Beberapa bulan terakhir, Netizen Indonesia cukup ramai membicarakan tentang perilaku yang sering disebut dengan istilah "ngemis online" dengan menggunakan fitur live pada aplikasi TikTok. Aplikasi Tiktok sendiri adalah aplikasi asal Negara Tiongkok, yang resmi diperkenalkan pada tahun 2016. Hingga saat ini, pengguna aplikasi TikTok diseluruh dunia sudah mencapai angka 1 miliar lebih.Â
Aplikasi Tiktok menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh diseluruh dunia pada kategori "Aplikasi Non-Game" (data perbulan Agustus 2020). Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan pengunduh Tiktok terbanyak nomer dua di dunia, hal ini didukung dengan jumlah pengguna  akun aktif lebih dari 22 juta perbulannya. Indonesia telah menyumbang 11% dari total semua unduhan dari berbagai negara di dunia (Azizah et al., 2021).
Seiring berjalannya waktu, tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena "ngemis online" di TikTok semakin berkembang, dan mungkin hampir dari kita (sebagai pengguna TikTok) pasti sempat 1 atau 2 kali melihat konten tersebut melewati laman FYP akun kita.Â
Sebenarnya, yang membuat banyak Netizen geram adalah live streaming yang menampilkan konten 'mandi lumpur' dan semacamnya yang dilakukan oleh Lansia. Tak jarang juga, Lansia tersebut menunjukkan ekspresi yang sudah kelelahan atau kedinginan sebab sudah cukup lama menyapa penonton dalam keadaan pakaian basah.
Bagi kita yang tidak pernah memberi atensi apapun pada fenomena tersebut pasti sedikit bingung ketika tiba-tiba fenomena tersebut menuai banyak pro dan kontra dikalangan netizen Indonesia. Pertanyaan yang mungkin banyak orang fikirkan adalah "Kenapa semakin banyak konten semacam itu?" atau "Apa yang membuat banyak pengguna melakukannya? keuntungan apa yang didapatkan?".
Keuntungan utama pastinya berupa uang yang didapatkan dari give para penonton live streaming. Pada artikel yang ditulis di laman SuaraSoreang.id, jumlah uang yang didapatkan juga cukup menjanjikan, bisa sampai 2 hingga 4 juta rupiah, hal ini disampaikan oleh pemilik akun yang diundang pada salah satu acara stasiun Televisi. Tapi, terlepas dari uang tersebut, apa sebenarnya yang membuat fenomena "ngemis online" semakin ditiru oleh banyak individu? Hingga mungkin terkesan dijadikan sebuah 'profesi' untuk mencari nafkah?
Untuk mencari jawabannya, saya ingin mengajak pembaca menganalisis dari sudut pandang aliran Psikologi Behaviorisme. Psikologi Behaviorisme adalah salah satu aliran dari Ilmu Psikologi yang menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan oleh individu terjadi sebab dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Studi & Agama, 2021).Â
Jadi menurut aliran behavioris, pengaruh lingkungan lebih dominan dalam membentuk perilaku individu, ketika individu tinggal dilingkungan yang buruk, maka secara otomatis ia akan menjadi buruk, sama seperti lingkungannya, hal ini juga berlaku pada lingkungan dengan proses sosial yang sehat.Â
Salah satu tokoh aliran ini adalah BF. Skinner, dengan konsep analisis perilaku yang disampaikannya, yaitu 'Pengondisian Operan'. Pengondisian Operan oleh Skinner berbeda dengan 'Pengondisian Klasik' yang disampaikan Ivan Pavlov, meskipun keduanya sama-sama tokoh behavioris. Kunci dari 'Pengondisian Operan' Skinner adalah, suatu perilaku yang diberi penguatan (reinforcement) akan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut untuk diulangi lagi (Jess Feist, Gregory J. Feist, 2017).
Ilmu Psikologi berusaha mencari keteraturan dan penyebab dari perilaku manusia, sehingga Psikologi bisa meramalkan, menganalisis dan mengendalikan perilaku apa yang akan terjadi di masa depan. Konsep Analisis perilaku oleh Skinner memiliki beberapa point yang dianggap berpengaruh untuk mengendalikan perilaku manusia, yaitu: