Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kenaikan Harga Beras Vs Hingar Bingar Pemilu Tahun 2024

11 Februari 2024   06:40 Diperbarui: 11 Februari 2024   07:07 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Judul tulisan di atas dilatar belakangi oleh obrolan sekelompok kaum Ibu-ibu di perumahan Pondok Damai Desa Cileungsi Kidul Kab. Bogor yang sedang membeli sayur di warung pak De yang cukup dikenal. 

Namun yang mengagetkan, ada  seorang  ibu bernama Diana menggurutu menyampaikan bahwa diam-diam beras mengalami kenaikan cukup lumayan, untung saja saat membeli saya bawa uang lebih, coba kalau duitnya kurang bisa-bisa hari ini tidak bisa makan.

Obrolan ibu-ibu ini ini walaupun dilakukan sambil lalu tetapi pesan pentingnya bisa dipahami betapa emak-emak sangat merasakan dampak dari kenaikan harga beras dari biasanya 11.000/liter  menjadi 13.000/liter. Bahkan untuk beras  jenis medium harganya sudah mencapai Rp15.000 per kilogram, sedangkan untuk premium sudah tembus Rp16.000 per kilogram. (sumber rri.co.id)

Ini baru kenaikan beras belum lagi diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya, dan yang sangat mengherankan bagi emak-emak mungkin mengapa kenaikan beras ini sepi dari pemberitaan, ke mana pemerintah kok terkesan diam? 

Rasanya masih segar dalam ingatan kita bagaimana saat awal-awal penugasan salah seorang Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan yang sempat   mengklaim dirinya sebagai menteri perdagangan (mendag) yang paling sering turun ke lapangan atau mengunjungi langsung pasar-pasar di seluruh Indonesia semata-mata untuk mengendalikan stabilitas harga bahan pokok. 

Namun, kini tidak lagi mengadakan operasi pasar  entah karena sibuk waktunya tersedot untuk mengikuti parade kampanye yang beberapa hari lagi pemilu serentak akan dilaksanakan diseluruh Indonesia. Namun demikian mewakili suara emak-emak, seharusnya sesibuk apapun penyelenggara negara hendaknya tetap memperhatikan akan nasib rakyat miskin sesuai dengan kewenangannya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dengan kenaikan harga beras sekelompok emak-emak di Perumahan Pondok Damai khususnya, dan emak-emak lain pada umumnya  tidak bisa berbuat apapun kecuali hanya bisa pasrah. Meskipun kenaikan ini dirasakan cukup memberatkan karena kemampuan daya beli lemah, namun persoalannya beras harus tetap dibeli jika tidak ingin kelaparan menimpa atau lebih tragis lagi haruskah  ada rakyat miskin yang mati dilumbung padi hanya karena tidak mampu membeli beras. 

Kata emak-emak melanjutkan obrolan, mestinya dengan kenaikan harga beras menjadi tamparan keras bagi pemerintah terutama menyoroti soal keberpihakannya terhadap masyarakat miskin yang notabene-nya  sering dijadikan jargon mereka dalam setiap kesempatan. Faktanya, malah kedodoran dalam melayani masyarakat.

Dan sangat disayangkan kenaikan harga beras para pejabat negara, politisi  malah seakan sibuk sendiri-sendiri  dengan kegiatan kampanye sampai sampai  tidak ada waktu luang untuk turun langsung ke pasar-pasar, bahkan pemberitaan kenaikan harga pun nyaris tak terdengar suaranya semua pemberitaan melalui TV, media sosial, dan media cetak lebih didominasi oleh pemberitaan tentang pemilu, termasuk para pengamat lebih banyak mengangkat prediksi hasil pemilu, lupa bahwa ada hal yang paling mendasar menyentuh kebutuhan rakyat.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Haruskah hingar bingar pesta demokrasi melupakan tugas utamanya melayani rakyat, bukankah saat kampanye berlangsung ada orasi yang memukau mampu menghipnotis jutaan rakyat. Sangat mengagumkan membuat detak jantung rakyat berdebar-debar  terlebih saat mengangkat soal pendidikan dengan menawarkan sekolah gratis, layanan kesehatan dengan menawarkan BPJS gratis, pemenuhan kebutuhan akan  sandang, papan dan pangan , peningkatan perekonomian, soal supremasi hukum, pemerataan pembangunan, dan membuka lapangan kerja seluas luasnya.

Semua dikunyah habis saat kampanye entah itu hanya lipstic belaka atau merupakan kesadaran penuh, namun yang pasti di setiap akhir kampanye tidak jarang diakhiri dengan  musik dangdut dari para artis kondang Ibu Kota sebagai daya tarik penyedap rasa sehingga peserta kampanye dibuat lupa akan janji-janji yang baru saja disampaikan.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Namun lagi-lagi mata kita disodorkan  dengan  deretan visual dengan adanya baliho berbagai ukuran, spanduk, banner, dan bendera partai yang dipasang di sepanjang jalan ibu kota, seketika jalanan ibu kota menjadi ramai oleh ribuan aneka warna visual dari capres, cawapres dan caleg dari semua partai yang ada, seolah olah jalanan sebagai arena untuk menarik simpati hati rakyat. 

Bahkan untuk menambah kepercayaan rakyat  tidak lupa dalam gambar diselipkan caption  dengan kata-kata bijak tentang keberpihakan terhadap rakyat  yang selalu termarjinalkan. Padahal jasa mereka luar biasa rela mewakafkan pundaknya untuk dijadikan sandaran agar mereka bisa naik sampai ke puncak kemenangan. 

Mereka yang rela untuk berpanas panasan  dibawah terik matahari, rela berpeluh peluh, bahkan basah kuyup karena kehujanan, rela melalui jalanan macet, licin. Namun mereka tetap melalui rute  itu  demi untuk kemenangan sang idola,  mereka asyik dalam suasana gegap gempita dalam pesta demokrasi, meski pada akhirnya mengundang tanya  akankah semua peluh rakyat miskin akan terbayarkan?

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Belum juga  sempat menjawab pertanyaan di atas tentang membayar peluh rakyat pada saat yang bersamaan  justru emak-emak merasakan secara langsung adanya kenaikan harga beras yang selangit. 

Kenaikan  ini sejatinya sudah mulai terasa sejak bulan Januari 2023 hingga Februari 2024 yang terus, terus dan terus  merangkak naik. Padahal justru kenaikan harga beras dampaknya akan sangat terasa secara langsung terutama bagi masyarakat kelas dhua’fa, yang notabenenya menjadi penyokong utama dalam setiap kampanye. Namun sayang seribu sayang berita kenaikan harga  beras ini hanya terdengar sayup sayup  ditelinga para penyelenggara negara.

Sebagai penutup dari tulisan ini berikut hasil menyitir tentang panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras medium secara nasional per 09 Februari 2024. Tercatat sebesar Rp13.600 per kilogram dan Rp15.530 per kilogram untuk beras premium, dan harga beras masih jauh di atas HET (Harga Eceran tertinggi)  yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium. (Sumber: Dwi Rachmawati-Bisnis.com) 

Bukankah harga ini jauh diatas harga ketetapan HET  karena itulah harapannya data ini  dapat membuka telinga mereka agar peka sehingga  menjadi bahan evaluasi dan tindakan nyata bagi para penentu kebijakan, sehingga komitmen keberpihakan terhadap masyarakat miskin tetap terawat dengan baik   tidak tenggelam oleh hingar bingarnya pesta demokrasi . Wallahu A’lamu

 

Ahad,  10 Februari 2024

Kreator: Inay thea, Cileungsi Kab. Bogor

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun