h. Menyesuaikan ejaan dengan SKB 2 Menteri tentang Translasi Arab-Latin
i. Penyempurnaan perwajahan
j. Melengkapi bibbliografi.[6]
 Terkait metode penyampaian tafsirnya, dalam kitab ini diberikan batasan untuk setap terjemah, tafsir, dan kesimpulannya dengan judul khusus untuk memudahkan pembaca untuk memahaminya, pada tafsir ini uyga diadakan pengelompokan ayat-ayat dalam satu surat dengan topik tertentu yang satu tema (maudhu'i) yang akan ditafsirkan. Contoh "pengetahuan tentang hari kiamat" pada QS. Fussilat (41): ayat 47-48.[7]Â
Sistematika penyajian yang digunakan pada kitab ini yakni pada setiap surat dimulai dengan muqaddimah yang menguraikan terkait seluk beluk seputar surat yang akan ditafsirkan, seperti nama surat, tempat diturunkannya, dan jumlah ayat. Setelah itu dilanjtkan dengan uraian singkat mengenai pokok-pokok isi yang terkandung dalam surat.[8]Â
Terjemah tidak dilakukan perkata tetapi lebih menitik beratkan pada pemahaman kalimat sehingga suatu ayat terkadang lebih pendek dalam terjemah Indonesianya namun kebanyakan lebih panjang, guna memperjelas pengertian. Di samping itu ayat aslinya disejajarkan dengan terjemahnya dan dipenggal menjadi beberapa baris.Â
Setelah edisi pertama dicetak sejak tahun 1997 maka dibagikan kepada setiap mahasiswa baru UII sampai tahun 2001. Selanjutnya edisi kedua berhasil diterbitkan pada tahun 2004 dan judulnya pun resmi menjadi "Al-Quran-Karim dan Terjemah Artinya" yang bekerja sama dengan pesantren Tahfidzul Qur'an LP3iA Narukan, Kragan, Rembang yang diasuh oleh KH. Ahmad Baharuddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha'. Beliau adalah putera Kia Nur Salim yang merupakan murid Kiai Arwani, Kudus, dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati.
Gus Baha' memiliki ciri khas dalam mengajar, yakni selalu optimis dan gembira, keilmuannya pun tidak digukan terlihat dari bagaimana cara beliau mengajar kitab Jalalain yang menerangkan dari berbagai sisi, baik tata bahasa, fiqih, tasawuf, hakikat, dan hikmah dalam ayat. Maka dengan karismatik yang dimilki gus Baha' kitab Al-Quran  Karim dan Terjemah Artinya yang telah ditashih, dikoreksi, sekaligus beliaun menjadi tim ahlinya menjadi lebih mudah dikenal dalam kalangan masyarakat.[9]
PenutupÂ
Alquran sebagai hudan bagi setiap umat muslim telah menjadi keharusan agar penafsiran terhadap ayat-ayatnya tidak pernah berhenti, karena zaman dan tantangannya semakin kompleks begitu juga kebutuhan manusia yang semakin beragam maka panfsiran Alquran dibutuhkan untuk terus dikembangkan agar dapat memayungi dan menjadi pedoman bagi umat Islam.Â
Salah satu upaya dalam pengembangan keilmuan Alquran dan tasir sebagimana yang dilakukan oleh UII Press dengan mencetak kitab Alquran Karim Terjemah dan Artinya.Â