Mohon tunggu...
Inayatul Umami
Inayatul Umami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ayah

7 Maret 2019   19:19 Diperbarui: 7 Maret 2019   19:21 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AYAH

Oleh

Inayatul Umami

Terik matahari begitu menyengat

 tanpa direncanakan mataku tertuju pada sesosok paruh baya dengan alat pengukur jalan di pinggir rumah-rumah reok

panasnya terik matahari sudah terbiasa menjadi teman setianya

Ia tak pernah mengkhawatirkan kulitnya yang mulai berubah warna

Yang Ia tau harus terus berusaha dan berusaha demi penyemangat hidupnya

Sosok paruh baya itu cinta pertamaku

Ayah,

Ya, sosok itu adalah Ayahku

Sosok yang terus menjadi alasanku untuk terus berusaha maencapai apa yang aku inginkan

Ayah,

Sosok yang kuat dan hebat dengan beban berat di pundaknya

Namun, Ia tak pernah merasa memiliki beban

Ayah,

Sosok penuh kebahagiaan di raut wajahnya

Meski masalah terus menghadang dan lelah terus menghampiri

Ayah,

Jangan biarkan sakit menghampirimu, jangan biarkan lelah menggelayutimu, dan jangan biarkan beban memenuhi pikiranmu

Sebab penyemangat hidupmu enggan melihatmu menderita

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun