Pendahuluan :
Indonesia adalah sebuah negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun, sebagian warga Indonesia masih menunjukkan ketidaktertarikan terhadap Al-Quran yang merupakan panduan utama dalam kehidupan mereka. Menurut hasil survei yang dipublikasikan dalam sebuah artikel oleh Fitriyani dan Hayati, data menunjukkan bahwa sekitar 54% dari total 225 juta muslim di Indonesia belum memiliki kemampuan membaca Al-Quran, sementara 46% dari populasi Muslim sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran beserta tajwidnya (Hayati, 2020).
Berkaca pada survey pada pembukaan bab ini, Keterampilan membaca Al-Quran di kalangan umat Islam Indonesia masih belum mencapai tingkat yang diinginkan. Secara keseluruhan, masyarakat Muslim Indonesia dapat membaca Al-Quran, namun kebanyakan dari mereka belum dapat dikategorikan sebagai pembaca yang mahir. Untuk dianggap mahir, seseorang harus memiliki kemampuan membaca yang lancar, pengucapan huruf yang tepat, dan mengikuti tajwid dengan benar. Kendala ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat awam, tetapi juga para pendakwah. Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar, sehingga saat mereka membacakan ayat-ayat sebagai dasar dalam berdakwah, kadang-kadang tidak terdengar enak di telinga para jamaah yang mendengarkan. (Nurzannah, 2022).
Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan agama islam, baik yang berbentuk formal maupun nonformal, merupakan menjadi bagian resmi dan diakui oleh negara dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Agama Islam dalam bentuk formal seperti madrasah di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia, serta pendidikan nonformal seperti majelis taklim, rumah tahfidz, dan lembaga pendidikan masyarakat lainnya, semuanya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pendidikan Agama Islam juga bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan nasional (Sulaikho, 2020)
Sejalan dengan pandangan tersebut, konsep ini bukanlah hal baru, karena dalam teori dan praktik, pendidikan Islam sejak zaman klasik hingga saat ini memiliki fokus utama pada pembentukan "Insan Kamil." Insan Kamil menggambarkan manusia yang lengkap, memiliki fisik yang sehat, intelek yang cerdas, dan rohani yang suci.
Salah satu upaya dalam pendidikan Agama Islam untuk menciptakan individu beriman dan bertakwa adalah melalui pembelajaran Al-Quran. Pembelajaran Al-Quran mencakup beragam aspek, mulai dari membaca dan menulis Al-Quran, menerjemahkan Al-Quran, menghafal Al-Quran, memahami Al-Quran, mengajar Al-Quran, hingga pada tahap puncaknya, menerapkan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan seorang Muslim.
Saat ini, salah satu usaha yang sedang populer dan diminati oleh masyarakat Islam Indonesia adalah pembelajaran Al-Quran dengan penekanan pada hafalan Al-Quran (Tahfidz Al-Quran). Di seluruh wilayah Indonesia, bermunculan rumah-rumah tahfidz yang menawarkan berbagai fasilitas untuk pembelajaran Al-Quran kepada masyarakat. Namun sebelum memulai untuk menghafal Al-Quran, harus mempunyai Metode yang dapat dijadikan pegangan dalam mempelajari elemen-elemen dasar dalam Al-Qur'an, seperti pengucapan huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Quran, sifat sifat yang terdapat dalam setiap huruf dan tajwid pada huruf-huruf di dalam Al Qur'an. Banyak metode yang dapat digunakan dalam mengajarkan bacaan Al-Quran, termasuk metode Tahsin, metode Al-Barqi, metode Iqro, metode Ummi, metode Qiraaty, metode Tartil, dan berbagai metode lainnya dalam pembelajaran Al-Qur'an. Semua pendekatan ini memiliki tujuan bersama, yaitu membantu anak-anak untuk membaca Al-Quran dengan lancar, dengan pengucapan yang benar, dan sesuai dengan aturan tajwid. (Arsyad, 2022).
Rumah tartil quran maisuro yang terletak di Jakarta Barat muncul sebagai salah satu lembaga di mana peserta didik, terutama anak-anak dan remaja, diberikan pelatihan untuk membaca, memahami, dan menghafal Al-Quran sesuai dengan tajwid (aturan pengucapan yang benar). Pada pelaksanaan pembelajarannya, Rumah Tartil Quran Maisuro menerapkan metode tahsin dan Metode tallaqi yaitu pengajaran Al Quran secara langsung antara murid dan guru sehingga menjaga kemurnian sanad (silsilah) utamannya. (Noviana, 2022). Tujuan Rumah Tartil Quran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran Al-Quran dan pengembangan spiritual dalam lingkungan yang mendukung sehingga menumbuhkan generasi Qur'ani yang berkualitas di lingkungan masyarakat Indonesia.
Metode Penelitian :
Pendekatan yang digunakan dalam konteks ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran individu dan kelompok. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, yang memungkinkan permasalahan untuk muncul dari data atau menjadi subjek interpretasi. Data dikumpulkan melalui pengamatan yang cermat, termasuk deskripsi yang mendetail dalam konteks, hasil wawancara mendalam, dan analisis dokumen serta catatan-catatan yang relevan (Sukmadinata, 2012).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini akan fokus pada pemahaman santri dalam pengucapan huruf Al-Quran. Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana santri memahami dan mengucapkan huruf-huruf Quran dalam program Tahsin Iqro. Partisipan penelitian terdiri dari santri di yayasan Rumah Tartil Quran maisuro yang sedang menjalani program Tahsin Iqro sore dan malam. Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive, dengan memperhatikan berbagai tingkat pendidikan dan pengalaman sebelumnya.