Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mulut Orang Berpuasa Wanginya Melebihi Minyak Misik Apa Iya?

28 Maret 2024   07:15 Diperbarui: 28 Maret 2024   09:33 2370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keadaan bau mulut orang yang berpuasa terjadi di hari pembalasan atau akhirat nanti Allah SWT akan membalas orang yang berpuasa dengan bau wangi di mulutnya yang mengalahkan wanginya minyak misik"

Mulut Orang Berpuasa Wanginya Melebihi Minyak Misik Apa Iya ?

 

Pertanyaan tersebut diatas tidak berlebihan tentang kebenaran sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadist bahwa baunya mulut orang berpuasa itu wanginya melebihi minyak misik sehingga tidak perlu lagi untuk dibersihkan benarkah pemahaman seperti ini? 

Kalau pemahaman tekstual hadis seperti dibenarkan maka  kita tidak perlu  lagi membersihkan mulut dengan  sikat gigi toh sudah wangi rasanya terlalu mengedepankan kegenitan cara berpikir menangkap pesan yang disampaikan sebagaimana dalam tekstual hadist terebut ini  memerlukan  pemahaman lain tidak melulu menangkap makna tekstualnya meski begitu hadist tentang wanginya mulut orang yang berpuasa  bagi saya khususnya sudah tidak asing lagi mengingat dari sejak kecil sering mendengarkan  cerita tentang ini namun sayang hanya sebatas  cerita tidak menjelaskan secara detail  tentang bau mulut sehingga pemahaman saya sangat sederhana sekali  langsung menangkap ya memang tidak bau itu saja titik memang harus diakui lebih  terjebak dalam pemahaman tekstual entah karena tidak paham, atau terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan  tanpa melakukan analisa hadis terlebih dahulu sehingga pemahamannya  tidak  bertentangan dengan maksud hadis diatas

Dok. Tribun.news
Dok. Tribun.news

Menjawab persoalan tersebut kita dituntut untuk memahami istilah  dalam mengambil sebuah makna hadis ada majazi, ada juga makna hakiki nah yang bersifat majazi  tidak bisa dipahami dalam bentuk teks aslinya, berbeda dengan makna hakiki hadis dapat langsung dipahami sesuai dengan teks yang tertulis untuk hadis tentang bau mulut orang yang berpuasa melebihi minyak miski rasanya wajib dimaknai secara majazi kenapa? supaya mendapatkan makna yang sesungguhnya bukan berdasarkan teks hadis semata karena itu ulama juga mensyaratkan dalam memahami hadist kudu melihat  dari segi risalah dan non risalah hadis , pendekatan tekstual dan kontekstual, pendekatan asbab al-wurud, pendekatan nasakh wa mansukh, pendekatan ilmu gharib hadist, dan pendekatan ikhtilaf al-hadis dan kaedah penyelesaian ikhtilaf al-hadis nah dari keempat pendekatan ini yang paling cocok dalam memahami hadist tentang bau mulut orang yang berpuasa adalah pendekatan majazi dengan tidak mengabaikan pendapat-pendapat  para ulama hadis

Melihat hal ini mencoba melihat hasil kajian  NU Online  ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membaca hadits tersebut sebagaimana yang disampaikan dalam  buku yang berjudul  At-Thuruqus Shahihah fi Fahmi Sunnatin Nabawiyyah mengatakan ada beberapa hadits yang harus dipahami secara majaz dan salah satunya hadits ini bahwa yang dimaksud dengan wangi menurut Allah bukan berarti wangi berdasarkan penciuman dalam kontek indra manusia yang merasakan penciuman dari hidung  karena sangat mustahil bagi  Allah SWT untuk mencium atau melakukan aktivitas indra lain karena ini sama saja menyamakan Allah dengan makhluk-Nya ini sangat berbahaya padahal Allah SWT tidak seperti makhluk-Nya  sebagaimana firman-nya ""Tiada satu pun yang sama dengan Allah. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [Surat Asy-Syura 11] ayat ini mempertegas, dan harus menjadi keyakinan bagi kita   bahwa Allah SWT benar-benar berbeda secara mutlak dengan seluruh makhluk yang ada dimuka bumi .

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

dengan demikian untuk menyelamatkan pemahaman maka yang dimaksud Athyabu Indallah min Rihil Misk (lebih wangi dari minyak miski) adalah lebih terhadap berlipatnya pahala yang diberikan Allah SWT daripada pahala orang yang memakai minyak misik yang sering digunakan digunakan pada saat pelaksanaan shalat Jumat, shalat Idul Fitri atau Idul Adha pemahaman ini juga dikuatkan oleh  al-Bujairimi dalam kitab Tuhfatul Habib ala Syarhil Khatib

Namun juga tidak boleh mengabaikan pemahaman lain tentang keadaan bau mulut orang yang berpuasa ini terjadi nanti di hari pembalasan atau akhirat sebagaimana disampaikan oleh  Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa di akhirat kelak Allah SWT akan membalas orang yang berpuasa dengan bau wangi di mulutnya yang mengalahkan wanginya minyak misik sampai disini kita semakin memahami paham bahwa ternyata pesan pembelajaran penting hadis tentang bau mulut orang yang berpuasa bukan dalam pengertian tekstual tetapi lebih terhadap majazi  

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Berdasarkan dua pendapat di atas, tidak ada alasan bagi orang yang sedang berpuasa tidak melakukan sikat gigi setelah sahur karena apapun dalihnya  bau mulut akan tetap tercium bau bahkan cukup  mengganggu orang lain yang ada di sekitarnya jika tidak dibersihkan  dan tentu membuat kita akan merasa minder jika bau mulut kita tercium orang lain membuat suasana kurang nyaman.

Maka oleh sebab itu membersihkan mulut jauh lebih baik  supaya tetap bersih dan sehat namun jangan lupa sambil juga menjaga yang keluar dari mulut orang berpuasa yang harum di sisi Allah seperti tadarus Al-Quran, berdzikir, wirid, baca istighfar, shalawat dan puji-pujian yang lainnya, dan lisannya selalu  dipergunakan untuk bertutur dan memberi nasehat yang berguna, menjaga mulut agar tidak terjebak dalam kubangan mengunyah lezatnya berduta, berbohong, bersumpah palsu, janji palsu, menjaga dengan tidak membicarakan keburukan orang lain atau ghibah, mengumpat, menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain dan seterusnya. Dengan cara seperti itu insya Allah bau mulut kita akan tetap wangi sehat mulutnya selamat juga lisannya dan  di akhirat kelak akan mendapatkan pahala harummewangi  mulutnya melebihi harumnya minyak misik. Wallahu A'lamu

Kamis, 28 Maret 2024

Kreator: Inay

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun