Mohon tunggu...
INDAH CAHAYANI
INDAH CAHAYANI Mohon Tunggu... Penulis - Wanita sederhana yang kadang rumit.

Menulis bukan hanya tentang merangkai kata, tetapi tentang sejauh mana rangkaian kata yang dibuat memiliki makna.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Patah Hati Terhebatku

22 Mei 2022   21:08 Diperbarui: 22 Mei 2022   21:28 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini, tepat lima bulan kepergianmu Ayah. Aku benci ketika rindu menyerang diriku, tak bisa ku bendung lagi. Rindu ini membuatku rapuh. Hanya doa-doa yang semoga tersampaikan pada mu.

 Ayah, banyak hal yang ingin aku ceritakan tentang hidupku setelah dirimu tiada. Kehidupanku yang mulai berubah, hari-hari yang dilewati terasa cepat tanpa menyisakan apapun. Tak ada lagi pesan singkat yang selalu menanyakan aku pulang jam berapa, mau di jemput atau tidak, atau kau yang selalu meminta dibawakan camilan jika aku hendak pulang darimana pun. Ah, manis sekali kenangan itu. Ijinkan aku untuk mengenang masa-masa indah dengan mu disini.

Ayah, dulu harapan terbesarku adalah bisa segera memberikan toga untukmu. Aku berhasil, meski bukan kau yang memindahkan tali toga saat itu karna situasi dan kondisi yang mengharuskan wisuda dilakukan secara online juga kondisi kesehatanmu yang saat itu sedang tidak baik-baik saja. Sesak, jika mengingat kala itu.

Ayah, Kau superhero terdepan dalam situasi sulit apapun yang tengah aku hadapi. Ketika aku terpuruk karna tertinggal jauh dengan teman-temanku yang sudah lebih dulu lulus kuliah. Kau yang selalu menenangkanku dan selalu bilang tidak apa-apa jika terlambat karna Tuhan pasti akan memberikan diwaktu yang tepat. 

Ayah, aku tak ingin menyianyiakan kerja keras mu selama ini, tapi semenjak kepergianmu aku kehilangan arah juga tujuan hidupku. Toga yang dulu aku ingin hadiahkan untukmu kini hanya menyisakan luka untukku. 

Ayah, kata orang Ayah adalah cinta pertama untuk anak perempuan nya sekaligus menjadi patah hati terhebat ketika kau tiada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun