"Itu urusan B. Yang penting saya sudah berusaha. Saya sudah mengungkapkan apa yang saya anggap benar. Terima kasih B sudah memblokir nomor saya. Saya tak perlu melakukannya untuk mengenyahkan status2 buruk B dari pandangan," cengir A.
Saya tersenyum. Salut pada keberanian A. Kalau saya cenderung lebih baik memghindar. Lebih baik tidak membaca status buruk. Sudah tau buruk ya abaikan saja. Itu kalau saya.Â
Apakah pilihan bersikap saya ini salah, saya tidak tahu. Prinsip saya kalau bisa berinteraksi dengan aman, kenapa harus bersitegang? Kecuali kalau apa yang dilakukan B sudah di luar batas. Saya melihat statusnya hanya berupa curhatan kekesalan, sedangkan A melihatnya lebih dari itu.
Tapi kemudian saya terpikir bagaimana dengan B sendiri? Bagaimana B seharusnya merespons sebuah teguran atau kritik?
Menurut saya dalam merespons sebuah teguran, ia tidak perlu terlalu reaktif. Langsung marah...langsung tersinggung...langsung blokir.
Walaupun suatu teguran membuat darah mendidih dan bergejolak, kita tetap harus meluangkan waktu untuk cooling down.
Mencoba melihat persoalan dengan kepala jernih. Tanpa pretensi dan tanpa melibatkan perasaan alias gausah baper. Telaah kebenaran dari sebuah teguran. Rendah hati untuk instrospeksi ke dalam diri...apakah memang ada keburukan yang harus diminimalisir.
Setelah mengendapkan semua informasi dan memahami esensi teguran, baru bereaksi. Apakah teguran itu baik...atau memang teguran itu kurang ajar dan tak perlu didengarkan?
Bagaimanapun sebuah teguran yang dialamatkan pada kita dari seseorang, adalah wujud dari kepedulian orang tersebut. Kalau nggak peduli, buat apa susah2 menegur. Cuekin saja. Biarin saja berkubang dalam kenegatifan.
Jadi...terima atau tidak terima, berterimakasihlah sudah diberi teguran. Semakin pahit teguran atau kritik, artinya semakin peduli  orang lain terhadapmu. Jadikan sebagai cambuk instropeksi diri.
Namun jika semua teguran dianggap sebagai upaya konfrontasi dan merupakan alarm genderang perang...itu terpulang pada diri sendiri. Karakter keras kalau sudah mengakar...susah untuk diperbaiki. Hanya ingatlah selalu...jangan menjadi orang yang selalu merasa benar. Karena manusia itu sebenarnya tempatnya salah.Â