Mohon tunggu...
Indah KurniaDewi
Indah KurniaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh gelar sarjana di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Tegalurung

15 Oktober 2021   18:34 Diperbarui: 15 Oktober 2021   18:49 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Observasi minggu pertama di SDN Tegalurung/Dokpri

Pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Tegalurung

Indah Kurnia Dewi a,1, Yulia Puspita,M.Pd.  b,2  

a Pendidikan Akuntansi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

b Pendidikan Seni Rupa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Abstrak 

Kampus Mengajar adalah salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Tujuan dari program ini adalah mengajak para mahasiswa untuk berkontribusi dalam bidang pendidikan khusnya di sekolah daerah 3T. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 160 siswa SDN Tegalurung. 

Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Hasil observasi yang pertama adalah sebagai berikut. Program pertama yang dilaksanakan adalah adaptasi teknologi pembelajaran daring kepada Guru, Siswa, dan Orang Tua berlangsung dengan baik. Metode pembelajaran yang digunakan adalah luring dengan mengggunakan aplikasi video conference seperti Google Meet dan Zoom, penggunaan Google Form sebagai alat tes evaluasi siswa, dan menjelaskan metode pembelajaran yang digunakan pada Kurikulum 2013

Kata Kunci : Kampus Mengajar Angkatan 1, sekolah dasar, pelaksanaan program Kampus Mengajar

Pendahuluan 

Pendidikan merupakan sarana pembentuk karakter masyarakat suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri merupakan proses merubah sikap dan perilaku individu maupun kelompok dalam membentuk manusia yang memiliki sebuah kedewasaan melalui suatu pengajaran dan pelatihan yang mencakup sebuah proses dan cara mendidik. Pendidikan di Indonesia saat ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah, pendidikan non formal yang terdapat pada tempat peribadadan, dan pendidikan informal yang terdapat di dalam keluarga atau pendidikan yang bersifat pribadi. (Asdinah, 2021)

Adanya pandemi Covid-19 yang menyerang dunia pada akhir tahun 2019 mengubah seluruh tatanan hidup masyarakat. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing dan tidak keluar rumah apabila tidak ada hal mendesak. Hal ini juga berdampak pada dunia pendidikan. Seluruh sekolah dan pendidikan tinggi diwajibkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Berbagai aplikasi pembelajaran pun dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar selama masa pendemi.

Pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar juga menggunakan pembelajaran daring/jarak jauh dengan bimbingan orang tua. Menurut Isman, pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa aplikasi seperti Google Classroom, video conference, ataupun melalui Whatsapp Group. (Dewi, 2020)

Ada beberapa kendala yang dihadapi guru selama diadakannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), diantaranya yaitu : 1) guru tidak berpikiran secepat ini harus menggunakan pembelajaran full online, walaupun ada upaya ke arah tersebut, tapi tidak secepat ini, 2)tidak semua guru memiliki keterampilan literasi digital yang sama, ada guru yang relatif lebih mampu beradaptasi, namun ada pula yang tidak mampu beradaptasi, sehingga mereka mengalami kesulitan melaksanakan pembelajaran secara daring, 3)tidak semua guru dan siswa memiliki perangkat minimal yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring, 4)kualitas koneksi dan ketersediaan paket data yang masih terbatas, dan membutuhkan biaya yang besar, sehingga hal ini menjadi kendala dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. (Hamdani, 2020)

Kampus Mengajar adalah kegiatan mengajar di sekolah yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim menjelaskan tujuan diadakannya Kampus Mengajar adalah pertama, untuk menghadirkan mahasiswa sebagai bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi. Kedua, membantu pembelajaran di masa pandemi, terutama untuk SD di daerah 3T. Penyelenggaraan program ini sendiri adalah atas dukungan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).  (Kemendikbud, Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021, Upaya Kemendikbud Libatkan Mahasiswa dalam Penguatan Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Masa Pandemi, 2021)

Program ini merupakan solusi bagi sekolah dasar yang terdampak pandemi dengan memberdayakan mahasiswa yang berdomisili di sekitar wilayah sekolah untuk membantu guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, adaptasi teknologi, dan administrasi manajerial di tengah masa pandemi Covid-19. (Hendayana, 2021)

Lokasi pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 yang penulis ikuti adalah di SDN Tegalurung yang beralamat di Jln.Parapatan Timur No.02 Legon Kulon, Pamanukan, Subang. Sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup layak untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini antara lain : 6 ruang kelas, ruang guru, lapangan upacara, kantin, dan 2 kamar mandi. Perpustakaan sekolah masih belum ada dikarenakan bangunan nya yang sudah rusak, sehingga buku-buku perpustakaan disimpan di ruang guru untuk sementara.

Jumlah siswa di SDN Tegalurung adalah 167 siswa yang terdiri dari 102 siswa pepempuan dan 65 siswa laki-laki. Jumlah penerimaan siswa pada ajaran baru tahun ini berkurang dibanding tahun sebelumnya. Bu Ida, guru pamong menyampaikan ada beberapa faktor penyebab jumlah siswa ajaran baru  menurun, diantaranya 1)Siswa yang bersekolah di SDN Tegalurung hanyalah anak-anak yang tempat tinggalnya berada di kawasan Tegalurung saja, 2)Adanya persaingan dengan SDN Tegalsari yang berlokasi tepat di seberang SDN Tegalurung, 3)Kurangnya promosi dari pihak guru SDN Tegalurung pada orang tua calon siswa di daerah kawasan sekolah. Guru SDN Tegalsari mengunjungi setiap rumah yang memiliki anak-anak usia sekolah, sekaligus meminta berkas persyaratan pendaftaran masuk sekolah dan secara pribadi mengurus berkas-berkas pendaftaran tersebut sehingga orang tua tidak harus mendatangi sekolah untuk mengurus proses pendaftaran. Sedangkan, guru di SDN Tegalurung tidak melakukan hal tersebut, sekolah tidak memaksa orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya disana.

SDN Tegalurung menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh sesuai dengan kebijakan dari Kemendikbud di masa pandemi. Dalam Permendikbud No.109 Tahun 2013 dijelaskan bahwa Pembelajaran Jarak Jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Prinsip-prinsip PJJ adalah sebagai berikut : 1)Adanya keterpisahan antara pendidik dan peserta didik lintas ruang dan waktu sehingga lebih menekankan pada belajar secara mandiri, 2)Interaksi pembelajaran secara TIK menggunakan berbagai sumber belajar TIK dan media lain, 3)Diorganisasikan secara sistematis dalam satu organisasi sesuai dengan aturan yang berlaku, 4)Dimungkinkan adanya tatap muka secara terbatas. (Jenri Ambarita, Jarwati, Dina Kurnia Restanti, 2020)

Proses pembelajaran di SDN Tegalurung menggunakan PJJ Dalam Jaringan (Daring) dan PJJ Luar Jaringan (Luring). Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi virtual yang tersedia (Syarifudin, 2020). PJJ Daring secara khusus menggabungkan teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet. (Dasar, 2020). Dalam hal ini, guru di SDN Tegalurung menggunakan aplikasi Whatsapp Grup dan Google Classroom sebagai media untuk mengirimkan materi pembelajaran dan tugas siswa setiap minggunya.

Menurut Direktorat Sekolah Dasar, PJJ Luar Jaring (Luring) dapat dilakukan melalui siaran televisi, radio, modul belajar mandiri, bahan cetak maupun media belajar dari benda di lingkungan sekitar. Untuk mendukung PJJ Luring, Kemendikbud bekerja sama dengan TVRI. Televisi Republik Indonesia (TVRI) akan menayangkan program baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang bertajuk Belajar dari Rumah. Program tayangan ini menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa, guru, maupun orang tua, selama masa belajar di rumah di tengah wabah Covid-19. 

Program Belajar dari Rumah di TVRI akan diisi dengan berbagai tayangan edukasi, seperti pembelajaran untuk jenjang PAUD hingga pendidikan menengah, tayangan bimbingan untuk orang tua dan guru, serta program kebudayaan di akhir pekan, yakni setiap Sabtu dan Minggu (Kemdikbud, 2020). Guru di SDN Tegalurung mengarahkan siswanya untuk menonton tayangan Belajar Dari Rumah sebagai tambahan pembelajaran. 

Selain itu, khusus untuk siswa kelas 1 dan 2 juga diadakan pembelajaran tatap muka terbatas dan mengikuti protokol kesehatan. Alasan diadakannya pembelajaran tatap muka ini karena siswa kelas 1 dan 2 rata-rata belum bisa membaca dan berhitung, sehingga guru mengajari siswa membaca dan berhitung secara langsung. Sebelumnya, guru juga sudah meminta orang tua untuk mengajari anak-anaknya membaca di rumah. 

Akan tetapi, banyak orang tua yang mengeluh jika anak-anak mereka sulit diajak belajar membaca. Ada juga orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak ada waktu mengajari anak-anak membaca di rumah. Pada akhirnya, sekolah mengambil kebijakan diadakannya pembelajaran tatap muka terbatas untuk seluruh siswa kelas 1 dan 2 juga siswa di kelas lain yang masih belum lancar membaca. Pembelajaran tatap muka terbatas ini diadakan satu minggu sekali.

Siswa SDN Tegalurung rata-rata berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Rata-rata siswa tidak belajar terlebih dahulu di PAUD ataupun TK, hal ini menyebabkan siswa sama sekali tidak bisa membaca dan berhitung ketika masuk Sekolah Dasar. Orang tua siswa juga kebanyakan tidak terlalu peduli tentang pendidikan anak-anak mereka, yang terpenting anak mereka masuk sekolah dan mendapat ijazah. 

Profesi orang tua siswa rata-rata adalah sebagai petani, mereka pergi ke sawah dari subuh hingga sore hari. Saat di rumah, mereka langsung beristirahat setelah seharian bekerja. Karena hal inilah kebanyakan orang tua siswa menyampaikan kepada guru tidak ada waktu untuk mengajari anak membaca ataupun mengontrol tugas sekolah anak-anak mereka.

Tugas mahasiswa peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 adalah membantu guru menjalankan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan ide-ide belajar yang kreatif serta membantu mencari solusi dari permasalahan yang ada di sekolah tersebut.

Artikel ini memaparkan kegiatan apa saja yang dilalukan mahasiswa peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Tegalurung.

Metode Penelitian

              Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa SDN Tegalurung. Objek penelitian adalah implementasi program Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Tegalurung. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara.

              Tentang metode penelitian kualitatif, menurut Creswell (2008) mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan dan di analisis. (Semiawan)

              Menurut Creswell, observasi adalah proses pemrolehan data dari tangan pertama, dengan cara melakukan pengamatan orang serta lokasi dilakukannya penelitian. Obsevasi ini dilakukan secara langsung oleh Penulis di SDN Tegalurung selama 10 minggu.

              Menurut KBBI, dokumentasi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, pemilihan, dan juga penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, yang memberikan atau mengumpulkan bukti terkait keterangan, seperti kutipan, gambar, sobekan koran, dan bahan referensi lainnya. Dokumentasi yang dilakukan Penulis adalah memfoto setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah.

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan da didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh karena itu hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan. (Rachmawati, 2007)

Hasil dan Pembahasan 

1. Pelaksanaan Program Mengajar

Pembelajaran Luring/Dokpri
Pembelajaran Luring/Dokpri

            Setiap mahasiswa peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari rata-rata 5 mahasiswa per kelompok. Pembagian kelompok ini di dasarkan pada jumlah sekolah yang memiliki akreditasi C di suatu daerah dan jumlah mahasiswa peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 yang berdomisili di sekitar sekolah tersebut. Di SDN Tegalurung, mahasiswa yang ditugaskan berjumlah 5 orang yang berasal dari empat kampus yang berbeda, diantaranya 2 mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia, 1 mahasiswa dari Universitas Singaperbangsa Karawang, 1 mahasiswa dari Universitas Pasundan, dan 1 mahasiswa dari Universitas Islam Bandung.

            Di sekolah, setiap mahasiswa menjadi penanggung jawab di satu kelas. Fokus pembelajaran adalah pada pemantapan materi dan pemahaman literasi dan numerasi khususnya untuk kelas satu dan dua yang rata-rata belum lancar membaca ataupun berhitung. Kegiatan pembelajaran di dasarkan pada rencana pembelajaran yang sudah dibuat dan di diskusikan dengan guru pamong sebelumnya. Setiap mahasiswa masuk ke dalam grup whatsapp kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk menginfokan kegiatan pembelajaran ataupun tugas yang akan diberikan kepada siswa.

            Kegiatan pembelajaran di laksanakan secara luring dan daring. Khusus untuk kelas 1, 2, dan 3 kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring karena rata-rata siswa belum memiliki ponsel pintar. Selain itu, sifat anak-anak masih agak manja, suka bercanda, dan berisik, penulis mengkhawatirkan kegiatan pembelajaran tidak akan kondusif apabila pembelajaran diadakan secara daring. Untuk kelas lainnya, kegiatan belajar mengajar di laksanakan secara daring dan luring sesuai jadwal yang sudah dibuat. Penulis sendiri bertanggung jawab terhadap siswa kelas dua, seluruh kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara luring.

            Wali kelas 1 dan kelas 2 menegaskan bahwa pembelajaran lebih difokuskan pada belajar membaca dan berhitung karena siswa rata-rata masih belum lancar membaca dan berhitung. Mengikuti saran dari wali kelas, kegiatan belajar mengajar tidak difokuskan pada materi pembelajaran tetapi fokus pada belajar membaca dan berhitung. Jika siswa belum lancar membaca, materi apapun  yang diajarkan akan sulit di pahami oleh siswa. Untuk kelas 3, 4, 5, dan 6 pembelajaran difokuskan pada pendalaman materi sesuai dengan yang di anjurkan oleh wali kelas di kelas tersebut.

            Media pembelajaran yang digunakan adalah Google Meet, Whatsapp Group, Google Classroom, dan Google Form untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. Kegiatan pembelajaran diadakan secara daring dan luring. Untuk kegiatan belajar mengajar secara luring, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok belajar akan ditentukan hari apa mereka harus datang ke sekolah untuk mengikuti pembelajaran secara luring. Untuk kegiatan belajar mengajar secara daring, dilakukan melalui media Google Meet. Wali kelas akan memberi tahu kan materi apa yang harus diajarkan, mahasiswa kemudian akan membuat power point sebagai bahan ajar untuk siswa di pembelajaran daring tersebut.

            Ada beberapa kendala yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar secara daring dilakukan. Yang pertama adalah kendala sinyal. Sinyal di daerah Legon Kulon sangat lemah, hanya satu provider yang menerima sinyal cukup bagus. Penulis dan mahasiswa lain harus mengganti kartu ke provider tersebut karena provider lainnya sama sekali tidak ada sinyal. Meskipun sudah mengganti provider, terkadang sinyal yang didapat juga tidak cukup kuat untuk melakukan pertemuan secara daring. Yang kedua adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap pembelajaran siswa. Di kelas yang penulis ajar, hanya sebagian siswa yang mengikuti pembelajaran daring, padahal sebelumnya wali kelas dan penulis sudah mengingatkan di grup Whatsapp bahwa akan diadakan kelas secara daring dan meminta partisipasi aktif dari orang tua dan siswa dalam kegiatan tersebut. Selama permbelajaran daring pun, dari apa yang penulis perhatikan, hanya beberapa orang tua yang mendampingi anak -- anaknya selama pembelajaran. Akibatnya, pembelajaran secara daring ini menjadi kurang efektif karena kurangnya kontrol dan perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar mengajar secara daring di rumah.

            Dalam pembelajaran luring, kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan lancar dan kondusif. Akan tetapi, pembelajaran secara luring ini pun masih kurang efektif dikarenakan waktu pembelajaran yang terbatas. Siswa hanya melakukan pembelajaran di sekolah satu minggu sekali dengan durasi sekitar 2 jam. Waktu pembelajaran ini masih kurang cukup untuk membahas semua materi yang harus di ajarkan selama satu semester. Pada akhirnya, untuk materi yang bersifat teori, guru hanya mengirimkan modul pembelajaran yang harus dibaca oleh siswa dan tugas yang harus dikumpulkan di Google Classroom. Kegiatan belajar mengajar secara luring di fokuskan pada mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang memerlukan penjelasan guru agar siswa dapat memahami materi tersebut dengan baik.

            Pada akhirnya, pembelajaran di masa pandemi ini memerlukan kerja sama antara guru dengan orang tua siswa supaya kegiatan belajar mengajar berlangsung secara efektif. Kontrol dan perhatian orang tua terhadap kegiatan pembelajaran anak-anak mereka sangatlah diperlukan, khususnya untuk mata pelajaran yang tidak secara langsung diajarkan oleh guru. Orang tua harus membantu anak -- anak mereka mempelajari modul yang diberikan oleh guru kepada siswa. Jika hal ini tidak dilakukan, maka siswa tidak akan mendapat hasil pembelajaran yang optimal.

2. Membantu Adaptasi Teknologi

Sosialiasi Adaptasi Teknologi/Dokpri
Sosialiasi Adaptasi Teknologi/Dokpri

            Penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar di SDN Tegalurung tergolong belum maksimal. Ada beberapa kendala dalam penerapan teknologi dalam pembelajaran daring. Kendala tersebut diantaranya berasal dari guru sendiri, siswa, dan lokasi sekolah yang tergolong sulit mendapatkan sinyal. Selama ini, guru hanya menggunakan aplikasi Whatsapp grup untuk mengirimkan materi pembelajaran sekaligus tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dalam waktu satu minggu. Komunikasi antara guru dan orang tua maupun guru dan murid menggunakan personal chat lewat Whatsapp.

            Penulis menilai pembelajaran yang hanya disampaikan lewat Whatsapp grup kurang efektif. Guru mengirimkan modul pembelajaran di Whatsapp grup tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai isi dari modul pembelajaran tersebut. Hal ini membuat orang tua dan siswa harus mempelajari modul pembelajaran tersebut secara otodidak untuk mengerjakan tugas mingguan yang diberikan oleh guru. Melihat hal ini, penulis dan mahasiswa yang lain membuat rencana untuk melalukan sosialisasi mengenai aplikasi - aplikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran secara daring. Rencana ini disambut dengan baik oleh Kepala Sekolah dan guru lainnya.

            Setelah berkonsultasi dengan Kepala Sekolah dan guru pamong, kegiatan sosialisasi aplikasi media pembelajaran ini akan dibagi ke dalam dua kegiatan. Kegiatan yang pertama adalah sosialisasi kepada seluruh guru di SDN Tegalurung, kegiatan yang kedua adalah sosialisasi untuk orang tua dan siswa SDN Tegalurung khusus untuk kelas 4, 5, dan kelas 6.

Aplikasi yang akan di perkenalkan dalam sosialisasi adalah aplikasi video conference seperti Zoom dan Google, aplikasi pembelajaran seperti Google Classroom, dan aplikasi Google Form. Orang tua juga diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi ini supaya mereka bisa membantu dan turut serta mengawasi anak - anaknya dalam pembelajaran daring. Anak -- anak cenderung mudah hilang fokus apabila hanya memperhatikan penjelasan guru melalui ponsel, karena itulah peran orang tua dibutuhkan untuk mengontrol anaknya agar tetap fokus dalam pembelajaran supaya kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif.

            Penggunaan aplikasi video conference Google Meet cukup efektif digunakan dalam pembelajaran. Guru lebih memilih menggunakan Google Meet dibandingkan Zoom karena aplikasi Zoom mengharuskan pengguna untuk mendaftar premium jika tidak ingin pertemuan ditutup secara paksa setiap 40 menit. Materi pembelajaran berupa teori dijelaskan melalui pembelajaran daring di Google Meet, sedangkan materi pembelajaran lain yang lebih lebih kompleks seperti Matematika dan IPA akan dijelaskan dalam pembelajaran tatap muka terbatas setiap satu minggu sekali. Terkadang waktu pembelajaran tatap muka tidak cukup untuk membahas semua materi, maka guru akan melanjutkan pembahasan materi tersebut di Google Meet.

            Aplikasi Whatsapp tetap digunakan sebagai aplikasi komunikasi utama antara guru dan siswa. Guru menggunakan Whatsapp grup untuk menyampaikan informasi -- informasi penting kepada orang tua siswa. Konsultasi tugas juga dilakukan melalui Whatsapp Grup atau personal chat.

            Untuk pembagian modul pembelajaran dan tugas siswa menggunakan aplikasi Google Classroom. Dengan aplikasi ini, modul pembelajaran dan tugas siswa akan terkontrol dengan lebih baik. Jika menggunakan Whatsapp Grup, terkadang modul pembelajaran dan tugas akan tertutupi oleh percakapan -- percakapan lainnya. Guru juga dapat melihat siapa saja siswa yang mengirimkan tugas dengan tepat waktu dan siapa saja siswa yang terlambat mengumpulkan tugas.

            Google Formulir digunakan oleh guru untuk membuat soal-soal ulangan harian, kuis, dan juga sebagai media presensi kelas. Dengan aplikasi ini, guru tidak perlu lagi mengoreksi jawaban ujian setiap siswa karena nilainya secara otomatis langsung ter-update oleh Google Formulir.

3. Membantu Administrasi Sekolah dan Guru

            Ada beberapa jenis administrasi yang dilakukan oleh sekolah dan guru. Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 1 membantu beberapa administrasi tersebut, diantaranya :

a) Membantu membuat akun sekolah

             Kemendikbud mewajibkan setiap sekolah untuk membuat akun di website Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Akun ini nantinya akan di kelola oleh Operator Sekolah. Tujuan dari pembuatan akun ini adalah untuk mengetahui kondisi sekolah lebih detail dan nantinya akan dijadikan bahan evaluasi untuk program -- program yang akan dibuat oleh Dirjen Pendidikan. Mahasiswa membantu membuat akun tersebut dan mengisi kuisioner yang tertera di dalamnya. Pengisian kuisioner ini tentunya didampingi oleh guru pamong yang mengetahui keadaan sekolah secara mendetail.

b)Membantu merekap presensi

             Penilain Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester dilaksanakan di rumah masing -- masing siswa selama satu minggu. Pengecualian untuk siswa kelas 6 yang melaksanakan Penilaian Akhir Semester dan Ujian Sekolah di sekolah. Mahasiswa membantu guru membuat presensi PAS dan US untu kelas 6 serta merekapnya. Mahasiswa juga membantu guru mengawasi siswa kelas 6 yang melaksankan Ujian Sekolah dan Penilaian Akhir Semester.

c) Membantu merekap nilai rapor siswa

             Ada beberapa penilaian yang dilakukan di setiap semester, diantaranya tugas harian, Ulangan Harian, Penilaian Tengah Semester, Penilaian Akhir Semester, serta keaktifan siswa selama pembelajaran dilaksanakan.

             Penilaian harian diambil dari keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, tugas harian, dan ulangan harian yang diberikan oleh guru. Jika ada nilai tugas harian siswa yang kurang dari KKM, guru akan meminta siswa tersebut untuk mengerjakan pengayaan. Sedangkan untuk ulangan harian, apabila nilai siswa dibawah nilai KKM maka guru akan mengadakan remedial atau meminta siswa mengerjakan tugas tambahan.

             Nilai PTS dan PAS diambil dari PTS dan PAS yang dilakukan siswa di rumah masing-masing. Dikarenakan saat ini masih pandemi, siswa tidak memungkinkan untuk melakukan PTS dan PAS di sekolah. Guru memberikan soal-soal PTS dan PAS yang harus dikerjakan siswa dan mengumpulkannya minggu depan.

             Sekolah menentukan nilai KKM uuntuk siswa di setiap mata pelajaran. Apabila nilai PTS dan PAS siswa tidak memenuhi, guru akan mengadakan remedial untuk memperbaiki nilai tersebut. Akan tetapi, seberapa bagus pun nilai remedial siswa, guru akan memberikan nilai PTS dan PAS nya sebesar nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah.

             Mahasiswa membantu guru merekapitulasi nilai siswa untuk dijadikan nilai rapor. Penilaian tersebut diambil dari tugas harian, Ulangan Harian, PTS, PAS, dan keaktifan siswa di kelas.

Simpulan 

                   Seluruh rangkaian kegiatan Kampus Mengajar 1 telah dilaksanakan dengan baik. Adaptasi teknologi yang dilakukan mahasiswa disambut dengan antusias oleh para guru dan siswa. Pengetahuan teknologi ini meningkatkan efektifitas pembelajarn baik secara daring maupun luring.

Referensi

Asdinah, N. A. (2021). Urgensi Merdeka Belajar : Tanggapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Terhadap Kebijakan Kampus Mengajar. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.

Dasar, D. S. (2020). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Bisa Jadi Model Pembelajaran Masa Depan. ditpsd.kemdikbud.go.id.

Dewi, W. A. (2020). Daampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif.

Hamdani, A. R. (2020). Efektivitas Implementasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 Pada Jenjang Sekolah Dasar di Kabupaten Subang. Cetta.

Hendayana, Y. (2021). Kampus Mengajar Angkatan 1 Selesai, Mahasiswa Tuai Pengalaman dan Keterampilan selama Mengabdi. Kemendikbud.

Jenri Ambarita, Jarwati, Dina Kurnia Restanti. (2020). Pembelajaran Luring. Penerbit Adab.

Kemdikbud. (2020). Kemendikbud Hadirkan Program Tayangan "Belajar dari Rumah" di TVRI. kemdikbud.go.id.

Kemendikbud. (2020). Kemendikbud Hadirkan Program Tayangan "Belajar dari Rumah" di TVRI. kemdikbud.go.id.

Kemendikbud. (2021). Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021, Upaya Kemendikbud Libatkan Mahasiswa dalam Penguatan Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Masa Pandemi. dikbud.kemdikti.go.id.

Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif : Wawancara . Jurnal Keperwatan Indonesia , 35-40.

Semiawan, P. R. (t.thn.). Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Metode, dan Keunggulannya). Jakarta: Grasindo.

Syarifudin, A. S. (2020). Implementasi Pembelajaran Daring untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing. Metalingua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun