Jika bulan Ramadan tiba, ia hanya perlu memajukan jam tidurnya lebih awal, lalu ikut bangun saat keributan membangunkan sahur berkumandang.Â
Kadang-kadang ia bahkan sengaja ikut sahur dan lalu berpuasa sehari karena ia telah membaca pentingnya berpuasa sebagai upaya detoks pencernaan.Â
Ada kalanya organ pencernaan kita harus beristirahat setelah melakukan tugasnya yang berat. Pak Profesor dengan tingkat kebijakannya yang semakin tinggi menjalani semuanya dengan tulus, tanpa merasa khawatir keyakinannya akan terganggu.
Maka kalau sekarang ini ada yang melarang penggunaan speaker di masjid-masjid, terutama di waktu sahur atau subuh, Pak Profesor berjanji justru ia yang akan memrotes larangan itu. Jika masjid sepi, ia akan tidur terlalu nyenyak dan ritme hidupnya akan kembali seperti dulu, kurang produktif.
Jangan. Jangan dilarang. Jika dilarang, Pak Profesor akan kehilangan. Dan Pak Imam mungkin akan semakin sedih menghitung jumlah jamaahnya di waktu subuh.** T A M A T
Catatan:
Cerpen ini terinspirasi kisah seorang profesor yang melakukan pembinaan pegawai di kantor saya belasan tahun lampau. Beliau non muslim yang sempat terganggu suara masjid, lalu mengubah gangguan itu menjadi peluang. Bagian mengubah ritme tidur dan mulai bekerja saat subuh memang beliau lakukan, sedangkan bagian lainnya adalah pengembangan penulis sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H