Dalam film ini, cerita berfokus pada temperamen bayi yang disebabkan oleh emosi ibu ketika mengandung. Kevin ketika bayi sudah memperlihatkan jika ia berbeda dengan bayi lain. Ia terus menangis. Sulit baginya untuk menerima sesuatu yang baru. Misalnya ketika ia pindah rumah dan memiliki seorang adik.
Selain itu, kevin mengalami keterlambatan kognitif. Hal itu juga yang membuat ibunya merasakan beban dengan hadirnya kevin. Sampai dewasa, Kevin tumbuh menjadi anak yang bandel di mata ibunya. Sangat jelas ketika ia menampakkan sikapnya kepada ayah dan ibunya, ia akan menurut jika ayah yang menyuruh.
Sikap Kevin tersebut sebenarnya bukanlah benci terhadap ibunya. Ia hanya ingin mencari perhatian kepada ibunya. Ia sayang dan berharap ibunya memahami. Terbukti di akhir film, Kevin hanya membunuh ayah dan adiknya, tidak dengan ibunya.
Sumpah, peran Ezra di sini cocok banget menurutku. Ia pantes gitu jadi psikopat. Dari ceritanya sudah bagus karena mengandung pesan untuk masyarakat, khususnya seorang ibu. Hanya saja, rada janggal dengan alasan Kevin begitu membenci ibunya. Oke, mungkin karena emosi ibunya ketika mengandung dan memengaruhi psikologi Kevin. Tapi, sayangnya alasan tersebut tak diceritakan dengan mendetail, yang membuat penonton bertanya-tanya sampai film selesai (Apa mungkin cuma aku doang? Hehe)
Itulah film We Need to Talk About Kevin yang masih belum bisa membuatku move on (khususnya pada pemainnya yang cocok banget jadi psikopat. Lol). Kalian bisa mengambil banyak pesan yang kemudian diterapkan dalam masyarakat. Selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H