Mohon tunggu...
Inda Chakim
Inda Chakim Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Adalah Seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus Guru, Penulis Lepas, dan Pegiat Literasi

Adalah Seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus Mahasiswa Pascasarjana, Penulis Lepas, dan tengah belajar wirausaha.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Teknik Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar

7 Oktober 2017   22:04 Diperbarui: 7 Oktober 2017   22:52 4483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah dasar memiliki pengaruh kuat terhadap masa depan siswa. Dalam tahapan ini aktifitas otak anak mulai perekaman memory otaknya ibarat foto copy. Maka dari itu, baik atau buruk masa depan generasi penerus bangsa mendatang, dapat diukur dengan melihat seperti apa lulusan-lulusan sekolah dasar. Sebab disinilah fondasi masa depan anak dibangun. Dan di jenjang pendidikan formal inilah masa yang tepat untuk membangun fondasi tersebut.

Apabila dilihat dari masa tempuh sekolah dasar, yakni 6 tahun. Maka ini merupakan tempat yang tepat untuk menumbuhkan benih-benih karakter positif pada anak. Mengingat untuk menumbuhkan karakter anak memerlukan waktu yang tidak sebentar, konsisten, dan  melibatkan semua civitas akademik serta orangtua. Sementara di jenjang pendidikan formal yang lain seperti SMP dan SMA, hanya memerlukan waktu 3 tahun.


Bukan hanya soal menumbuhkan karakter positif saja. Perkembangan kognitif juga dapat dimaksimalkan pada masa ini. Hal ini dilihat dari perkembangan otak anak yang pada masa ini dapat berkembang secara signifikan. Di sinilah short time memory otak dapat berubah jadi long time memory dengan begitu cepat. Maka dari itu, penting untuk memberikan kesan yang baik serta menyediakan lingkungan sekolah yang baik nan kondusif sebagai tempat mereka berkembang. 

Oleh karenanya kesan galak atau menakutkan saat guru mengajarkan pelajaran apapun harus dirubah dan dihindarkan. Sebab ini berpotensi membuat anak, nantinya, tidak menyukai bahkan membenci pelajaran tersebut. Berikan contoh yang baik. Sebab mereka diam-diam memperhatikan, mengamati, mulai membangun persepsi kemudian meniru,  dan mencobanya hingga lama-lama menjadi terbiasa. Kebiasaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hebb, Pakar Neorulogis. 

Bahwa stimulus yang diberikan pada masa kanak-kanak, yang menurut WHO berlangsung sejak usia 0 - 17 tahun, akan berpengaruh terhadap kecerdasan mereka di masa depan. Baik kecerdasan berupa kognitif maupun kecerdasan karakter. Maka dapat dikatakan bahwa, pendidikan formal sekolah dasar ini adalah masa yang tepat untuk menstimulus serta meningkatkan kemampuan siswa.

Salah satu unsur penting dalam pendidikan di sekolah dasar adalah interaksi antara guru dan siswa atau disebut dengan pembelajaran. Oleh sebab itu, hendaklah guru, sebagai ujung tombak atau yang terlibat langsung, memikirkan betul soal teknik pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar.  Apakah teknik pembelajaran tersebut efektif atau tidak efektif ?.

Efektif, menurut kbbi, berarti ada efeknya, berhasil atau mencapai tujuan. Maka teknik pembelajaran yang efektif adalah  teknik pembelajaran yang dapat mengantarkan tercapainya suatu tujuan. Dalam hal ini adalah tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang RI tahun 2003 pasal 3. Yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis yang bertanggung jawab.

Pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila para siswa paham dengan apa yang tengah disampaikan maupun diajarkan oleh guru. Maka untuk menentukan teknik pembelajaran yang efektif harus didasarkan atau disesuaikan dengan para siswa.

Pada umumnya, guru menganggap bahwa akan terasa sulit jika teknik pembelajaran mengikuti siswa. Mengingat kemampuan serta gaya belajar mereka begitu beragam. Namun jika itu untuk kebaikan para siswa dan tercapainya tujuan pendidikan nasional, mengapa tidak ?.

Memang setiap anak itu unik. Mereka memiliki kemampuan, dan gaya belajar masing-masing. Akan tetapi mereka dalam fase perkembangan yang sama. Fakta ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih teknik pembelajaran yang sesuai dengan siswa.

Pertama yaitu dilihat dari perkembangan kognitif anak sekolah dasar. Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam beberapa tahapan. Dimulai dari sensorimotor stage (dari lahir sampai dua tahun). Preoperational Thinking (sekitar dua sampai tujuh tahun). Concrete operations (sekitar tujuh sampai sebelas atau dua belas tahun). Dan Formal operations (sekitar 11 atau 12 tahun sampai 14 atau 15 tahun).

Nah, ditinjau dari tahapan perkembangan kognitif maka anak sekolah dasar berada pada tahapan concrete operations. Yang mana selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat memikirkan suatu problem yang agak kompleks selama problem tersebut konkret dan tidak abstrak. Lebih lanjut lagi, konkrit disini bermakna sebagai suatu hal yang dapat dirasakan oleh panca indra anak.  

Selanjutnya yaitu fase perkembangan sosial. Pada masa sekolah dasar ini, anak mulai senang melakukan aktivitas secara berkelompok. Baik itu dalam hal bermain maupun belajar.  

Dan yang terakhir adalah fase perkembangan motorik anak. Ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik anak yang lincah. Baik itu motorik halus maupun kasar. Sehingga ini merupakan tahapan yang tepat untuk melatih ketrampilan motorik anak.

Berdasarkan fase-fase perkembangan anak sekolah dasar di atas, guru dapat menentukan teknik pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Dimana teknik pembelajaran tersebut harus melibatkan benda atau kejadian konkrit. 

Kemudian hadirnya benda konkrit tidak hanya dapat melatih kemampuan kognitif anak tetapi juga bisa melatih kemampuan motorik anak. Ini tentu sejalan dengan fase perkembangan fisik motorik anak. 

Disamping itu, benda konkrit atau kejadian konkrit yang ada dihadapan anak dapat membuat mereka saling berinteraksi. Berupa saling bertanya tentang benda atau kejadian konkrit tersebut, saling berbagi pengalaman karena pernah menggunakan benda konkrit tersebut dan sebagainya. 

Lalu teknik pembelajaran apakah yang memenuhi kriteria di atas ? Jawabannya adalah teknik pembelajaran demonstrasi. Contoh dari praktek teknik pembelajaran demonstrasi  yaitu saat guru ingin menjelaskan tentang bentuk lingkaran kepada siswa. Maka yang dilakukan oleh guru adalah menunjukkan gambar sebuah lingkaran. Bukan malah mendefiniskan bentuk lingkaran melalui kata-kata. 

Ini tentu akan membuat siswa mengalami kesulitan saat berusaha membayangkan bagaimana bentuk lingkaran. Contoh lain lagi, saat guru ingin menjelaskan tentang bagaimana terjadinya gerhana matahari dan bulan. Maka guru pun menunjukkan diorama gerhana matahari dan bulan. Yang mana di dalam diorama tersebut terdapat 3 buah benda yang berbentuk bulat yang mewakili bulan, bumi, dan matahari. Pada aktivitas ini guru bisa meminta siswa untuk mengamati diorama tersebut secara berkelompok.

Sekilas, memang nampaknya ilmu eksak yang lebih banyak menerapkan teknik pembelajaran demonstrasi. Namun, ilmu sosial juga demikian. Tak terkecuali ilmu agama. Misalnya, saat guru ingin menjelaskan tentang toleransi.  Maka guru akan mengajak siswa menonton sebuah video yang berisi tentang hal tersebut. Atau bisa juga dengan guru meminta siswa mendemonstrasikan sikap gotong royong melalui sebuah drama.  Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran demonstrasi ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. 

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah teknik pembelajaran demonstrasi ini efektif digunakan di sekolah dasar ? Tentu. Karena teknik pembelajaran ini sesuai dengan fase-fase perkembangan anak sekolah dasar. Selain itu juga, teknik pembelajaran demonstrasi bisa dikatakan kombinasi dari 3 gaya belajar yang biasanya dimiliki oleh para siswa. Yakni auditory, visual, dan kinestetik.

Tak sulit bukan ? Cukup memaksimalkan satu teknik pembelajaran saja. Maka negeri ini akan kaya dengan anak bangsa yang tak hanya memiliki kemampuan kognitif luar biasa. Melainkan juga mempunyai rasa sosial serta ketrampilan dan daya kreativitas atau memiliki kepribadian yang unggul juga.

Referensi :


Hergenhahn, dan Matthew H. Olson. 2008. Theories of Learning Edisi Ketujuh Diterjemahkan oleh Triwibowo. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer : Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung : Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Supardi. 2013. Sekolah Efektif : Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

UU RI 2003 pasal 3. "Tujuan Pendidikan Nasional". Tanggal 2 Oktober 2017. http://kelembagaan.ristekdikti.go.id.

Kbbi. "Efektif". Tanggal 2 Oktober 2017. https://kbbi.web.id/efektif 

Erabaru. "WHO Mengeluarkan Kriteria Baru Kelompok Usia". Tanggal 2 Oktober 2017. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun