Pendahuluan
Penafsiran merupakan hal yang urgent agar pesan yang terkandung pada setiap ayat Alquran dapat tersampaikan dengan baik kepada manusia, maka dari itu penafsiran terhadap Alquran tidak pernah berhenti, terus mengalami perubahan dan perkembangan dari zaman klasik hingga kontemporer.[1]
Alquran sebagai pedoman bagi umat Islam diharuskan untuk dapat menjawab setiap problematika yang terjadi, dapat dilihat bagaimana zaman dan permasalahannya juga semakin kompleks dan beragam maka melalui kitab shalih li kulli zaman wa makan ini lah perkembangan penafsiran terus dilakukan untuk menghindari stagnansi dan kejumudan Islam. Hal demikian juga terjadi pada kajian tafsir di Indonesia, Indoensia mengalami proses dan perkembangannya sendiri dalam upaya memahami dan menafsirkan Alquran.[2]
Sosio kultural, sepeprti latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda antara Indonesia dan dunia Arab menyebabkan perkembangan penafsiran yang terjadi di antara keduanya berbeda.
Sebagai mana diketahui bahwa Arab adalah tempat turunnya Alquran dan lahirnya keilmuan tafsir, maka dari itu tafsir dapat berkembang dengan cepat dan pesat tanpa mengalami kesulitan yang berarti dengan bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa pengantar mereka.
Namun tidak dengan perkembangan tafsir yang terjadi di Indonesia yang terkesan lebih lama prosesnya dalam perkembangannya, pemahaman dimulai dengan penerjemahan Alquran terlebih dahulu baru kemudian dilakukan penafsiran yang lebih luas dan rinci.[3]
Kemudian dalam kelanjutannya lahirlah di Indonesia salah satu kitab tafsir pada era komtemporer yang berjudul Alquran dan Tafsirnya terbitan UII Press, namun ada juga yang menyebutnya dengan Alquran Karim dan Terjemah Artinya dalam perkembangannya.
Pembahasan
Salah satu Hadis Rasulullah yang menyebutkan akan pentingnya untuk mempelajari Alquran adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari yang berbunyi:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya".(HR. Bukhari dari Usman r.a.)
Namun pada pengimplemntasiannya masih terjadi banyak kendala dan tantangan khususnya dalam teknis sarana dan prasarana mewujudkannya.
Universitas Islam Indoensia telah merintis salah satu sarana untuk memudahkan pemula dalam membaca dan mempelajari Alquran dengan menerbitkan Alquran dan Tafsirnya.[4] Kitab ini disusun oleh Tim Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia yang beranggotakan Prof. Zaini Dahlan, MA., Drs. H. Zuhad Abdurrahman, Ir. RHA Sahirul Alim, M. Si., Hifni Muchtar L.Ph., MA., Drs. H. Muhadi Zainuddin, L.Th., Drs. H. Hasan Kharomen, dan Drs. H. Dawin Harsono.[5]
Edisi pertama dimulai pada tahun 1995 dan terbit dua tahun kemudian dengan memakai mushaf Usmani melalui khot dari Depag sebanyak 10 jilid. Kitab tafsir ini adalah edisi revisi dari Al-Qur'an dan Tafsirnya yang telah disusun oleh Tim Departemen Agama RI. Adapun perbakan yang dilakukan oleh Tim UII Press antara lain:
a. Kesalahan penulisan teks ayat Alquran, keudian disesuaikan dengan mushaf 'Uthmani berdasarkan standar SK Menteri Agama No. 7 tahun 1984.
b. Kesalahan atau kekurangan pada penerjemahan ayat Alquran
c. Kesalahan penulisan hadis
d. Melengkapi hadis dengan masing-masing perawi
e. Menyempurnakan wakaf, dan tanda baca
f. Melengkapi redaksi dan ejaan sesuai EYD
g. Menyempurnakan lay out dan tulisan Arab
h. Menyesuaikan ejaan dengan SKB 2 Menteri tentang Translasi Arab-Latin
i. Penyempurnaan perwajahan
j. Melengkapi bibbliografi.[6]
Terkait metode penyampaian tafsirnya, dalam kitab ini diberikan batasan untuk setap terjemah, tafsir, dan kesimpulannya dengan judul khusus untuk memudahkan pembaca untuk memahaminya, pada tafsir ini uyga diadakan pengelompokan ayat-ayat dalam satu surat dengan topik tertentu yang satu tema (maudhu'i) yang akan ditafsirkan. Contoh "pengetahuan tentang hari kiamat" pada QS. Fussilat (41): ayat 47-48.[7]
Sistematika penyajian yang digunakan pada kitab ini yakni pada setiap surat dimulai dengan muqaddimah yang menguraikan terkait seluk beluk seputar surat yang akan ditafsirkan, seperti nama surat, tempat diturunkannya, dan jumlah ayat. Setelah itu dilanjtkan dengan uraian singkat mengenai pokok-pokok isi yang terkandung dalam surat.[8]
Terjemah tidak dilakukan perkata tetapi lebih menitik beratkan pada pemahaman kalimat sehingga suatu ayat terkadang lebih pendek dalam terjemah Indonesianya namun kebanyakan lebih panjang, guna memperjelas pengertian. Di samping itu ayat aslinya disejajarkan dengan terjemahnya dan dipenggal menjadi beberapa baris.
Setelah edisi pertama dicetak sejak tahun 1997 maka dibagikan kepada setiap mahasiswa baru UII sampai tahun 2001. Selanjutnya edisi kedua berhasil diterbitkan pada tahun 2004 dan judulnya pun resmi menjadi "Al-Quran-Karim dan Terjemah Artinya" yang bekerja sama dengan pesantren Tahfidzul Qur'an LP3iA Narukan, Kragan, Rembang yang diasuh oleh KH. Ahmad Baharuddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha'. Beliau adalah putera Kia Nur Salim yang merupakan murid Kiai Arwani, Kudus, dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati.
Gus Baha' memiliki ciri khas dalam mengajar, yakni selalu optimis dan gembira, keilmuannya pun tidak digukan terlihat dari bagaimana cara beliau mengajar kitab Jalalain yang menerangkan dari berbagai sisi, baik tata bahasa, fiqih, tasawuf, hakikat, dan hikmah dalam ayat. Maka dengan karismatik yang dimilki gus Baha' kitab Al-Quran Karim dan Terjemah Artinya yang telah ditashih, dikoreksi, sekaligus beliaun menjadi tim ahlinya menjadi lebih mudah dikenal dalam kalangan masyarakat.[9]
Penutup
Alquran sebagai hudan bagi setiap umat muslim telah menjadi keharusan agar penafsiran terhadap ayat-ayatnya tidak pernah berhenti, karena zaman dan tantangannya semakin kompleks begitu juga kebutuhan manusia yang semakin beragam maka panfsiran Alquran dibutuhkan untuk terus dikembangkan agar dapat memayungi dan menjadi pedoman bagi umat Islam.
Salah satu upaya dalam pengembangan keilmuan Alquran dan tasir sebagimana yang dilakukan oleh UII Press dengan mencetak kitab Alquran Karim Terjemah dan Artinya.
Kitab ini terdiri dari 10 jilid, pada cetekan pertama mula-mula kitab ini disusun oleh Tim Badan Wakaf UII pada tahun 1995 yang diketuai oleh Prof. Zaini Dahlan dengan judul "Al-Qur'an dan Tafsirnya". Menggunakan metode maudhu'i atau penyusunannya dilakukan secara tematik, adapun kitab ini juga dapat disebut edisi revisi dari Tafsir Kemenag.
Pada edisi kedua kitab yang terbit pada tahun 2004 dengan judul sebagaimana yang diketahui sekarang yaitu "Qur'an Karim dan Terjemahan Artinya" dilakukan pentashihan oleh tim ahli KH. Ahmad Baharuddin yang lebih dikenal dengan Gus Baha, melalui sentuhan Gus Baha pula kitab ini menjadi semakin mudah dikenal di tengan masyarakat.
Daftar Pustaka
Baidan, Nashruddin. Perkembangan Tafsir Alquran di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003.
Robikah, Siti. "Pergeseran Paradigm Tafsir Al-Quran: Analisis Terhadap Tafsir Feminis di Indonesia." Studi Keislaman 19, no. 1 (2019): 105--28. https://doi.org/DOI://dx.doi.org/10.24042/AJSK.v19i1.3376.
Sihono, Tri. "SEJARAH AL QUR'AN TERBITAN UII." fpscs.uii, 2020, diakses pada 24 Desember 2021. https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/02/07/sejarah-al-quran-terbitan-uii/.
Taufikurrahman. "Kajian Tafsir di indonesia." Mutawatir 2, no. 1 (2012): 1--26.
Tim Aku Baca. "Quran Karim dan Termahan Ditashih Tim Ahli Gus Baha." akubaca.com, 2020, diakses pada 24 Desember 2021. https://akubaca.com/p/quran-karim-dan-terjemahan-ditashih-tim-ahli-gus-baha-hard-cover-jilid-lengkap/.
Tim Badan Wakaf UII. Al-Qur'an dan Tafsirnya. Yogyakarta: UII Press, 1995.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H