Mohon tunggu...
Indah Nurat
Indah Nurat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perawat

Ora Et Labora

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor Risiko Penyebab dan Pencegahan Kanker

11 Juni 2024   10:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   11:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kita semua pasti pernah mendengar kata “Kanker” serta tidak asing dengan kata tersebut. Kanker adalah penyakit tidak menular yang diawali dengan kerusakan materi genetik atau DNA suatu sel. Kata kanker sendiri berasal dari bahasa Yunani, καρκίνος (dibaca karkinos), yang berarti udang-karang dan merupakan istilah umum untuk ratusan tumor ganas yang masing-masing sangat berbeda satu sama lain. (Jong, 2002).

Kanker adalah penyakit di mana sel  kehilangan kendali dan mekanisme normalnya, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel kanker terus membelah  dan berkembang dari berbagai jaringan di dalam organ, antara lain sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru-paru, sel saluran kemih, dan sel-sel lain di dalam tubuh. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh (Diananda, 2007).

Menurut data WHO, penyakit tidak menular memiliki angka kematian tertinggi, dan kanker menduduki peringkat kedua  (WHO, 2022). Menurut data Global Cancer Statistics (GLOBOCAN), terdapat 19,3 juta kasus kanker baru dan 10 juta kematian terkait kanker pada tahun 2020. GLOBOCAN juga memperkirakan pada tahun 2040 akan terjadi peningkatan secara global sebanyak 47% kasus kanker baru, menjadi 28,4 juta kasus kanker baru (Sung, 2021). 

Pada tahun 2020, Indonesia melaporkan total 396.914 kasus  baru dari lima jenis kanker yang paling umum: kanker payudara (16,6%), kanker serviks (9,2%), kanker paru-paru (8,8%), kanker usus besar (8,6%), dan Kanker Hati (5,4%) meningkat sebesar 13,8% dibandingkan penambahan  baru pada tahun 2018 (Globocan, 2022).

Pendanaan pengobatan kanker di Indonesia sangat mahal. Pada tahun 2012, pembiayaan kanker pada Jamkesma dalam pengobatan kanker menunjukkan terbesar kedua setelah hemodialisa, yaitu sebesar Rp 144,7 miliar. Pendanaan ini semakin meningkat menjadi Rp 905 miliar pada tahun 2014. Biaya pengobatan kanker relatif tinggi, mulai dari diagnosis hingga pengobatan. Untuk mengobati pasien kanker, sumber daya yang cukup harus dialokasikan untuk  kemoterapi, terapi radiasi, dan pengobatan lainnya (Moeloek, 2015).

Setiap orang berisiko terkena kanker. Zat yang meningkatkan risiko  kanker disebut  karsinogen. Beberapa karsinogen, seperti radiasi sinar ultraviolet dan bahan kimia, dapat merusak DNA dan menyebabkan mutasi. Bahan kimia yang terdapat pada tembakau, seperti benzo (alpha) pyrene, dimethylnitrosamin, dan komponen nikel, dapat merusak DNA dan menyebabkan mutasi pada sel. 

Selain itu, ada  karsinogen yang  mendorong pertumbuhan sel. Peningkatan pembelahan sel yang disebabkan oleh zat-zat ini mengarah pada tahap awal pembentukan tumor, zat-zat ini disebut promotor tumor. Karsinogen tersebut adalah asbes, beberapa infeksi virus yang mampu menyebabkan inflamasi kronis (seperti Virus Hepatitis B, dan Human Papillomavirus), serta Helicobacter pylori yang mampu menyebabkan kanker gaster (Auline, dkk. 2023). 

Faktor risiko kanker secara umum dibagi menjadi faktor yang non-modifiable (tidak dapat dicegah) dan faktor yang modifiable (dapat dicegah). Faktor yang tidak dapat dicegah termasuk genetik, usia, hormon dan jenis kelamin (Albini, dkk. 2015). Studi yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa 90-95% kasus kanker disebabkan oleh faktor yang dapat dicegah seperti infeksi, pola makan, merokok, alkohol, radiasi, polusi, dan paparan karsinogen lainnya (Anand P, dkk. 2008).

Faktor Risiko Kanker yang Tidak Dapat Dicegah seperti genetik, sebanyak 5-10% kasus kanker disebabkan oleh mutasi genetik herediter pada gen predisposisi kanker. Para peneliti telah menemukan mutasi pada beberapa gen spesifik yang berhubungan dengan jenis kanker tertentu yang disebut  sindrom kanker herediter (Tsaousis, dkk. 2019).

Selanjutnya faktor terkait usia, insidensi kanker meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan atas dasar ini kanker disebut sebagai age-related disease. Salah satu hipotesis yang mendasari adalah akumulasi kerusakan seluler, respons terhadap kerusakan DNA yang kurang efektif, dan pemendekan telomer (White M.C., dkk,. 2014). 

Pemendekan telomer terjadi seiring usia karena panjang telomer berkurang setiap terjadi pembelahan sel, di mana telomer yang pendek berasosiasi dengan instabilitas genom. Studi melaporkan bahwa individu dengan telomer pendek memiliki risiko kanker yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan telomer panjang. Studi ini dilaporkan pada jenis kanker buli, kanker paru, kanker saluran cerna, dan kanker sistem urogenital (Berben L, dkk. 2021). 

Faktor lainnya yaitu hormon, merupakan protein yang berperan dalam perkembangan dan fungsi berbagai organ. Pada saat yang sama, hormon juga berpeluang menjadi faktor risiko kanker baik endogen maupun eksogen. Hormon estrogen dikaitkan dengan risiko kanker payudara, kanker endometrium, kanker tiroid, dan kanker testis (kanker intrauterin). 

Hormon progesteron untuk kanker ovarium dan payudara Hormon FSH pada kanker ovarium Hormon dihidrotestosteron pada kanker prosta serta hormon TSH pada kanker tiroid (Henderson & Feigelson, 2000). Konsumsi hormon steroid, terapi hormone replacement dan kontrasepsi oral yang terdiri dari estrohen murni, dapat memengaruhi proliferasi sel sehingga meningkatkan risiko kanker berbasis hormon (Chen, 2008).

Faktor Risiko Kanker yang Dapat Dihindari terdiri dari Infeksi, Diit, Obesitas, rokok, alkohol, Zat kimia dan polusi (Noorwati, 2022). Faktor infeksi memainkan peran utama dalam perkembangan kanker. Kanker yang berhubungan dengan penyakit menular tiga kali lebih umum terjadi di negara-negara berkembang dibandingkan di negara-negara maju, dan kematian akibat kanker yang berhubungan dengan infeksi dilaporkan sebesar 15-20% (Anand P, dkk 2008). 

Lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), dalam hal ini, yaitu HPV 16 dan 18 (WHO, 2022). Sebanyak 56% kasus kanker hati di dunia disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan 20% lainnya disebabkan virus hepatitis C (Maucort, dkk. 2018). 

Baik HPV dan virus hepatitis B memiliki vaksin yang efektif mencegah infeksi. Untuk mengembangkan kebiasaan gaya hidup sehat, penting juga bagi masyarakat untuk memberikan edukasi mengenai penularan virus pada manusia, misalnya dengan berganti pasangan. 

Selain itu, para peneliti telah lama  menduga bahwa pola makan mempunyai dampak signifikan terhadap pertumbuhan kanker. Kematian kanker akibat pola makan dilaporkan sebesar 30-35% terjadi secara global dan diestimasikan seharusnya dapat dicegah dengan pola makan yang tepat, aktivitas fisik, serta berat badan yang cukup (Donaldson, 2004). 

Berbagai jenis makanan dan  pengolahannya ditemukan berhubungan dengan perkembangan kanker, termasuk konsumsi daging merah, daging olahan, makanan yang diawetkan, makanan yang dimasak dengan suhu tinggi, dan konsumsi alkohol menjadi perhatian. Pola makan yang tidak seimbang pada akhirnya dapat memicu terjadinya obesitas. 

Menurut IARC, terdapat bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko  13 jenis kanker. Pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, peningkatan BMI sebesar 5 kg/m2  meningkatkan risiko kanker kolorektal sebesar 5%  dan  kanker endometrium hingga 50% (Lauby, 2016). Lemak visceral secara terus-menerus mensekresi asam lemak bebas / free fatty acid, molekul proinflamasi, faktor pertumbuhan, estrogen, hormon dan adipokin yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit, termasuk kanker. 

Rokok meningkatkan risiko mencakup hingga 16 jenis kanker (Cogliano, 2011). Negara kita saat ini merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok aktif tertinggi di dunia, dimana jumlah perokok aktif mencapai 28,96% dari penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas. 

Menurut data WHO dari Indonesia, 22,5% kematian akibat kanker disebabkan oleh konsumsi rokok (WHO, 2022). Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan kematian kanker di dunia akibat rokok sebesar 25-30%. Berdasarkan sebuah meta-analisis, perokok berisiko hampir 9 kali lipat lebih tinggi menderita kanker paru, yaitu kanker dengan mortalitas tertinggi (Gandini, 2008). 

Rokok mengandung lebih dari 5.300 bahan, lebih dari 70 di antaranya bersifat karsinogeni. Rokok menyebabkan perubahan besar pada jaringan sel pulmoner yang menginduksi karsinogenesis, memicu kadar spesies oksigen reaktif yang tinggi dan menyebabkan gangguan dalam fungsi sel epitel dan endotel serta inflamasi (Walser, dkk. 2008). 

Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar liur, saluran cerna, dan payudara. Alkohol dan metabolit utamanya, yaitu asetaldehida, dikategorikan sebagai karsinogen oleh IARC. Mekanisme alkohol sebagai karsinogen dapat dihipotesiskan oleh efek genotoksik dari asetaldehida, peningkatan konsentrasi estrogen, cellular stress, metabolisme folat yang terganggu, dan inflamasi yang dapat memicu mutasi DNA. Metabolisme etanol memiliki peran yang paling penting pada karsinogenesis karena dalam prosesnya memproduksi spesies oksigen reaktif (Ratna, 2017). 

Efek konsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan perlemakan hati, hepatitis akut/kronik, dan sirosis yang pada tahap lanjut menjadi hepatokarsinoma di mana risikonya meningkat 3 hingga 10 kali lipat (Matsushita, 2019). Faktor terakhir yaitu Zat kimia dan polusi, sebuah meta-analisis terhadap polusi udara rumah tangga dari pembakaran bahan bakar padat menemukan adanya asosiasi dengan kanker mulut, serviks, dan saluran napas atas (Josyula, dkk. 2015). 

Pajanan okupasional juga dihubungkan dengan kanker, termasuk di antaranya asap bensin dan diesel, debu yang dapat terhirup (logam, silika), atau pekerjaan sebagai pengendara truk, pertambangan, pengecoran, atau bekerja dengan aspal (Loomis, 2018). Dampak karsinogenik dari polusi udara menyebabkan kerusakan melalui inaktivasi tumor suppressor gene dan aktivasi onkogen, perubahan dalam siklus sel yang bergantung pada TP53, ketidakstabilan kromosom, penghambatan apoptosis, dan induksi proliferasi sel somatik (Turner, dkk. 2020).

 Contoh lainnya adalah arsenik, senyawa yang tergolong metaloid yang bersifat karsinogenik bagi manusia. Jutaan orang di seluruh dunia terpapar arsenik secara kronis melalui  air, asupan makanan (ikan, makanan laut, biji-bijian), penggunaan pupuk, dan polusi udara. Arsenik dikaitkan dengan kanker kulit dan paru-paru (Martinez, dkk. 2011).

Kanker merupakan penyakit yang belum diketahui penyebab pastinya, namun dipengaruhi oleh banyak faktor seperti merokok/terkena paparan asap rokok, mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas dan diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan infeksi yang berhubungan dengan kanker. Para ahli memperkirakan  40% penyakit kanker dapat dicegah dengan mengurangi faktor risiko kanker.Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan faktor risiko tersebut dan meningkatkan program pencegahan dan pengendalian yang tepat (Moeloek, 2015). 

Menghindari atau mengurangi paparan langsung terhadap penyebab karsinogenik yang telah diketahui merupakan metode utama pencegahan kanker. Dua pendekatan utama untuk pencegahan kanker adalah modifikasi gaya hidup seperti olahraga, berhenti merokok, mengonsumsi suplemen gizi, dll. 

Kemudian pencegahan suatu infeksi (vaksin, dll.), yang keduanya telah terbukti efektif dalam jangka panjang dalam mencegah kanker. Melalui pencegahan sekunder, karsinogenesis dapat dihentikan, dihambat, atau dibalikkan. Teknik-teknik ini sering kali memerlukan identifikasi dini, manajemen, atau eksisi lesi prakanker. Sebagai tindakan pencegahan sekunder, skrining kolonoskopi dapat mengidentifikasi adenoma kolorektal atau keganasan kolorektal tahap awal. (Auline, dkk. 2023).

Menurut WCRF&AICR (1997) rekomendasi yang dikeluarkan untuk mencegah penyakit kanker adalah:

  • Menghindari polusi udara, air dan makanan di manapun berada, baik di rumah, di kantor  ataupun lingkungan sekitar.
  • Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan tempat hidup untuk mencegah infeksi yang dapat memicu kanker.
  • Memperbaiki konsumsi makanan sehari-hari agar semua zat-zat gizi yang diperlukan tersedia dalam tubuh setiap saat secara cukup tidak kurang dan tidak lebih.
  • Meningkatkan porsi sayuran dan buah-buahan sampai mencapai 400-800 gram per hari untuk memasok vitamin, mineral, antioksidan dan komponen bioaktif anti kanker lainnya.
  • Meminimalisir konsumsi sumber karbohidrat dari produk yang dimumikan seperti beras sosoh, tepung terigu mumi, dan gula pasir dan mensubstitusi sebagian dengan produk-produk seperti beras tanpa sosoh, tepung terigu utuh (whole wheat), jagung, ubi jalar, pisang, talas dan umbi-umbian lain.

Upaya  melawan kanker tidaklah sulit untuk dicapai dan memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang sejahtera. Penyediaan bahan pangan yang cukup untuk semua warga negara bukanlah barang baru. Masalahnya adalah kondisi produksi ekonomi, sosial dan  pertanian kita memastikan bahwa setiap rumah tangga mempunyai semua  makanan yang dibutuhkannya, dan bahwa lingkungan dan makanan kita bebas dari bahan kimia yang mencemari. 

Selain itu, upaya menerapkan pola hidup sehat dengan berolahraga teratur, istirahat yang cukup dan menghindari konsumsi rokok serta alkohol yang dapat memicu karsinogenik dapat meminimalisir kita terhindar dari risiko kanker.

Daftar Pustaka

Albini A, Cavuto S, Apolone G, Noonan DM. (2015). Strategies to Prevent "Bad Luck" in Cancer. J Natl Cancer Inst.,107 (10), 213.

Anand P, Kunnumakkara AB, Sundaram C, et al. (2008). Cancer is a preventable disease that requires major lifestyle changes. Pharm Res., 25(9), 2097- 116.

Auline Rusminan, S. Ulfa, M., Mega, P., Fitria, Z., Sandria (2023). Penyuluhan mengenai pencegahan dan deteksi dini kanker pada masyarakat Kota Prabumulih. Jurnal Pengabdian Masyarakat Humanity and Medicine, 4(3), 197–209

Badan Pusat Statistik. (2 Januari 2024). Presentase Merokok pada Penduduk Umur >15 tahun Menurut Provinsi (persen), 2019-2021. Diakses pada 9 Juni 2024, dari https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQzNyMy/persentase-merokok-pada-penduduk-umur---15-tahun-menurut-kelompok-pengeluaran--persen-.html

Berben L, Floris G, Wildiers H, Hatse S. (2021). Cancer and aging: two tightly  interconnected biological processes. Cancers (Basel), 13(6), 1400

Chen WY. (2008). Exogenous and endogenous hormones and breast cancer. Best Pract Res Clin Endocrinol Metab, 22(4), 573–85

Cogliano VJ, Baan R, Straif K, et al. (2011).  Preventable exposures associated with human cancers. J Natl Cancer Inst., 103(24), 1827-39

Diananda, R. (2007) Mengenal Seluk Beluk Kanker, Cetakan kedua. Jakarta : Katahati.

Donaldson MS. (2004).  Nutrition and cancer: a review of the evidence for an anti cancer diet. Nutr J, 3, 19

Fransiska R Zakaria (2001). Pangan dan Pencegahan Kanker. Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 12(2), 171-177.

Gandini S, Botteri E, Iodice S, Boniol M, Lowenfels AB, Maisonneuve P, et al. (2008). Tobacco smoking and cancer: a meta-analysis. Int J Cancer, 122(1), 155-6

GLOBOCAN. (2022). The Global Cancer Observatory: Indonesia. 2020. Diakses pada: 8 Juni 2022, https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf.

Henderson BE, Feigelson HS. (2000). Hormonal carcinogenesis. Carcinogenesis, 21(3), 427-33.

Jong, Wim de. (2002). Kanker: Pengobatan, Harapan Hidup dan Dukungan Keluarga Jakarta: Arcan

Josyula S, Lin J, Xue X, Rothman N, Lan Q, Rohan TE, et al. (2015). Household air pollution and cancers other than lung: a meta-analysis. Environ Health, 14, 24

Lauby-Secretan B, Scoccianti C, Loomis D, Grosse Y, Bianchini F, Straif K, et al. (2016). Body fatness and cancer viewpoint of the IARC Working Group. N Engl J Med, 375, 794-8

Loomis D, Guha N, Hall AL, Straif K. (2018) Identifying occupational carcinogens:  an update from the IARC Monographs. Occup Environ Med., 75, 593– 603

Martinez VD, Vucic EA, Becker-Santos DD., Gil L, Lam WL. (2011). Arsenic exposure and the induction of human cancers. J Toxicol,431287

Matsushita H, Takaki A. (2019) Alcohol and hepatocellular carcinoma. BMJ Open Gastroenterol, 3;6 (1), e000260

Maucort-Boulch D, de Martel C, Franceschi S, et al. (2018). Fraction and incidence of liver cancer attributable to hepatitis B and C viruses worldwide. Int J Cancer,142(12), 2471-7

Moeloek, N.F. (2015). Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

NCD Management-Screening, Diagnosis and Treatment, World Health Organization Team. (1 Januari 2020). Cancer Indonesia 2020 Country Profile. Diakses pada 9 Juni 2024 dari https://www.who.int/publications/m/item/cancer-idn-2020

Ratna, A, Mandrekar, P. (2017). Alcohol and Cancer: Mechanisms and Therapies. Biomolecules, 7(3), 61.

Sung, H., Ferlay, J., Siegel, R.L., et al. (2021) Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA: A Cancer Journal for Clinicians, 71, 209-249.

Tsaousis GN, Papadopoulou E, Apessos A, Agiannitopoulos K, Pepe G, Kampouri S, et al. (2019). Analysis of hereditary cancer syndromes by using a panel of genes: novel and multiple pathogenic mutations. BMC Cancer, 19, 535.

Turner MC, Andersen ZJ, Baccarelli A, Diver WR, Gapstur SM, Pope CA, III, et  al. (2020). Outdoor Air Pollution and Cancer: An Overview of the Current Evidence and Public Health Recommendations. CA Cancer J Clin., 70(6), 460-79

Walser T, Cui X, Yanagawa J, Lee JM, Heinrich E, Lee G, et al. (2008). Smoking and Lung Cancer: The Role of Inflammation. Proc Am Thorac Soc., 5(8), 811–5.

WCRF&AICR . (1997). Food, Nutrition and the Prevention of Cancer: a Global Perspective. WCRF&AICR, London

White MC, Holman DM, Boehm JE, Peipins LA, Grossman M, Henley SJ. (2014). Age and cancer risk: a potentially modifiable relationship. Am J Prev Med, 46(3 Suppl 1), 7-15.

World Health Organization. (16 September 2023). Noncommunicable diseases. Diakses pada 09 Juni 2024, dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases.

World Health Organization. (5 Maret 2024). Cervical cancer. Diakses pada 09 Juni 2024, dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cervical-cancer/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun