Mengenal Empat Type Manusia .......
Pertama
Ada orang bekerja keras, cerdas, dan ikhlas dengan mengorbankan begitu banyak harta utk menorehkan kebaikan untuk membangun kesolehan diri, keluarga, dan lingkungan melepaskan begitu saja segala yang telah dilakukan untuk ,enanamkan amal sholeh namun melupakan semua yang sudah ditanamkan tidak pernah mengenangnya kembali dengan menghapus jejak amal kebaikannya  yang sudah dituliskan  "Nisyanul hasanaat Al-Maa'diyah" melupakan amal kebaikan masa lalu, dan ini mencirikan sebagai manusia yang akan dapat mendapatkan kebahagiaan kelak
Kedua
Ada orang beramal besar tetapi selalu mengingat-ingatnya, bahkan sering menyebut-nyebutnya. cenderung  menunggu pujian atas torehan amal yang telah dilakukan berbangga diri dan kegirangan atas pujian itu rasanya rugi jika beramala smentara orang lain tidak ada yang mengetahui, Menurut Ali bin Abi Thalib, ciri-ciri orang riya terdapat dalam jiwa seseorang.Â
Di antara ciri-ciri orang riya adalah malas jika seorang diri, giat jika di tengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika mendapat celaan.Â
Dalam Islam kita mengenal konsep riya  riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa'u yang berarti memperlihatkan atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya.
Ketiga
Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak.  "Qillatu Amalus-Sholeh " amal yang sedikit tetapi mengklaim paling berjasa dalam setiap amal yang ditorehkan. Ini termasuk membangun sikap berbangga diri dengan mengklaim diri paling banyak berkontribusi  dalam banyak hal meski tidak sesuai dengan fakta, dan pelajaran paling  buruk dapat dijadikan cerminan dari bagaimana sikap Iblis yang merasa berjasa dengan banyaknya ibadah dan ketaatannya pada Tuhan  ingat bahwa  yang membuat  iblis besar kepala, takjub dengan kehebatan dirinya, lantas merendahkan Adam dan menyombongkan diri di hadapan Tuhan akibatnya ia menjadi makhluk yang terkutuk makhluk terburuk yang pernah diciptakan Alloh Ta'ala, serta diancam kekal di neraka selama-lamanya. Maka begitulah nasib tragis bagi orang yang tertanam dalam dirinya  merasa berjasa. Karena itu untuk menghindari sikap demikian dapat menanamkan dalam diri
- Â Kita jangan merasa telah beramal banyak.
- Â Selalulah merasa kurang dalam beramal, jangan pernah puas dengan yang sedikit.
- Â Lakukan seluruh amal kebaikan melalui cara-cara ikhlas
- .Amalan yang kecil saja harus ikhlas, apalagi amalan yang besar.
Keempat
Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal. Fakta menujukkan bahwa sering menemukan banyaknya perbedaan namun  seharusnya tidak menghalang untuk beramal. Sangat disesalkan karena  banyak bertanya dan berdebat hingga lupa beramal, terkadang dalam belajar agama setelah bisa kemudian menyalahkan yang tidak sepandangan dengannya padahal sejatinya  belajar meningkatkan pengetahuan agama tidak  untuk menyalahkan orang lain. Bukankah ada orang masuk surga hanya dengan mengucap Laa ilaha illallah meski mabuk, mencuri dan berzina. Sementara masih ada yang berdebat hanya sibuk berdebat tentang bacaan shalawat nabi saw dst melupakan hal-hal yang paling substansif dan bernilai.
 Ingat terlalu sering menyalahkan orang lain akan menjadi amunisi  pemicu timbulnya fitnah, perpecahan dan berujung konflik berdarah darah . Hal ini disebabkan belum tentu orang lain yang salah. Kenaifan menyalahkan orang lain tentu akan sangat merugikan berbagai pihak. Masalah yang datang jelas tidak akan terselesaikan dengan baik jika kita terlalu sering menyalahkan orang lain.
Termasuk yang manakah anda ???
Penulis : adalah Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat Tinggal di Cileungsi-Kabupaten Bogor - Jawa Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H