Nah, ditinjau dari tahapan perkembangan kognitif maka anak sekolah dasar berada pada tahapan concrete operations. Yang mana selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat memikirkan suatu problem yang agak kompleks selama problem tersebut konkret dan tidak abstrak. Lebih lanjut lagi, konkrit disini bermakna sebagai suatu hal yang dapat dirasakan oleh panca indra anak. Â
Selanjutnya yaitu fase perkembangan sosial. Pada masa sekolah dasar ini, anak mulai senang melakukan aktivitas secara berkelompok. Baik itu dalam hal bermain maupun belajar. Â
Dan yang terakhir adalah fase perkembangan motorik anak. Ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik anak yang lincah. Baik itu motorik halus maupun kasar. Sehingga ini merupakan tahapan yang tepat untuk melatih ketrampilan motorik anak.
Berdasarkan fase-fase perkembangan anak sekolah dasar di atas, guru dapat menentukan teknik pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Dimana teknik pembelajaran tersebut harus melibatkan benda atau kejadian konkrit.Â
Kemudian hadirnya benda konkrit tidak hanya dapat melatih kemampuan kognitif anak tetapi juga bisa melatih kemampuan motorik anak. Ini tentu sejalan dengan fase perkembangan fisik motorik anak.Â
Disamping itu, benda konkrit atau kejadian konkrit yang ada dihadapan anak dapat membuat mereka saling berinteraksi. Berupa saling bertanya tentang benda atau kejadian konkrit tersebut, saling berbagi pengalaman karena pernah menggunakan benda konkrit tersebut dan sebagainya.Â
Lalu teknik pembelajaran apakah yang memenuhi kriteria di atas ? Jawabannya adalah teknik pembelajaran demonstrasi. Contoh dari praktek teknik pembelajaran demonstrasi  yaitu saat guru ingin menjelaskan tentang bentuk lingkaran kepada siswa. Maka yang dilakukan oleh guru adalah menunjukkan gambar sebuah lingkaran. Bukan malah mendefiniskan bentuk lingkaran melalui kata-kata.Â
Ini tentu akan membuat siswa mengalami kesulitan saat berusaha membayangkan bagaimana bentuk lingkaran. Contoh lain lagi, saat guru ingin menjelaskan tentang bagaimana terjadinya gerhana matahari dan bulan. Maka guru pun menunjukkan diorama gerhana matahari dan bulan. Yang mana di dalam diorama tersebut terdapat 3 buah benda yang berbentuk bulat yang mewakili bulan, bumi, dan matahari. Pada aktivitas ini guru bisa meminta siswa untuk mengamati diorama tersebut secara berkelompok.
Sekilas, memang nampaknya ilmu eksak yang lebih banyak menerapkan teknik pembelajaran demonstrasi. Namun, ilmu sosial juga demikian. Tak terkecuali ilmu agama. Misalnya, saat guru ingin menjelaskan tentang toleransi. Â Maka guru akan mengajak siswa menonton sebuah video yang berisi tentang hal tersebut. Atau bisa juga dengan guru meminta siswa mendemonstrasikan sikap gotong royong melalui sebuah drama. Â Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran demonstrasi ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.Â
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah teknik pembelajaran demonstrasi ini efektif digunakan di sekolah dasar ? Tentu. Karena teknik pembelajaran ini sesuai dengan fase-fase perkembangan anak sekolah dasar. Selain itu juga, teknik pembelajaran demonstrasi bisa dikatakan kombinasi dari 3 gaya belajar yang biasanya dimiliki oleh para siswa. Yakni auditory, visual, dan kinestetik.
Tak sulit bukan ? Cukup memaksimalkan satu teknik pembelajaran saja. Maka negeri ini akan kaya dengan anak bangsa yang tak hanya memiliki kemampuan kognitif luar biasa. Melainkan juga mempunyai rasa sosial serta ketrampilan dan daya kreativitas atau memiliki kepribadian yang unggul juga.