Mohon tunggu...
Ni Made Yulia Priyandewi
Ni Made Yulia Priyandewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 2/Universitas Pendidikan Ganesha

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Kearifan Lokal Tri Hita Karana di Era Modern

28 Juni 2024   08:50 Diperbarui: 28 Juni 2024   09:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tri Hita Karana adalah filosofi hidup masyarakat Bali yang menekankan pada keharmonisan hubungan antara tiga unsur, yaitu Tuhan, manusia, dan lingkungan alam.Tri Hita Karana berasal dari bahasa sansekerta dimana kata "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, dan "Karana" berarti penyebab. Jadi, Tri Hita Karana dapat kita artikan sebagai tiga penyebab atau sumber kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Adapun bagian-bagian dari Tri Hita Karana diantaranya sebagai berikut:

1. Parhyangan

Parhyangan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan atau sang Pencipta(Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Aspek ini menekankan pentingnya praktik-praktik spiritual, ritual keagamaan, dan penghayatan akan kebesaran Tuhan. Melalui parhyangan, manusia dapat membangun kedekatan dan keharmonisan dengan Tuhan.

2. Pawongan

Pawongan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Aspek ini menekankan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, saling menghargai, dan saling membantu. Melalui pawongan, manusia dapat membangun relasi yang baik dengan orang lain dan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang damai.

3. Palemahan

Palemahan adalah hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam. Aspek ini menekankan pentingnya menjaga, merawat, dan melestarikan alam sekitar. Manusia harus sadar bahwa dirinya adalah bagian tak terpisahkan dari alam dan memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan ekologis.

Ketiga unsur Tri Hita Karana (parhyangan, pawongan, dan palemahan) saling terkait dan harus dijaga dengan seimbang. Apabila terjadi ketidakseimbangan atau disharmoni pada salah satu aspek, maka akan berdampak pada aspek lainnya dan mengganggu keharmonisan hidup secara keseluruhan.

Implementasi Tri Hita Karana dalam kehidupan modern sangat penting dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang seimbang, damai, dan sejahtera. Upaya pelestarian dan penguatan nilai-nilai Tri Hita Karana harus terus dilakukan agar warisan budaya adiluhung ini dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.Di tengah pesatnya arus modernisasi dan globalisasi saat ini, nilai-nilai kearifan lokal semakin terkikis. Salah satu kearifan lokal yang patut untuk dilestarikan adalah konsep Tri Hita Karana yang berasal dari masyarakat Bali. Tri Hita Karana merupakan filosofi hidup yang menekankan harmonisasi antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan alam.

Konsep Tri Hita Karana sebenarnya telah lama dianut dan diimplementasikan oleh masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Tri Hita Karana diyakini sebagai kunci keharmonisan dan kesejahteraan hidup. Tidak heran jika Bali dikenal sebagai pulau yang damai, indah, dan kental akan tradisi budaya.Sayangnya, seiring dengan arus modernisasi, nilai-nilai Tri Hita Karana mulai terkikis dan tergerus. Gaya hidup konsumeristik, individualistik, serta kurangnya kepedulian terhadap lingkungan alam menjadi ancaman serius bagi kelestarian filosofi Tri Hita Karana. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan penguatan kembali nilai-nilai Tri Hita Karana menjadi sesuatu yang urgent dan mendesak untuk dilakukan.

Dalam konteks kehidupan modern saat ini, prinsip Tri Hita Karana sebenarnya masih sangat relevan dan dibutuhkan. Harmonisasi antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, serta manusia dengan lingkungan alam merupakan fondasi penting bagi terciptanya kehidupan yang seimbang, damai, dan sejahtera.Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dipupuk melalui praktik-praktik spiritual, ritual keagamaan, serta penghayatan akan kebesaran dan kebijaksanaan Sang Pencipta. Manusia modern yang sering terbelenggu dalam kesibukan duniawi perlu meluangkan waktu untuk mengembangkan spiritualitas, berdoa, serta melakukan refleksi diri. Hanya dengan cara demikian, manusia dapat menemukan makna dan tujuan hidup yang sesungguhnya.Selain itu, harmonisasi antara manusia dengan sesama juga sangat penting. Konsep gotong-royong, saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan harus terus dipupuk. Di era individualistik saat ini, nilai-nilai kolektif dan kebersamaan semakin terkikis. Padahal, kehidupan manusia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehadiran dan peran orang lain. Oleh karena itu, membangun relasi yang harmonis dengan sesama menjadi keniscayaan.

Aspek ketiga dalam Tri Hita Karana adalah harmonisasi antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Sudah saatnya manusia modern menyadari bahwa dirinya adalah bagian tak terpisahkan dari alam semesta. Sikap eksploitatif, konsumtif, serta kurangnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan alam harus segera diubah. Manusia harus mampu menjaga, merawat, dan melestarikan alam demi keberlanjutan kehidupan di masa yang akan mendatang.Implementasi nilai-nilai Tri Hita Karana di era modern dapat dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya, hingga politik. Dalam bidang ekonomi, misalnya, praktik-praktik bisnis yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat luas perlu didorong. Dalam bidang sosial dan budaya, pelestarian warisan budaya serta praktik-praktik kearifan lokal harus terus digalakkan. Sementara itu, dalam tataran politik, kebijakan-kebijakan yang mengedepankan keselarasan dan keharmonisan antara manusia, Tuhan, serta alam harus menjadi prioritas utama.Pada akhirnya, upaya untuk memaknai dan mengimplementasikan nilai-nilai Tri Hita Karana di era modern membutuhkan komitmen, kerja keras, serta keterlibatan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, tokoh masyarakat, hingga seluruh lapisan Masyarakat yang ada. Hanya dengan cara demikian, filosofi Tri Hita Karana dapat terus dilestarikan dan menjadi fondasi bagi terciptanya kehidupan yang lebih seimbang, damai, dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun