Padahal, kandungan dari setiap pemberian pakan dapat memengaruhi kesehatan dan kualitas dari hewan ternak itu sendiri, khususnya bebek di Desa Losari yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.350 ekor.
Tim P2MD HMTRKI yang beranggotakan 12 orang mahasiswa pun bermitra dengan sejumlah petani dan peternak di Desa Losari, lalu melakukan kegiatan sosialisasi.
Setelah itu, dilakukan demonstrasi pembagunan kandang maggot untuk budidaya maggot berkelanjutan yang sebelumnya sempat terhenti. Mahasiswa dan masyarakat juga berdiskusi terkait permasalahan dan perkembangan pasca berjalannya program P2MD ini.
Agar warga semakin paham dengan pelaksanaan program, Tim P2MD HMTRKI membuat modul berisi panduan budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly).
Tak hanya itu, dokumentasi dan penjelasan terkait program ini juga dibagikan melalui media sosial untuk memberi informasi bagi siapa saja yang mengaksesnya.
Menanggapi program yang sedang berjalan, Slamet, PPL (Pejabat Fungsional Penyuluh Pertanian) bagian pertanian di Desa Losari, menyampaikan keterbukaan dan kesediaannya untuk melaksanakan program yang sudah direncanakan.
"Saya sangat terbuka dengan gagasan para mahasiswa dari Undip untuk memanfaatkan limbah organik hasil pertanian, khususnya limbah sayur. Apalagi sampah sayur memang banyak sekali di Losari, jadi saya siap berkontribusi dalam mewujudkan program ini,” ujarnya.
Sejalan dengan yang disampaikan Slamet, Syarifudin, Kepala Desa Losari, juga menyambut kegiatan P2MD ini dengan senang hati. "Kami sangat senang dengan program yang adik-adik Undip bawa ke desa kami, harapannya tentu program ini bisa berkelanjutan dan membawa perubahan perekonomian di Desa Losari,” pungkas Syarifudin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H