Mohon tunggu...
Indah Lutfiana
Indah Lutfiana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - manusia yang terus berproses

Mahasiswa Psikologi, Santri Krapyak, ISTJ.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perilaku "Ngemis Online" Semakin Berkembang, Siapa yang Memberinya Ruang? Analisis Perilaku menggunakan Sudut Pandang Psikologi

25 Januari 2023   22:44 Diperbarui: 25 Januari 2023   23:17 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: kumparan.com

Beberapa bulan terakhir, Netizen Indonesia cukup ramai membicarakan tentang perilaku yang sering disebut dengan istilah "ngemis online" dengan menggunakan fitur live pada aplikasi TikTok. Aplikasi Tiktok sendiri adalah aplikasi asal Negara Tiongkok, yang resmi diperkenalkan pada tahun 2016. Hingga saat ini, pengguna aplikasi TikTok diseluruh dunia sudah mencapai angka 1 miliar lebih. 

Aplikasi Tiktok menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh diseluruh dunia pada kategori "Aplikasi Non-Game" (data perbulan Agustus 2020). Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan pengunduh Tiktok terbanyak nomer dua di dunia, hal ini didukung dengan jumlah pengguna  akun aktif lebih dari 22 juta perbulannya. Indonesia telah menyumbang 11% dari total semua unduhan dari berbagai negara di dunia (Azizah et al., 2021).

Seiring berjalannya waktu, tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena "ngemis online" di TikTok semakin berkembang, dan mungkin hampir dari kita (sebagai pengguna TikTok) pasti sempat 1 atau 2 kali melihat konten tersebut melewati laman FYP akun kita. 

Sebenarnya, yang membuat banyak Netizen geram adalah live streaming yang menampilkan konten 'mandi lumpur' dan semacamnya yang dilakukan oleh Lansia. Tak jarang juga, Lansia tersebut menunjukkan ekspresi yang sudah kelelahan atau kedinginan sebab sudah cukup lama menyapa penonton dalam keadaan pakaian basah.

Bagi kita yang tidak pernah memberi atensi apapun pada fenomena tersebut pasti sedikit bingung ketika tiba-tiba fenomena tersebut menuai banyak pro dan kontra dikalangan netizen Indonesia. Pertanyaan yang mungkin banyak orang fikirkan adalah "Kenapa semakin banyak konten semacam itu?" atau "Apa yang membuat banyak pengguna melakukannya? keuntungan apa yang didapatkan?".

Keuntungan utama pastinya berupa uang yang didapatkan dari give para penonton live streaming. Pada artikel yang ditulis di laman SuaraSoreang.id, jumlah uang yang didapatkan juga cukup menjanjikan, bisa sampai 2 hingga 4 juta rupiah, hal ini disampaikan oleh pemilik akun yang diundang pada salah satu acara stasiun Televisi. Tapi, terlepas dari uang tersebut, apa sebenarnya yang membuat fenomena "ngemis online" semakin ditiru oleh banyak individu? Hingga mungkin terkesan dijadikan sebuah 'profesi' untuk mencari nafkah?

Untuk mencari jawabannya, saya ingin mengajak pembaca menganalisis dari sudut pandang aliran Psikologi Behaviorisme. Psikologi Behaviorisme adalah salah satu aliran dari Ilmu Psikologi yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu terjadi sebab dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Studi & Agama, 2021). 

Jadi menurut aliran behavioris, pengaruh lingkungan lebih dominan dalam membentuk perilaku individu, ketika individu tinggal dilingkungan yang buruk, maka secara otomatis ia akan menjadi buruk, sama seperti lingkungannya, hal ini juga berlaku pada lingkungan dengan proses sosial yang sehat. 

Salah satu tokoh aliran ini adalah BF. Skinner, dengan konsep analisis perilaku yang disampaikannya, yaitu 'Pengondisian Operan'. Pengondisian Operan oleh Skinner berbeda dengan 'Pengondisian Klasik' yang disampaikan Ivan Pavlov, meskipun keduanya sama-sama tokoh behavioris. Kunci dari 'Pengondisian Operan' Skinner adalah, suatu perilaku yang diberi penguatan (reinforcement) akan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut untuk diulangi lagi (Jess Feist, Gregory J. Feist, 2017).

Ilmu Psikologi berusaha mencari keteraturan dan penyebab dari perilaku manusia, sehingga Psikologi bisa meramalkan, menganalisis dan mengendalikan perilaku apa yang akan terjadi di masa depan. Konsep Analisis perilaku oleh Skinner memiliki beberapa point yang dianggap berpengaruh untuk mengendalikan perilaku manusia, yaitu:

1. Shaping/Pembentukan

Memecah suatu tujuan final menjadi beberapa perilaku bertahap yang lebih sederhana, disertai dengan pemberian hadiah atau reward sebagai penguat jika individu berhasil melaksanakan perilaku bertahap tersebut.

2. Reinforcement/Penguatan

Sebuah bentuk penguatan yang memberi 2 efek pada individu, yaitu memperkuat perilaku atau untuk menghargai individu yang melakukan. Penguatan dibagi menjadi 2, yaitu positif dan negatif.

- Penguatan Positif adalah ketika suatu penguatan akan menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan dianggap menyenangkan bagi yang melakukan suatu perilaku. Karena dianggap menyenangkan, individu tersebut akan cenderung mengulangi lagi perilaku yang telah dilakukan.

- Penguatan Negatif memiliki tujuan yang berbeda, penguatan ini diberikan dengan tujuan untuk menghindari kondisi merusak yang akan ditimbulkan dari perilaku individu.

3. Punishment/Hukuman

Pemberian stimulus tidak menyenangkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan

4. Latihan Omisi

Sebuah perilaku yang menghilangkan hal-hal menyenangkan pada proses yang ingin dibiasakan

Berdasarkan penjelasan singkat diatas, jika dikaitkan dengan fenomena "ngemis online" yang sedang menjadi perbincangan hangat, analisis perilaku bisa dilakukan menggunakan konsep Reinforcement Positif, yaitu individu akan mempertahankan perilakunya jika perilaku tersebut memberikan hasil yang menyenangkan. 

Jadi, orang-orang yang ikut campur tangan dalam konten live streaming dan mendapatkan give dari para penontonnya, yang mana give ini berupa uang, akan merasa bahwa kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan siapapun dan memberi hasil yang menyenangkan bagi mereka. Mereka menganggap give dari para penonton adalah sebuah reward atau hadiah.

Awalnya mungkin hanya ada beberapa akun yang melakukan live streaming, tapi seiring berjalannya waktu menjadi semakin banyak, sebab ini bisa kita analisis menggunakan konsep pemikiran dari Bandura, salah satu pencetus Teori Kognitif Sosial. Menurut Bandura dalam mendukung proses belajar, manusia memiliki kemampuan Vicarious Reinforcement, dimana manusia memiliki kemampuan untuk belajar dari perilaku yang dilakukan orang lain dan mengamati konsekuensi yang diterima, jika dirasa mendapat respon positif, maka perilaku tersebut akan cenderung ditiru (Adi, 2019). Itulah yang menyebabkan semakin banyak orang yang melakukan "ngemis online" disertai dengan isi konten yang sampai saat ini cukup bervariasi.

Perilaku ini akan terus berkembang dan ada kemungkinan menjadi semakin tidak terkendali, jika kita terus memberi penguatan positif pada mereka. Entah sekedar memberi give, memfollow akunnya, atau mungkin hanya sekedar melihat live streaming yang mereka lakukan.

Referensi

Adi, H. M. M. (2019). Teori Belajar Behaviorisme Albert Bandura dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab, 5, 212--220. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Azizah, L., Gunawan, J., & Sinansari, P. (2021). Pengaruh Pemasaran Media Sosial TikTok terhadap Kesadaran Merek dan Minat Beli Produk Kosmetik di Indonesia. Jurnal Teknik ITS, 10(2). https://doi.org/10.12962/j23373539.v10i2.73923

Jess Feist, Gregory J. Feist, T.-A. R. (2017). Teori Kepribadian (8th ed.). Salemba Humanika.

Studi, P., & Agama, P. (2021). Konsep Manusia Menurut Madzhab Psikoanalisis Dan Behaviorisme. 2(5), 252--259.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun