PT Alumindo Light Metal Industry Tb atau ALMI Â yaitu perusahaan yang didirikan pada 26 Juni 1978 dan menghasilkan berbagai macam-macam bahan logam. PT ALMI adalah suatu perusahaan multinasional yang memproduksi logam yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Â PT ALMI mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1983. ALMI sendiri tergabung dalam Maspion Group. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Alumindo Light Metal Industry Tbk (28-Feb-2022), yaitu: PT Husin Investama (66,50%), PT Alim Investindo (15,72%) dan PT Guna Investindo (8,65%).
Analisis Rasio Keuangan Bulan Desember Tahun 2018 dan 2019 pada PT Alumindo Light Metal Industry yaitu :
LABA PER SAHAM
Laba per saham (EPS) dihitung sebagai keuntungan perusahaan dibagi dengan saham yang beredar dari saham biasa. Angka yang dihasilkan berfungsi sebagai indikator profitabilitas perusahaan. Adalah umum bagi perusahaan untuk melaporkan EPS yang disesuaikan untuk pos-pos luar biasa dan potensi dilusi saham.
Laba per saham dihitung sesuai dengan PSAK 56 "Laba per Saham" dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang diterbitkan untuk periode tersebut. EPS atau laba per saham merupakan peluang dan keuntungan perusahaan yang dapat diklaim oleh setiap saham biasa yang saat ini diterbitkan/yang sedang beredar.
Analisis Rasio Keuangan Bulan Desember Tahun 2018 dan 2019 pada PT Alumindo Light Metal Industry pada laba per saham, yaitu:
RUMUS Â EPS = Laba bersih / jumlah saham beredar
2018 - Laba per saham = 6.544.635 / 616.000.000 = 10,62
2019 - Â Laba per saham = (298.808.902.797) / 616.000.000 = (485,08)
2019 Penyajian Kembali (2020) - Laba per saham = Laba bersih/jumlah saham beredar = 22.438.088 / 616.000.000 = (0,04)
Hasil Analisa:
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat kita ketahui bahwa, Laba per Saham PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. mengalami grafik penurunan persentase dari tahun 2018, 2019 ke 2019 Penyajian Kembali pada tahun 2020 yang artinya bahwa konsistensi dari nilai suatu profitabilitas PT ALMI tidak stabil, dengan besarnya EPS dalam perusahaan menunjukkan besarnya laba atau rugi bersih pada perusahaan yang siap untuk dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Penurunan nilai EPS dalam PT ALMI ini berpengaruh kepada semua pemegang saham yakni dapat berpengaruh kepada  besarnya return saham, karena dengan semakin tingginya nilai EPS atau laba per saham, maka semakin tinggi juga suatu nilai return saham.
CURRENT RATIO
Current ratio adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Ini memberi tahu investor dan analis bagaimana perusahaan dapat memaksimalkan aset lancar di neraca untuk memenuhi hutang saat ini dan hutang lainnya.
Rasio lancar yang sesuai dengan rata-rata industri atau sedikit lebih tinggi umumnya dianggap dapat diterima. Rasio lancar yang lebih rendah dari rata-rata industri dapat mengindikasikan risiko kesulitan atau gagal bayar yang lebih tinggi. Demikian pula, jika perusahaan memiliki rasio lancar yang sangat tinggi dibandingkan dengan peer groupnya, ini menunjukkan bahwa manajemen mungkin tidak menggunakan asetnya secara efisien. Rasio lancar disebut lancar karena, tidak seperti beberapa rasio likuiditas lainnya, rasio ini menggabungkan semua aset lancar dan kewajiban lancar. Rasio lancar kadang-kadang disebut rasio modal kerja.
Analisis Rasio Keuangan Bulan Desember Tahun 2018 dan 2019 pada PT Alumindo Light Metal Industry pada current ratio, yaitu:
RUMUS Current Ratio = Current Assets/Current Liabilities
2018 - Current Ratio = 2.115.994.105.157 / 2.144.650.311.300 = 98,66%
2019 - Current Ratio = 1.160.620.662.903 / 1.573.757.483.662 = 73.75 %
2019 Penyajian Kembali - Current Ratio = 83.491.882 / 113.534.327 = 73,54 %
2020 - Current Ratio = 65.009.326/99.946.499 = 65,04 %
Hasil Analisa:
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban saat ini, atau jangka pendek, (utang dan hutang) dengan aset saat ini, atau jangka pendek, seperti uang tunai, inventaris, dan piutang. Dalam banyak kasus, perusahaan dengan rasio lancar kurang dari 1,00 tidak memiliki modal untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya jika semuanya jatuh tempo sekaligus, sedangkan rasio lancar lebih besar dari 1,00 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keuangan sumber daya untuk tetap pelarut dalam jangka pendek. Namun, karena rasio lancar pada satu waktu hanyalah gambaran, biasanya bukan representasi lengkap dari likuiditas jangka pendek atau solvabilitas jangka panjang perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat kita ketahui bahwa kondisi likuiditas dari PT ALMI Tbk pada perbandingan ditahun 2018, 2019 dan 2020, menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, seperti 98% di tahun 2018, lalu 74% di tahun 2019 dan menjadi 65% di tahun 2020. Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu penurunan aktiva lancar dan ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kendala atau kesulitan membayar utangnya pada tiap tahunnya oleh PT ALMI ini.
LEVERAGE RATIO
Rasio leverage adalah salah satu dari beberapa pengukuran keuangan yang melihat berapa banyak modal yang datang dalam bentuk utang (pinjaman) atau menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Kategori rasio leverage penting karena perusahaan mengandalkan campuran ekuitas dan hutang untuk membiayai operasi mereka, dan mengetahui jumlah hutang yang dimiliki oleh perusahaan berguna dalam mengevaluasi apakah perusahaan dapat melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo. Beberapa rasio leverage umum dibahas di bawah ini. Terlalu banyak hutang bisa berbahaya bagi perusahaan dan investornya. Namun, jika operasi perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjamannya, maka utang dapat membantu mendorong pertumbuhan. Tingkat utang yang tidak terkendali dapat menyebabkan penurunan peringkat kredit atau lebih buruk lagi. Di sisi lain, terlalu sedikit utang juga dapat menimbulkan pertanyaan. Keengganan atau ketidakmampuan untuk meminjam mungkin merupakan tanda bahwa margin operasi ketat.
Analisis Rasio Keuangan Bulan Desember Tahun 2018 dan 2019 pada PT Alumindo Light Metal Industry pada leverage rasio, yaitu:
RUMUS Debt to Ratio = Total Debt/Total Asset
RUMUS Dbt to Equity Ratio = Total hutang / Total ekuitas
RUMUS Times Interest Earned = EBIT / Beban Bunga
2018 - Debt to Ratio = 2.454.465.678.087 / 2.781.666.374.017 = 88,24%
2019 - Debt to Ratio = 1.723.459.522.731 / 1.725.649.624.878 = 99,87%
2019 Penyajian Kembali - Debt to Ratio = 124.303.484 / 124.138.525 = 100,1 %
2018 Â Debt to Ratio = 120.231.988 / 101.149.121 = 118,8 %
2018 - Debt to Equity Ratio = 2.454.465.678.087 / 327.200.695.930 = 7,50
2019 - Â Debt to Equity Ratio = 1.723.459.522.731 / 2.190.102.147 = 786,93
2019 Penyajian Kembali - Debt to Equity Ratio = 124.303.484 / (164.959) = -753,54
2020 Debt to Equity Ratio = 120.231.988 / (19.082.867) = - 6,30
2018 - Times Interest Earned  = 13.900.879.443 / (91.848.277.580) = - 7,52
2019 - Times Interest Earned  = (280.291.141.624) / (106.595.964.030) = 2,63
2019 Penyajian Kembali - Times Interest Earned = 21.105.970 / 7.394.922 = 2,85
2020 - Â Times Interest Earned = 18.448.831 / 8.570.512 = - 2,15
Hasil analisa:
Debt Ratio: Istilah rasio utang mengacu pada rasio keuangan yang mengukur sejauh mana leverage perusahaan. Rasio hutang didefinisikan sebagai rasio total hutang terhadap total aset, dinyatakan dalam desimal atau persentase. Dapat diartikan sebagai proporsi aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa sebagian besar hutang perusahaan didanai oleh aset, yang berarti perusahaan memiliki lebih banyak kewajiban daripada aset. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menghadapi risiko gagal bayar atas pinjamannya jika suku bunga tiba-tiba naik. Pada PT ALMI itu sendiri, berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan kenaikan debt ratio dari tahun 2018, 2019 dan 2020 sebesar 88,24 % hingga menjadi 118,8 % dimana utang pada PT ALMI tersebut semakin bertambah besar dari tahun ke tahun.
Debt To Equity Ratio:Â Rasio utang terhadap ekuitas (D/E) digunakan untuk mengevaluasi leverage keuangan perusahaan dan dihitung dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya. Rasio D/E adalah metrik penting yang digunakan dalam keuangan perusahaan. Ini adalah ukuran sejauh mana perusahaan membiayai operasinya melalui utang versus dana yang dimiliki sepenuhnya. Pada PT Alumindo Light Metal Industry ini berdasarkan perhitungan diatas yaitu menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari tahun 2018 lalu 2019 dan pada tahun 2020 yang berarti dalam pembiayaan asset pada PT ALMI ini telah mengurangi penggunaan ekuitas dan hutangnya.
Times Interest Earned: Rasio kali bunga yang diperoleh (TIE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utangnya berdasarkan pendapatan saat ini. Rumus untuk nomor TIE perusahaan adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi dengan total bunga yang harus dibayar atas obligasi dan utang lainnya. Pada PT Alumindo Light Metal Industry, Time Interest Earned  (TIE) terus mengalami pengecilan dari tahun ke tahun, namun nilai EBIT pada PT ALMI semakin besar nilainya daripada beban bunga yang harus dibayarkan. Sehingga, berdasarkan data tersebut, perusahaan hanya mampu menutupi beban bunga yang dimiliki dengan EBI. Nilai time interest earned diatas 1,5, sehinggan EBIT yang dimiliki perusahaan akan cukup untuk digunakan dalam membayar bunga.
DEBT SERVICE COVERAGE RATIOÂ
Rasio cakupan layanan utang berlaku untuk keuangan perusahaan, pemerintah, dan pribadi. Dalam konteks keuangan perusahaan, debt-service coverage ratio (DSCR) adalah pengukuran arus kas perusahaan yang tersedia untuk membayar kewajiban utang saat ini. DSCR menunjukkan kepada investor apakah perusahaan memiliki pendapatan yang cukup untuk membayar utangnya.
Analisis Rasio Keuangan Bulan Desember Tahun 2018 dan 2019 pada PT Alumindo Light Metal Industry pada Debt service coverage ratio, yaitu:
RUMUS DSCR = Laba bersih total / Total Debt Service Cost
2018 - DSCR = 13.900.879.443 / 2.144.650.311.300 = 0,01
2019 - DSCR = (280.291.141.624) / 1.573.757.483.662 = (0,18)
2019 Penyajian Kembali - DSCR Â = (21.105.970) / 113.534.327 = - 0,19
2020 - DSCR = (18.448.831) / 99.946.499 = - 0,18
Hasil Analisa:
Rasio cakupan layanan utang yang ingin dilihat oleh pemberi pinjaman real estat adalah 1,25 banding 1,50 karena, bagi mereka, itu adalah rasio cakupan layanan utang yang baik. Rasio ini berarti peminjam memiliki cakupan utang yang cukup untuk membayar pinjaman. Jika DSCR terlalu rendah, pemberi pinjaman mungkin memerlukan cadangan bunga. Pada PT ALMI, berdasarkan perhitungan diatas, DSCR mengalami sebuah peningkatan dari tahun 2018, 2019 dan tahun 2020, namun DSCR pada PT ALMI tidak ada yang menyentuh angka 1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT ALMI tidak memiliki laba operasi yang cukup baik untuk membayar kewajiban utangnya dan harus menggunakan sebagian dari tabungan perusahaan atau dengan kata lain, pendapatan yang dihasilkan dari PT ALMI tidak cukup untuk membayar utang lancarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H