Kalau tidak ada angin tidak ada hujan? Ya sudah tidak usah kepo urusan orang lain. Masih banyak cucian dan setrikaan di dalam rumahmu sendiri yang minta perhatian.
Lagipula yakin kepomu adalah sebagai bentuk perhatian?
Sama seperti jawaban saya saat sahabat saya curhat melalui telepon.
"Kenapa mereka selalu ingin tahu urusan orang? Mengapa mereka tak ingin melihatku tenang? Selalu ingin tahu segala hal tentang aku!"
Demikian omelan sahabat saya. Dan saya menjawab,
"Laaah ... mereka ingin tahu supaya dapat menceritakan kembali masalahmu pada orang lain lagi, dong! Eh ... bu Anu ... tahu nggak, si bu Ano ternyata bla bla bla ..."
Sahabat saya tertawa setengah jengkel setengah getir dengan jawaban guyon setengah serius dari saya, sebab dia baru saja terdesak pertanyaan kepo dari seseorang dan harus berbohong untuk sebuah jawaban. Jadi memang benar sudah terbukti, kekepoan bisa menyebabkan kedustaan.
Nah ... kalau kepo hanya untuk tujuan supaya jadi yang pertama tahu - seperti guyonan saya tadi, lalu nanti jadi reporter kanan kiri menyebarkan berita, sebaiknya urungkan. Jangan sampai kepomu menyebabkan orang berdusta dan menyebabkan jalinan rantai kebohongan yang tak putus-putus.
Kepolah hanya pada hal yang penting seperti kepo pada rincian job description di kantor, atau materi pelajaran sekolah jika masih pelajar. Kepo untuk meningkatkan kapasitas dan martabat diri, bukan kepo untuk menyebarkan aib/kebohongan orang lain.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H