Mohon tunggu...
Indah RizkaAlifia
Indah RizkaAlifia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Andalas

Saya sangat tertarik untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Arwana Golden Fish "Naga Emas Riau" Tidak Menjadi Primadona di Sungai Siak Lagi?

26 November 2022   09:00 Diperbarui: 26 November 2022   21:40 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Arwana Golden Fish ”Naga Emas Riau” tidak menjadi primadona di Sungai Siak lagi?

Arwana Golden Fish biasa juga disebut dengan ikan naga emas. Ikan ini merupakan ikan endemik Riau yang sudah ada dan mulai langka di sungai dan danau, ikan ini bukan jenis arwana yang diintroduksi seperti arwana yang biasa di jadikan ikan peliharaan di aquarium.

Arwana Golden Fish ini merupakan jenis dari Arwana Asia (Scleropages formosus) salah satu spesies ikan air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia juga disebut "Ikan Naga" karena sering dihubung-hubungkan dengan naga dari mitologi Tionghoa.

Arwana Asia terdaftar dalam daftar spesies langka “Endangered” yang berstatus terancam punah oleh IUCN tahun 2004 lalu. Jumlah spesies ini yang menurun dikarenakan seringnya diperdagangkan karena nilainya yang tinggi sebagai ikan akuarium, terutama oleh masyarakat Asia.

Jenis dari arwana Asia yang ada di riau, yakni jenis emas dengan ekor merah (Golden). Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG). Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekanbaru, Riau. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris keempat sisik (baris sisik dihitung dari bawah perut) atau lebih baik bisa mencapai baris kelima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Kedua ras ini memiliki penampilan yang sangat mirip, begitu juga dengan warna bibir, ekor, dan siripnya. RTG muda memiliki warna yang lebih kusam dibandingkan varietas crossback muda.

RTG bisa dikatakan lebih tangguh dan lebih agresif dari CBG yang semakin besar. Meskipun strain yang dilindungi CITES, ini relatif umum di alam dibandingkan dengan CBG. Sekilas, CBG menyerupai arwana emas kita. Perbedaan yang sangat mencolok terlihat pada ikan yang berukuran cukup besar, di atas 20 cm. Warna emas CBG menutupi seluruh tubuh hingga bagian belakang ikan tertutup cincin emas. Tidak ada back di Gold Red (RTG). Emas, tapi masih hitam (abu-abu).

Ikan Naga emas riau ini habitat alaminya hidup di Riau kawasan konservasi Golden Fish sendiri berada di Danau Pulau Besar dan Danau Bawah, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Selain itu, di Sungai Mahato juga pernah ditemukan ikan arwana tersebut.

Ikan ini adalah karnivora. Namun, anakannya yang muda bisa makan udang air asin beku atau yang masih hidup, croworms, dan bahkan ikan kecil. Faktanya, ikan ini tidak mudah ditemukan di alam. Pada awal 1990-an, ikan ini sangat umum ditemukan di Riau. Bahkan di Sungai Siak maupun anak sungai dahulunya juga bisa ditemukan ikan ini. Seiring dengan waktu, ikan naga emas itu mulai berkurang. Pada umumnya, Ikan Arwana yang sehat dan baik akan tumbuh menjadi setidaknya 24 sampai 60 cm - 75 cm. Beberapa varietas dapat menjadi 120 cm di alam liar.
Golden Fish di alam berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Dikarenakan sebagai ikan peloncat. Satwa yang termasuk dilindungi pemerintah ini merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad.

Habitatnya terganggu oleh aktivitas manusia. Polusi dari limbah mulai menguras ikan ini. Masalah lainnya adalah tingginya permintaan ikan yang sering diburu ini. Eksploitasi alam terbatas karena ketersediaannya yang terbatas. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menyatakan bahwa ikan arwana Asia asli daerah Siak sebagai ikan yang paling dilindungi. Jenis ikan ini saat ini banyak diminati. Namun, Golden Fish Arwana terbatas jumlahnya.

Kurnia Rauf, Direktur Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau, mengatakan ikan mas arwana endemik Riau. Seperti Arwana Super Red di Kalimantan Barat. Ikan jenis ini sangat sulit ditemukan di alam. Dengan adanya hal ini dilakukannya konservasi oleh Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, dengan memasang spanduk peringatan dan melkukan patroli sekitar danau zambrud.

Dijelaskan Suharyono, sesuai Pasal 40 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, bahwa sanksi pidana bagi orang yang sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat 2 adalah pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Dari gambaran status tersebut, maka sumber daya ikan tersebut tentunya perlu diselamatkan. Menyelamatkan sumber daya ikan diharapkan akan memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang, untuk itu pemanfaatannya harus dilakukan dengan penuh bijaksana dan berkelanjutan. Dan hal ini, tak lepas dari perhatian pemerintah untuk menginventarisasi kembali spesies yang terancam punah ini dan dari beberapa informasi yang didapatkan pemerintah Siak hanya berfokus pada satu situs untuk mengkonservasi spesies tersebut yang terdapat di Danau Taman Nasional Zamrud. Pada dasarnya, spesies arwana ini memiliki habitat alami di sepanjang Sungai Siak dan beberapa perairan air tawar di Kabupaten Siak. Dengan ini diperlukannya perkembang di situs lainnya, khususnya di sepanjang Sungai Siak.

Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus ikut andil dalam peranan ini dengan tidak menangkap dan memperjual belikan ikan ini secara bebas. Melainkan  dengan cara yang baik dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keberlanjutan ekologi, sosial, ekonomi dan kelestarian sumber daya perikanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun