Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terperangkap di Dimensi Gaib: Penebusan Dosa Akibat Kecerobohan

6 Agustus 2024   05:57 Diperbarui: 6 Agustus 2024   09:15 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa di Semarang, terdapat sebuah situs bersejarah yang dihormati oleh penduduk setempat. Situs itu dikenal sebagai Candi Punden, sebuah tempat sakral yang dipercaya memiliki energi spiritual yang kuat. Di sana terdapat patung-patung kuno, relief-relief yang bercerita tentang sejarah masa lalu, dan sebuah kolam yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar. 

Cerita misteri tentang candi ini telah diwariskan turun-temurun. Konon, situs ini dijaga oleh makhluk-makhluk gaib yang setia menjaga keasliannya. Masyarakat setempat selalu berhati-hati ketika berada di sekitar area tersebut, menghormati dan menjaga adat istiadat yang berlaku. 

Namun, generasi muda yang tak lagi terlalu percaya pada hal-hal mistis sering kali tidak memedulikan larangan dan peringatan yang telah ada sejak lama. Salah satunya adalah Angga, seorang remaja yang dikenal suka melanggar aturan dan tidak percaya pada hal-hal berbau gaib. Suatu sore, saat bersama teman-temannya, Angga mendatangi Candi Punden untuk sekadar berjalan-jalan dan mengisi waktu luang.

Dengan sikap yang cenderung meremehkan, Angga menertawakan cerita-cerita horor yang sering ia dengar dari orang-orang tua di desanya. Ia menganggap semua itu hanya mitos dan takhayul yang dibuat untuk menakut-nakuti anak-anak. Saat rasa ingin buang air kecil muncul, tanpa pikir panjang, Angga menuju ke salah satu sudut candi dan kencing sembarangan di situ. Ia bahkan tertawa lepas bersama teman-temannya, merasa tindakan itu sebagai lelucon.

Namun, tiba-tiba angin kencang berhembus, dan suasana di sekitar candi berubah mencekam. Angga merasa merinding, namun mencoba mengabaikannya. Teman-temannya yang merasa takut segera mengajaknya pulang, namun Angga masih merasa tak ada yang salah dengan tindakannya. Mereka pun pergi meninggalkan candi itu.

Malam harinya, Angga mengalami mimpi aneh. Ia bermimpi berada di dalam sebuah ruangan gelap dengan sosok-sosok bayangan yang mengelilinginya. Sosok-sosok itu berbicara dalam bahasa yang tidak ia mengerti, namun intonasinya terdengar marah. Angga mencoba berteriak, namun suaranya seolah hilang. Ia terbangun dengan keringat dingin, namun menganggap itu hanya mimpi buruk biasa.

Keesokan harinya, Angga merasa tubuhnya lelah dan lesu. Namun, ia tetap menjalani aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Saat malam tiba, mimpi buruk itu kembali menghantui. Kali ini, sosok-sosok itu mulai mendekatinya. Angga merasa tercekik, napasnya terasa berat, dan ia merasa seperti dihisap oleh kekuatan yang tak terlihat.

Saat terbangun, Angga mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Ia tidak berada di rumahnya, melainkan di sebuah tempat yang mirip dengan Candi Punden, namun dalam versi yang lebih menyeramkan. Angga panik, mencari jalan keluar, namun seolah-olah tempat itu tak berujung. Tiba-tiba, sekelompok makhluk aneh muncul dari balik bayangan. Mereka memiliki bentuk manusia, namun wajahnya menakutkan dan tubuhnya diselimuti kabut.

Salah satu makhluk itu berbicara dengan suara yang menggema, "Kau telah melanggar batasan, manusia. Di tempat ini, penghormatan adalah segalanya. Kami tidak menerima penghinaan."

Angga ketakutan dan mencoba meminta maaf. Namun, makhluk-makhluk itu tidak terpengaruh. Mereka mengikat Angga dan membawanya ke sebuah ruangan lain. Di ruangan itu, Angga dipaksa bekerja sebagai budak. Ia disuruh membersihkan patung-patung, merawat tempat-tempat yang dianggap suci, dan melakukan berbagai pekerjaan berat lainnya.

Hari demi hari, Angga menjalani hukuman itu. Ia merasa tak ada jalan keluar. Setiap kali ia mencoba melarikan diri, makhluk-makhluk itu akan menangkapnya dan memperpanjang masa hukumannya. Waktu seolah tidak berjalan di tempat itu, dan Angga tidak tahu sudah berapa lama ia berada di sana. Namun, ia merasa seperti sudah bertahun-tahun terperangkap di dunia gaib itu.

Akhirnya, setelah apa yang terasa seperti berabad-abad, salah satu makhluk memberitahu Angga bahwa ia telah menebus kesalahannya dan akan dibebaskan. Dengan rasa campur aduk antara lega dan takut, Angga diantar ke sebuah pintu yang berkilauan. Ketika melewatinya, Angga merasa tubuhnya terhisap oleh kekuatan yang kuat. Cahaya terang menyilaukan matanya, dan tiba-tiba ia merasa jatuh ke tanah.

Saat membuka matanya, Angga mendapati dirinya terbaring di halaman depan rumahnya. Semuanya terasa asing. Rumah yang dulu ia kenali sekarang terlihat lebih tua dan lapuk. Angga segera bangkit dan menuju ke dalam rumah. Namun, betapa terkejutnya ia saat mendapati orang-orang di dalam rumah yang tidak dikenalnya. Mereka terkejut melihat Angga dan segera memanggil orang tua mereka.

Ternyata, keluarga yang tinggal di rumah itu adalah keturunan keluarga Angga. Angga diberitahu bahwa ia telah hilang selama 50 tahun. Keluarganya sudah lama menganggapnya meninggal, namun tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Angga yang masih muda, dengan wajah yang sama seperti saat terakhir kali ia terlihat, membuat mereka kebingungan dan terkejut.

Dengan segera, berita tentang kembalinya Angga menyebar ke seluruh desa. Teman-teman sebayanya yang masih hidup kini telah menjadi orang tua dengan rambut yang memutih. Mereka pun tak kalah terkejut melihat Angga yang tidak berubah sama sekali. Angga kemudian mencoba mencari penjelasan tentang apa yang terjadi. Ia menemui orang-orang tua di desa, yang masih ingat tentang cerita-cerita gaib dan mistis.

Mereka menjelaskan bahwa makhluk-makhluk gaib itu sering kali menghukum manusia yang tidak menghormati tempat-tempat sakral. Angga, yang telah melakukan tindakan tak pantas di Candi Punden, dibawa ke alam gaib sebagai bentuk hukuman. Waktu di alam gaib berbeda dengan dunia nyata, dan itulah sebabnya Angga merasa hanya beberapa tahun sementara di dunia nyata sudah berlalu setengah abad.

Angga merasa sangat menyesal atas tindakannya yang dulu. Ia kehilangan kesempatan untuk tumbuh bersama teman-temannya, merasakan kehidupan yang seharusnya ia jalani. Kini, ia terjebak dalam tubuh seorang remaja sementara semua orang di sekitarnya telah menua. Angga berusaha beradaptasi dengan dunia yang baru baginya, namun perasaan terasing dan kehilangan tetap menghantuinya.

Meskipun kembali ke dunia nyata, Angga merasa hidupnya tidak lagi sama. Dunia yang ia tinggalkan telah berubah, dan ia merasa seperti orang asing di tempat yang seharusnya ia kenali. Pengalaman di alam gaib meninggalkan bekas yang mendalam, mengingatkan Angga akan pentingnya menghormati dan menjaga tempat-tempat sakral. Angga menjadi pelajaran hidup bagi orang-orang di desanya, bahwa meski dunia tampak nyata dan stabil, ada hal-hal gaib yang tidak bisa dijelaskan dan harus dihormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun