... suaminya kok nggak pernah kelihatan? Apa dinas luar, tapi kok lama?

2. Bu ... saya dengar anak ibu nikah dini, ya? Kok tidak dipestakan di rumah?

3. Bu ... bagaimana kabar anak ibu yang nikah dini? Tinggal di mana sekarang dan kerja apa?

4. Bu ... kemarin kok saya lihat ada tamu wanita cantik ke rumah ibu, itu siapa?

Pertanyaan pertama, bisa jadi si ibu sedang proses divorce sama suami tapi tidak mau ramai-ramai. Apakah pertanyaan sekepo itu akan dijawab jujur?

Bisa jadi pertanyaan kepo itu dijawab dengan: "Pak suami ada di rumah orang tuanya ... ibu mertua lagi sakit tidak ada yang jaga."

Padahal tidak ada yang sakit.

Pertanyaan kedua, bisa jadi pernikahan dini anaknya sebenarnya sesuatu yang terpaksa dilakukan karena si anak selalu memaksa. Tapi sekali lagi si ibu yang ditanya tidak mau menggibah anak sendiri.

Jadi dijawab saja dengan: "Iya, daripada tergelincir zina. Sudah dipestakan di rumah istrinya sudah cukup."

Pertanyaan ketiga membuat sedih karena si anak sebenarnya belum punya pekerjaan, jadilah si ibu yang merasa malu akhirnya berdusta.

"Sudah kerja ikut sama pamannya di kota X. Bisnis lobster."

Pertanyaan keempat, si wanita cantik adalah pelakor, tapi si ibu masih ingin menjaga martabat suaminya.

Jadi dijawab: "Itu keponakan jauuh ..." (jauh di mata jauh di hati ... atau maksudnya ingin dibuang jauh-jauh).

Jadi hati-hati dengan kekepoan yang bisa menyebabkan orang berdusta. Suami tetangga tidak pernah kelihatan, anak tetangga nikah diam-diam, anak tetangga sudah nikah belum kerja, ada wanita cantik mencurigakan bertamu di rumah tetangga ... sebaiknya  diam-diam saja tidak usah dikepoin.

Kalaupun terpaksa bertanya sebagai bentuk perhatian, pastilah tahu jika reaksi orang yang ditanya menjadi tidak nyaman. Pekalah sedikit pada respons orang, lalu berhentilah bertanya.

Kecuali memang saran kita diperlukan. Tetangga datang dan minta pendapat tentang sesuatu hal. Bisalah kita bertanya lebih jauh, dengan tujuan memberikan solusi terbaik.

Kalau tidak ada angin tidak ada hujan? Ya sudah tidak usah kepo urusan orang lain. Masih banyak cucian dan setrikaan di dalam rumahmu sendiri yang minta perhatian.

Lagipula yakin kepomu adalah sebagai bentuk perhatian?

Sama seperti jawaban saya saat sahabat saya curhat melalui telepon.

"Kenapa mereka selalu ingin tahu urusan orang? Mengapa mereka tak ingin melihatku tenang? Selalu ingin tahu segala hal tentang aku!"

Demikian omelan sahabat saya. Dan saya menjawab,

"Laaah ... mereka ingin tahu supaya dapat menceritakan kembali masalahmu pada orang lain lagi, dong! Eh ... bu Anu ... tahu nggak, si bu Ano ternyata bla bla bla ..."

Sahabat saya tertawa setengah jengkel setengah getir dengan jawaban guyon setengah serius dari saya, sebab dia baru saja terdesak pertanyaan kepo dari seseorang dan harus berbohong untuk sebuah jawaban. Jadi memang benar sudah terbukti, kekepoan bisa menyebabkan kedustaan.

Nah ... kalau kepo hanya untuk tujuan supaya jadi yang pertama tahu - seperti guyonan saya tadi, lalu nanti jadi reporter kanan kiri menyebarkan berita, sebaiknya urungkan. Jangan sampai kepomu menyebabkan orang berdusta dan menyebabkan jalinan rantai kebohongan yang tak putus-putus.

Kepolah hanya pada hal yang penting seperti kepo pada rincian job description di kantor, atau materi pelajaran sekolah jika masih pelajar. Kepo untuk meningkatkan kapasitas dan martabat diri, bukan kepo untuk menyebarkan aib/kebohongan orang lain.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun