Renggangnya Hubungan Megawati dan Jokowi Apakah Ini Sebagai Pertanda Sayonara Antara PDIP dan Jokowi
Dengan tidak diundangnya Joko Widodo di Rakernas V yang akan digelar di Ancol pada 24-26 Mei padahal Jokowi masih merupakan kader PDIP apakah ini pertanda bahwa hubungan Ketua Umum Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri dengan Presiden Joko Widodo retak alias mengalami situasi  panas dingin.
Walau Mega tidak pernah menyampaikan secara gamblang (vulgar) tetapi mudah diterka keretakan hubungan mereka dengan melihat kondisi ini, dan biasanya sulit untuk kembali untuk kembali bermesraan.Â
Soalnya selama ini sikap Megawati selalu konsisten diterapkan sekali sudah sampaikan cut off pantang baginya menjilat air ludah sendiri untuk menganulir kembali karena  biasanya sulit ditawar-tawar lagi tetapi yang perlu diingat renggangnya hubungan tidak sampai bermusuhan hanya  untuk kembali rujuk nampaknya sangat sulit, namun  kita tidak bisa  mendahului hasil keputusan resmi dari PDIP di rakernas nanti bagaimana dalam menyikapi situasi kekinian  Â
Namun apapun alasan yang dikemukakan elit PDIP jelas sekali nampak tanda-tanda hubungan mesra antara Jokowi dan PDIP  mulai terganggu sejak Pilpres 2024 karena perbedaan sikap dalam menentukan pilihan hal ini memunculkan anggapan bahwa ini sebagai pertanda bahwa hubungan Joko Widodo dan PDIP sudah diambang perspisahan akibat perbedaan pandangan politik  dimana publik pada saat itu dengan mudah menduga kemana arah keberpihakan Jokowi dalam pemilu 2024 secara psikologis tidak bisa memungkiri arah kecenderunga Jokowi berpihak kepada siapa?Â
Banyak indikasi yang mengarah kepada salah satu calon namun dalam alam demokrasi itu tidak dipersalahkan, perbedaan pilihan sesuatu yang sangat jamak terjadi untuk  menentukan pilihan yang diyakini terbaik bukankah itu dilindungi undang-undang hanya saja pilihan Jokowi berbeda dengan induk semangnya yang lebih menjagokan  pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfudz MD tapi memang sejak mencuat soal kandidat capres aroma amisnya sudah mulai tercium memanas  yang pada akhirnya ada nuansa kurang nyaman  harus tetap berada dalam satu keluarga besar jika hati sudah tidak merasa tenang, nyaman,  maka pilihan terbaiknya adalah berpisah sebagai salah satu tanda perpisahannya adalah dengan tidak diundangnya Jokowi di acara penting PDIP
Kalau soal mengembalikan KTA sebagaimana lazimnya saat kita mengundurkan diri dari angota partai politik  mungkin bukan sesuatu yang sulit  tetapi yang paling berat adalah suasana hati dan pikiran yang sulit untuk disatukan dari sejak pemiliu Presiden 2024.
Keretakan itu sebenarnya mudah dibaca public  apapun alasan yang dikemukakan para elit  PDIP dengan tidak mengundang Jokowi sebagaimana yang disampaikan  Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa rakernas ini merupakan agenda internal partai sehingga PDIP  tidak perlu mengundang Jokowi. Bukankah beliau-beliau  sangat sibuk dan menyibukkan diri Jadi agenda ini hanya internal PDIP otomatis pesertanya internal PDIP juga. Namun pertanyaan genit berikutnya adalah bukankah  Jokowi masih sebagai anggota PDIP? Terlebih posisi Joko Widodo  masih sebagai Presiden RI biasanya rakernas partai politik manapun yang dihadiri oleh Presiden atau Wakil Presiden itu merupakan suatu kehormatan yang luar biasa, memiliki makna tersendiri  bagi yang  bisa menghadirkan pimpinan nasional itu merupakan prestasi. Namun rupanya ini tidak berlaku bagi PDIP dengan suara bulat tidak mengundang Jokowi  sebagai Presiden maupun sebagai kader dari partai PDIP dalam acara rakernas lebih karena disebabkan perbedaan pandangan politik saat pemilu beberapa bulan yang lalu dimana Jokowi lebih berpihak  terhadap pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dibanding calon yang diusung PDIP ganjar Pranowo dan Mahfud MD.