Mohon tunggu...
Inayah Syahputri
Inayah Syahputri Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa

Menjelajah Dunia Fantasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayang-bayang Karma

1 Juli 2024   19:46 Diperbarui: 1 Juli 2024   19:59 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Louissia meronta-ronta di dalam kegelapan, tangannya terikat kuat oleh tali kasar dan tubuhnya terikat yang menyatu dengan kursi. Matanya terpejam rapat, mencoba melarikan diri dari kenyataan yang mencekam. Dia adalah seorang anak yang tak berdosa, kini menjadi sandera dalam permainan kejam seseorang yang tidak ia kenal. Dari sudut ruangan, pria tersebut tampak sibuk membakar besi yang ukurannya sedang hingga warnanya memerah.  Langkahnya berat saat ia mendekati Louissia. Louissia menatap pria tersebut dengan tatapan takut dan gemetar.

"Baiklah, gadis kecil, sepertinya besi ini akan terlihat indah jika aku menempelkannya di wajahmu," ucap pria tersebut sambil tersenyum, tangan nya meraih wajah Louissia.

"Tolong, ampuni aku... aku mohon," ucap Louissia dengan air mata yang tiada henti, sambil menaruh harap bahwa perkataannya akan didengar. Senyum yang merekah dari pria tersebut tiba-tiba hilang dan ia melepaskan genggaman nya dari wajah wanita itu. "Kau benar, seharusnya aku mengampunimu," ucap pria tersebut, berjalan menjauh membelakangi Louissia. Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba. "Tapi jika aku melepaskanmu, siapa yang akan menghiburku?" lanjutnya, berbalik badan dan memperlihatkan ekspresi sedihnya. Namun, dalam sekejap, raut wajah sedih itu berubah menjadi senyum yang menyeramkan, dengan sorot mata seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Louissia ketakutan, matanya tak mampu berkedip, hatinya selalu berkata "lari, Louissia, lari," tubuhnya  pun meronta di atas kursi dengan tangan dan kakinya yang terikat.

Pria tersebut mendekatinya dengan langkah yang cepat, menempelkan besi  panas itu ke dada Louissia . "Sepertinya terlalu cepat jika aku menorehkan luka di wajahmu, aku akan mulai dari tubuhmu terlebih dahulu.Aku akan menyiksa mu secara perlahan lahan agar kau bisa menikmati rasa sakit itu.

"Agrhhh... sakit... aaaaa " histeris teriak wanita itu dengan penuh kesakitan yang tak tertahankan.

"Hahaha... teriaklah, gadis kecil... lebih kencang," pria tersebut semakin menekan besi itu, meningkatkan suara teriakan kesakitan Louissia.

 "Ya, seperti itu... hahaha..." Pria tersebut tampaknya benar-benar menikmati suara teriakan kesakitan dari wanita itu .

Tidak sanggup menahan rasa sakit, kesadaran Louissia tiba-tiba menghilang, diikuti dengan suara kesakitan yang meredup.Pria itu menghempaskan besi tersebut ke lantai sambil memegang wajah Louissia yang tidak sadarkan diri, sambil berbisik dengan dirinya sendiri. "Ini belum setimpal dengan apa yang kurasakan, Louissia.".

Setelah beberapa  saat kemudia kesadaran nya mulai kembali , Louissia mendapati dirnya  masih duduk terikat di kursi kayu tua, matanya yang lelah mulai terbuka dan  menatap kegelapan di sekitarnya. Dia bisa merasakan napas berat pria yang berdiri di hadapannya, menunggu dengan sabar untuk menyiksa lagi.

" Kau sudah sadar ?" ucapnya dengan senyum sadis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun