Suatu kali ada chat dari sahabatku yang lain, seorang penulis cerita anak. Dia tertawa karena aku share postingan K ke sebuah grup blogger. Masalahnya artikel yang kushare itu tentang Cinta Segitiga, dan ilustrasinya pun film India lawas. Sahabatku ini demen nonton film-film Bollywood.
"Ngapain dikau nulis di situ? Emangnya ada duitnya?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.
Maklum, kami berdua dulu sama-sama sering nulis cerita anak dan nyasarnya pasti ke media berhonor seperti majalah Bobo atau koran lokal.
Pertanyaan itu kujawab dengan antusias, karena masih kena imbas euforia K-Rewards Mei.
"Ada dong duitnya," lalu kukirimkan skrinsut K-Rewards. Awalnya dia mengapresiasi.
"Wah, ajarin dong. Itu honor satu tulisan? Lumayan," ucapnya.
"Bukan satu tulisan, tapi tulisan sebulan!" seruku.
Sebelum dia protes lagi, kujelaskan sistem pembayaran K-Rewards di K. Menjelaskan sebisaku dan sepemahamanku saja. Aku tunjukkan juga skrinsut perolehan K-Rewards di K yang menunjukkan jumlah tertinggi 4 juta.
"Wah, bagus juga. Dan lebih baik daripada nulis di platform online yang banyak adegan dewasanya," ucapnya. "Memangnya bulan Mei itu nulis berapa artikel?" tanyanya lagi.
Setelah kuhitung, ternyata aku nulis 15 artikel di bulan Mei. Jika dihitung secara kasaran saja misal langsung dibagi 102.000 dengan 15, maka didapatkan angka 6.800 per artikel. Tapi perhitungannya tentu tidak seperti itu, kan?
Tapi sahabatku sudah ngeri mengetahui nominal Rp6.800 per artikel itu.