Baswara menadahkan lengannya diantara tetesan hujan, sementara puspa duduk dibelakangnya.
Baswara: Mengapa kau tidak suka hujan? (menatap Puspa)
Puspa: Tidak apa-apa (menghampiri Baswara). Tetapi lihatlah, di setiap tetesan hujan selalu terdapat duka. Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitamnya. Aku tidak suka.
Baswara: Sampai kapan? Sampai kapan kau tidak menyukainya?
Puspa: Sampai nanti, ketika hujan tak lagi meneteskan duka. Meretas luka. Dan sampai hujan memulihkan segslanya.
Baswara: Hmm.. aku hargai pendapatmu. Tetapi menurutku, hujan adalah sesuatu yang ajaib. Tangisan seseorang saja tidak akan terlihat di balik hujan. Tanpa hujan, tanah yang rekah tidak akan menjadi padat kembali.
EXT. DEPAN RUMAH PUSPA -- SORE
Puspa: Terimakasih, Bas.
Baswara: Sama-sama. Eum.. Jadi, apa kita bisa berteman? (mengulurkan tangan)
Puspa lagi-lagi menatap Baswara dan tangannya. Puspa berpaling, namun kemudian kembali ke hadapan Bas dan menjabat tangannya dengan senyuman lebar.
Baswara: Eh eh eh..