Mohon tunggu...
Indah Handayani
Indah Handayani Mohon Tunggu... Guru - Mothers of 2 daughters, a teacher and a learner

Jadilah pembelajar dan pengajar di sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 3.1-Rangkuman Proses Pembelajaran Program Guru Penggerak

20 Februari 2022   22:00 Diperbarui: 20 Februari 2022   22:09 2466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bismillahirrohmaanirrohiim...Saya Indah Handayani CGP Angkatan 3 dari Instansi SMP N 2 Rajabasa Kabupaten Lampung selatan, akan membuat sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Saya dari awal sampai saat ini pada program guru penggerak ini. 

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pada Modul 1.1 dijelaskan tentang filosofi pendidikan Indonesia pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, bahwa "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Kemudian Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak” . Jadi tugas kita sebagai guru adalah hanya bisa menuntun anak murid kita agar mencapai tujuan pendidikan yang sebenaranya.

Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya yaitu ing ngarso sung tuladha yang diartikan  sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya. ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin  mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan sehingga menjadikan murid manuia yang berbudaya dan bagagia sebagai bagian dari anggota masyarkat.  Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan pusat dalam sistem pendidikan.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita bisa berpengaruh kepada bagaimana kita mengambil sebuah keputusan. Karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang  akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Ketika seseorang memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam dirinya seperti religius, mandiri, reflektif, Kolaboratif  maka keputusan yang akan diambil  adalah yang bisa memberikan manfaat untuk banyak orang walaupun tidak semua menyukainya.

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dalam proses coaching  Pendamping atau Fasilitator sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya (CGP)  dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga kami CGP dapat menemukan potensi yang terpendam dalam diri untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil dan memberikan manfaat paling banyak. Dalam proses pembelajaran Fasilitator atau pendamping berperan sangat baik sebagai coach karena kami bisa menyelesaikan tugas-tugas kami sesuai waktu yang telah ditentukan. di Modul 2.3 pun dipelajari tentang keterampilan coaching yang membantu kami sebagai guru untuk menghadapi dan bagaimana interaksi yang baik dengan peserta didik.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Ketika seorang guru mampu mengelola dan ,menyadari aspek sosial emosionalnya dengan baik maka itu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran.  Pengelolaan dan menyadari aspek sosial dan emosional akan memberikan manfaat: 

  1. memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
  5. membuat keputusan yang bertanggung jawab.  (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Maka dari itu akan mempengaruhi seorang guru dalam mengambil keputusannya .

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai manusia kita pasti pernah dihadapkan akan suatu masalah dimana masalah tersebut merupakan suatu bujukan moral (Benar Vs Salah) atau suatu dilema etika (Benar Vs Benar). Ketika dihadapkan dengan salah satunya maka secara naluriah kita akan mengambil keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah kita yakini dan kita anut. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya  jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam pengambilan keputusan yang tepat, benar adanya akan mencipyakan lingungan yang positif, kondusif aman dan nyaman baik bagi diri kita pribadi maupun untuk orang lain. Maka ketika mengambil keputusan gunakan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Berikut adalah sembilan langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum memutuskan sesuatu.

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah

    a.  Uji Legal (Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu)

    b.Uji Regulasi/Standar Profesional (apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya.)

    c. Uji Intuisi (mengandalkan tingkat perasaan dan intuisi)

    d. Uji Publikasi 

    e. Uji Panutan/Idola

 Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip-prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

 Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang dihadapi 

  • Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)
  • Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)

Pentingnya mengidentifikasi betul paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti yang kebajikan sama-sama penting.

6. melakukan Prinsip Resolusi

 Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)

7. Penyelidikan Opsi Trilema

Dalam menghadapi dilema etika kita dihadapkan oleh 2 opsi yang harus kita pilih. kadang kita perlu mencari opsi diluar dari 2 pilihan yang sudah ada. 

8. Buat Keputusan

Di tahap inilah tahap yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Jika keputusan sudah diambil, maka kita perlu melihat kembali mulai dari proses saat pengambilan keputusan sehingga bisa menjadi acuan ketika saya dihadapkan dengan dilema etika yang lain. 

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam menjalankan pengambilan keputusan yang baik tidak selamanya berjalan dengan mulus, terkadang kita mengambil jalan dan keputusan yang salah terlebih dahulu dalam kasus yang sudah terjadi yang akhirnya memberikan pelajaran buat kita untuk lebih baik kedepannya. Kesulitan -kesulitan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, terutama kurangnya dan minimnya pengetahuan individu tersebut tentang bagaimana harus mengambil keputusan. Kemudian bisa dikarenakan kurangnya pengalaman hidup yang mampu mengajarkan dan mendewasakan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Bisa juga karena paradigma di lingkungan kita yang sudah mendarah daging tapi tidak sesuai dengan nila-nilai yang tertanam di diri kita, Lalu terkadang ragu akan keputusan yang sudah diambil apakah menguntungkan untuk orang banyak atau tidak.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang kita ambil ini akan sangat berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Ketika seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki pengetahuan yang baik tentang langkah-langkah mengambil keputusan yang baik, ketika seseorang guru memiliki keterampilan itu dengan sangat apik maka guru akan membuat keputusan yang berpihak pada murid. dalam pembelajaran yang memerdekakan murid, murid dijadikan pusat dalam pembelajaran, ketika guru tersebut memutuskan untuk menciptakan ruang lingkup belajar yang menyenangkan, mampu memetakan kebutuhan murid yang beragam, mampu menjadi coach yang baik dan menerapakannya maka akan tercipta pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid yang berbeda dan beraneka ragam. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan menjalankan Pratap Triloka kita bisa memberikan kesan yang positif dalam perkembangan nurid-murid. Dengan mengambil keputusan sebagai pamong yang banyak menuntun bukan banyak menuntut memberikan bimbingan kepada murid untuk bisa menjalankan profil pelajar pancasila.   Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Dalam modul 3.1 ini yakni pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan keterampilan yang wajib dimiliki oleh setiap guru. dalam keterampilan ini sangat berhubungan erat dengan materi-materi yang sudah dipelajari pada modul-modul terdahulu, yakni di modul 1 materinya dapat membenarkan kembali mindset ketika tentang apa itu pendidikan, apa tujuan sebenarnya dari pendidikan, nilai-nilai apa saja yang harus kita miliki sebagai seorang guru, bagaimana menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah, di modul 2 memelajari bagaimana memahami kebutuhan dan memetakan setiap kebutuhan setiap murid, lalu bagaimana mengelola sosial emosional kita, belajar tentang praktik coaching yang mengasah kita mendapatkan keterampilan menjadi seorang coach yang akhirnya mampu menggali potensi murid dan modul yang sedang dipelajari di modul 3 adalah bagaimana seorang pemimpin pembelajaran mengambil sebuah keputusan yang pada akhirnya mengerucut untuk kepentingan bagaimana caranya menjadikan diri kita sebagai guru yang layak digugu dan ditiru sehingga mampu menyajikan pendidikan yang merdeka belajar bagi siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun