Meneladani Akhlaq Rasulullah SAW dan Perbanyak Membaca Shalawat Wujud Kecintaan Terhadap Nabi
Â
Ya nabi salam 'alaika, Ya rasul salam 'alaika, Ya habib salam 'alaika, Shalawatullah 'alaika
Asyraqal badru 'alaina, Fahtafat minhul buduru, Mistla husnik ma ra-aina, Qattu ya wahjas sururi
Ya nabi salam 'alaika, Ya rasul salam 'alaika, Ya habin salam 'alaika, Shalawatullah 'alaika
Anta syamsun anta badrun, Anta nurun fauqa nuri, Anta iksirun wa ghali, Anta mishbahus shuduri
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu,Wahai Rasul salam sejahtera untukmu.Wahai kekasih, Salam sejahtera untukmu dan Sholawat (rahmat) Allah untukmu. Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Pudarlah purnama purnama lainnya. Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu,, Wahai orang yang berwajah riang. Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rasul salam sejahtera untukmu. Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan Sholawat (rahmat) Allah untukmu.Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya
Setiap kalimat yang dilantunkan memiliki makna doa dan harapan akan kesejahteraan bagi Nabi Muhammad SAW serta rahmat dari Allah SWT yang terus tercurah kepadanya. Lantunan ini menjadi simbol kecintaan muslim kepada Nabi dan menjadi salah satu bacaan yang kerap  dibacakan saat peringatan Maulid Nabi, sebagaimana dalam salah satu potongan lantunan  sholawat "ya Nabi salam alaika" ditulis oleh Imam Abu Ja'far al Barzanji dalam kitab Maulid al Barzanji adalah mufti masa Turki Utsmani yang dikenal sebagai pencipta syair-syair sholawat Barzanji ialah suatu doa-doa, pujian-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran (akikah), khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad SAW.
Sholawat ini menggambarkan kegembiraan ummatnya dalam menyambut hari kelahiran manusia agung Muhammad SAW yang dilantunkan dimana orang-orang sambil berdiri saat membaca kitab barjanji (kumpulan bacaan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW), hal ni juga berlaku bagi pembacaan kitab lainnya seperti Maulid Ad Dhiba, Simtuddharar, mereka membacanya dengan penuh khusu membayangkan bagaimana keteladanan dari seorang Nabi  dalam kehidupannya dengan mengucapkan Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, saking agungnya maka Rasulullah digambarkan seperti bulan purnama telah terbit menyinari kami, sosok Nabi Muhammad adalah cahaya diatas cahaya yang mengeluarkan ummatnya dari alam kegelapan menuju alam terang menderang (hidayah)  rasanya pujian yang dialamatkan kepada Rasulullah SAW tidak berlebihan karena fakta sejarah membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi ummatnya karena itu cara mencintai  Rasul adalah meneladani kehidupan beliau,  tidak perlu membayangkan fisiknya akan tetapi kenalilah beliau dari keagungan budi pekertinya dan kepribadiannya yang agung kesempurnaan akhlak Rasulullah saw. tidak akan pernah habis, sebagaimana makna-makna Al-Qur'an yang tidak akan pernah habis yang akhlak nya digambarkan dalam Al-Qur'an  "Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur."(Q.S. Al-Qalam [68]: 4)
Sebagai salah satu bentuk kecintaan terhadap Nabi adalah dengan memperbanyak membaca shalawat disamping itu membaca Shalawat  mampu menjadi penyelamat pembacanya pada hari kiamat karena ada unsur penjagaan akidah, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan, sekaligus meyakini Nabi Muhammad sebagai makhluk-Nya.Â
Dalam redaksi shalawat yang biasa kita baca, yaitu Allhumma shalli al sayyidin muhammad, terdapat dua unsur pengakuan yang agung; pertama adalah mengakui bahwa Allah SWT sebagai Dzat yang Maha Pemberi, dan kedua mengakui bahwa Nabi Muhammad saw sebagai kekasih Allah
Melantunkan sholawat Ya Nabi Salam Alaika memiliki banyak keutamaan yang tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia, tetapi juga akhirat, seabagai salah satu keutamaan memperbanyak sholawat, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, adalah menghapus dosa serta mengangkat derajat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan menghapus sepuluh dosa darinya, mengangkat sepuluh derajatnya, dan mencatatkan sepuluh kebaikan baginya." (HR An Nasa'i), dalam hadist lain dikatakan "Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan menghapus sepuluh dosa darinya, mengangkat sepuluh derajatnya, dan mencatatkan sepuluh kebaikan Baginya (HR. An-Nasa'i), dan masih banyak lagi keutamaan-keuamaan lainnya
Sebagai ummatnya tentu wajib  mencintai Nabi Muhammad dengan cara mentaati  terhadap perintahnya,  membenarkan terhadap Khabar yang disampaikan,  serta menjauhi apa yang dilarang, ada 5 hal yang menjadi kekuatan pada ummatnya untuk selalu mencntai Rasulullah SAW antara lain :
Pertama, berkeinginan kuat untuk bertemu dan berkumpul bersama Nabi.
Bagi Muslim generasi setelah sahabat termasuk generasi sekarang yang tidak memiliki kesempatan bertemu dengan sang Nabi mesti berharap agar dikumpulkan bersama Nabi di Jannah Firdaus yang Allah SWT janjikan kepada orang-orang saleh dan muttaqin. Yakni, dengan cara melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Kedua, mentaati dengan menjalankan sunahnya dan mengikuti setiap ajarannya. Allah SWT menegaskan, dengan mentaati Nabi, berarti telah menaati Allah. Melaksanakan sunah Nabi memiliki keistimewaan dan memberi kebahagiaan dunia dan akhirat
Ketiga, memperbanyak shalawat kepadanya. Nabi bersabda, "Barang siapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali." (HR Muslim). Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati mereka yang bershalawat kepada Nabi. Bahkan dengan memperbanyak shalawat, mempermudah setiap urusan duniawi.
Keempat, mencintai orang-orang yang dicintai Nabi. Jika Nabi mencintai para sahabatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dll, serta para istri dan keturunannya, maka sudah sepatutnya kita mencintainya.
Kelima, mengikuti akhlaknya, karena tidak bisa dipungkiri bahwa  Nabi SAW memiliki akhlak yang mulia. Firman Allah SWT dalam QS Al-Qalam ayat 4, "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhlak yang agung". Salah satu tugas Nabi diutus, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Nabi bersabda", Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Bukhari). Demikian
Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammadin thibbil qulubi wa dawa-iha wa'afiyatil abdani wa syifa'iha wa nuril abshori wa dhiya-iha wa 'ala alihi wa shahbihi wa baarik wa sallim
Semoga Bermanfaat
Selasa, 17 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H