Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Bayang Bayang Dajjal

5 Agustus 2024   11:22 Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:24 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.satuju.com/berita/5027/ciri-ciri-kemunculan-dajjal-dari-perilaku-manusia.html

Sebagai seorang pengembara yang haus akan ilmu pengetahuan dan kesaktian, aku selalu tertarik pada kisah-kisah mistis dan mistik. Setiap kali mendengar tentang seseorang dengan kemampuan luar biasa, aku akan melakukan perjalanan untuk belajar darinya. Perjalanan ini membawaku ke berbagai tempat aneh dan berbahaya, tetapi tiada yang seaneh perjalananku ke istana Dajjal.

Suatu hari, aku mendengar cerita tentang Dajjal, sosok misterius yang konon memiliki kekuatan luar biasa dan sering dikaitkan dengan akhir zaman. Kisah-kisah tentangnya beredar dari mulut ke mulut, dengan berbagai versi yang menakutkan dan menggoda rasa ingin tahuku. Dajjal dikatakan memiliki istana di dunia lain, tempat para roh tersesat dan tidak bisa kembali. Keingintahuanku mendorongku untuk mencari cara agar bisa menemui Dajjal dan mempelajari rahasia kekuatannya.

Aku mulai dengan mencari informasi dari para ahli spiritual, dukun, dan orang-orang sakti yang pernah mendengar atau bahkan mencoba berhubungan dengan Dajjal. Setelah beberapa bulan mencari, akhirnya aku mendapatkan petunjuk dari seorang dukun tua yang hidup di pedalaman. Dia memberiku mantra kuno dan peringatan keras: "Jangan mencari Dajjal jika kau tidak siap menghadapi kengerian yang tak terbayangkan."

Dengan tekad bulat, aku memulai ritual pemanggilan sesuai dengan petunjuk dukun tua itu. Dalam sekejap, aku merasakan tubuhku ditarik ke dalam dimensi lain. Aku berada di sebuah tempat yang gelap dan suram, dikelilingi oleh kabut tebal yang menyesakkan dada. Di kejauhan, kulihat bayangan istana megah yang tampak seperti tak tersentuh oleh waktu, berdiri megah di tengah kegelapan. Hatiku berdebar, tetapi aku maju dengan langkah mantap menuju istana itu.

Setibanya di gerbang istana, aku disambut oleh sosok-sosok bayangan yang tak terlihat wujudnya dengan jelas. Mereka mengiringiku masuk ke dalam istana, melewati lorong-lorong panjang yang dihiasi lukisan-lukisan menyeramkan. Setiap langkah yang kuambil, atmosfernya semakin berat, seolah-olah setiap inci ruang dipenuhi dengan energi gelap. Aku merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Di dalam istana, aku menemui berbagai makhluk aneh yang tampaknya menjadi penghuni tempat itu. Ada yang berbentuk manusia tetapi dengan mata menyala merah, ada juga yang seperti bayangan besar yang terus berputar di sekeliling ruangan. Mereka semua menatapku dengan tatapan tajam, seolah menunggu kesempatan untuk menerkamku. Meskipun takut, aku tetap berusaha tenang dan menjaga pikiranku fokus pada tujuanku: mencari Dajjal dan mempelajari rahasia kekuatannya.

Hari-hari berlalu tanpa terasa, dan aku masih terjebak dalam istana itu. Waktu seakan berhenti, dan aku tidak bisa merasakan apakah hari telah berganti malam atau sebaliknya. Aku bertemu dengan banyak makhluk aneh yang memberikan tantangan dan ujian. Ada yang menguji kesabaranku, ada yang mencoba menggoda dengan tawaran kekuatan dan kekayaan, sementara yang lainnya mencoba menakut-nakuti dengan berbagai kengerian. Semua itu kulalui dengan tekad kuat, berusaha tetap berpegang pada keyakinanku bahwa aku bisa menemukan rahasia kekuatan Dajjal.

Pada hari ketiga belas, saat aku merasa kelelahan dan hampir kehilangan harapan, aku akhirnya dibawa ke hadapan Dajjal. Dia berdiri di atas takhta megah, dikelilingi oleh cahaya gelap yang memancar dari tubuhnya. Wajahnya tampak mengerikan dengan satu mata yang berkilat-kilat, sementara yang lainnya tertutup. Suaranya bergema di seluruh ruangan saat dia berbicara.

"Kenapa kau datang ke sini, wahai pengembara yang berani?" tanya Dajjal dengan suara berat.

Dengan penuh keberanian, aku menjawab, "Aku datang untuk mencari pengetahuan dan kekuatan. Aku ingin tahu rahasia kekuatanmu, Dajjal."

Dia tertawa kecil, suara tawanya menggema dan membuat bulu kudukku merinding. "Kau berani, tetapi bodoh. Kekuatan yang kaucari tidak akan kau temukan di sini, kecuali kehancuran."

Namun, aku tidak mundur. "Aku telah menempuh jalan ini dan menghadapi berbagai ujian. Aku tidak akan pergi tanpa mendapatkan jawaban."

Dajjal terdiam sejenak, lalu ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah jantungku. "Kekuatan terbesar ada di dalam dirimu sendiri. Namun, dengan berada di sini, kau telah membuka pintu untuk kegelapan menguasaimu."

Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang menyentuh jantungku, seperti tangan tak terlihat yang mencengkeramnya dengan erat. Rasa sakit yang luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Aku berusaha menahan rasa sakit itu, tetapi semakin lama semakin tak tertahankan. Dalam sekejap, aku merasa tubuhku terhempas ke belakang dengan kekuatan yang dahsyat, seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat.

Segala sesuatunya menjadi buram. Aku merasa melayang di ruang gelap, tidak ada arah atau waktu yang bisa kurasakan. Saat kesadaranku kembali, aku menemukan diriku terbaring di tepi hutan, jauh dari istana Dajjal. Tubuhku lemah dan terasa sakit, tetapi aku bersyukur masih hidup. Entah bagaimana, aku berhasil kembali ke dunia nyata setelah 13 hari terperangkap di dimensi gelap itu.

Namun, sejak saat itu, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Ada rasa dingin yang terus menghantuiku, dan kadang-kadang aku merasakan bayangan hitam mengintai di sudut mataku. Meskipun aku tidak mendapatkan kekuatan yang kucari, pengalaman di istana Dajjal memberi pelajaran berharga: tidak semua pengetahuan dan kekuatan layak untuk dikejar, terutama jika taruhannya adalah jiwa dan kesucian hati.

Kini, aku memilih untuk berhenti mencari kekuatan mistis. Perjalanan ke istana Dajjal menjadi peringatan yang tak terlupakan bagiku. Meskipun rasa penasaran masih ada, aku sadar bahwa ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar. Kehidupan ini adalah perjalanan yang harus dijalani dengan bijak, tidak hanya dengan pengetahuan tetapi juga dengan kebijaksanaan dan hati yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun