Sebagai seorang pengembara yang haus akan ilmu pengetahuan dan kesaktian, aku selalu tertarik pada kisah-kisah mistis dan mistik. Setiap kali mendengar tentang seseorang dengan kemampuan luar biasa, aku akan melakukan perjalanan untuk belajar darinya. Perjalanan ini membawaku ke berbagai tempat aneh dan berbahaya, tetapi tiada yang seaneh perjalananku ke istana Dajjal.
Suatu hari, aku mendengar cerita tentang Dajjal, sosok misterius yang konon memiliki kekuatan luar biasa dan sering dikaitkan dengan akhir zaman. Kisah-kisah tentangnya beredar dari mulut ke mulut, dengan berbagai versi yang menakutkan dan menggoda rasa ingin tahuku. Dajjal dikatakan memiliki istana di dunia lain, tempat para roh tersesat dan tidak bisa kembali. Keingintahuanku mendorongku untuk mencari cara agar bisa menemui Dajjal dan mempelajari rahasia kekuatannya.
Aku mulai dengan mencari informasi dari para ahli spiritual, dukun, dan orang-orang sakti yang pernah mendengar atau bahkan mencoba berhubungan dengan Dajjal. Setelah beberapa bulan mencari, akhirnya aku mendapatkan petunjuk dari seorang dukun tua yang hidup di pedalaman. Dia memberiku mantra kuno dan peringatan keras: "Jangan mencari Dajjal jika kau tidak siap menghadapi kengerian yang tak terbayangkan."
Dengan tekad bulat, aku memulai ritual pemanggilan sesuai dengan petunjuk dukun tua itu. Dalam sekejap, aku merasakan tubuhku ditarik ke dalam dimensi lain. Aku berada di sebuah tempat yang gelap dan suram, dikelilingi oleh kabut tebal yang menyesakkan dada. Di kejauhan, kulihat bayangan istana megah yang tampak seperti tak tersentuh oleh waktu, berdiri megah di tengah kegelapan. Hatiku berdebar, tetapi aku maju dengan langkah mantap menuju istana itu.
Setibanya di gerbang istana, aku disambut oleh sosok-sosok bayangan yang tak terlihat wujudnya dengan jelas. Mereka mengiringiku masuk ke dalam istana, melewati lorong-lorong panjang yang dihiasi lukisan-lukisan menyeramkan. Setiap langkah yang kuambil, atmosfernya semakin berat, seolah-olah setiap inci ruang dipenuhi dengan energi gelap. Aku merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.
Di dalam istana, aku menemui berbagai makhluk aneh yang tampaknya menjadi penghuni tempat itu. Ada yang berbentuk manusia tetapi dengan mata menyala merah, ada juga yang seperti bayangan besar yang terus berputar di sekeliling ruangan. Mereka semua menatapku dengan tatapan tajam, seolah menunggu kesempatan untuk menerkamku. Meskipun takut, aku tetap berusaha tenang dan menjaga pikiranku fokus pada tujuanku: mencari Dajjal dan mempelajari rahasia kekuatannya.
Hari-hari berlalu tanpa terasa, dan aku masih terjebak dalam istana itu. Waktu seakan berhenti, dan aku tidak bisa merasakan apakah hari telah berganti malam atau sebaliknya. Aku bertemu dengan banyak makhluk aneh yang memberikan tantangan dan ujian. Ada yang menguji kesabaranku, ada yang mencoba menggoda dengan tawaran kekuatan dan kekayaan, sementara yang lainnya mencoba menakut-nakuti dengan berbagai kengerian. Semua itu kulalui dengan tekad kuat, berusaha tetap berpegang pada keyakinanku bahwa aku bisa menemukan rahasia kekuatan Dajjal.
Pada hari ketiga belas, saat aku merasa kelelahan dan hampir kehilangan harapan, aku akhirnya dibawa ke hadapan Dajjal. Dia berdiri di atas takhta megah, dikelilingi oleh cahaya gelap yang memancar dari tubuhnya. Wajahnya tampak mengerikan dengan satu mata yang berkilat-kilat, sementara yang lainnya tertutup. Suaranya bergema di seluruh ruangan saat dia berbicara.
"Kenapa kau datang ke sini, wahai pengembara yang berani?" tanya Dajjal dengan suara berat.
Dengan penuh keberanian, aku menjawab, "Aku datang untuk mencari pengetahuan dan kekuatan. Aku ingin tahu rahasia kekuatanmu, Dajjal."