Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Suci

28 Juli 2024   12:35 Diperbarui: 28 Juli 2024   12:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gambarsiluet.blogspot.com

Aku duduk di sudut ruangan gelap itu, tubuhku gemetar dan keringat dingin mengalir deras di wajahku. Rasa kecanduan yang mendera seolah tak kenal ampun, menggerogoti setiap inci dari kekuatanku. Aku merasa hancur, terperangkap dalam lingkaran setan yang seolah tak berujung.

Di tengah kegelapan dan keputusasaan itu, muncul sosok yang tak pernah kusangka akan hadir dalam hidupku. Namanya adalah Maya. Dia adalah teman sekelasku di universitas, seseorang yang selama ini hanya kutahu dari kejauhan. Namun, entah bagaimana, dia bisa melihat ketidakberesan dalam diriku dan memutuskan untuk membantuku.

Hari pertama Maya datang ke apartemenku, aku merasa malu dan tak berdaya. Aku takut dia akan menilai dan meninggalkanku. Namun, alih-alih pergi, Maya duduk di sampingku, memegang tanganku dengan lembut. "Aku di sini untukmu," katanya dengan suara yang penuh kehangatan. "Kamu tidak sendiri dalam menghadapi ini."

Kata-kata Maya seperti secercah cahaya di tengah kegelapan. Dia mulai mengunjungiku secara rutin, membawakan makanan sehat dan berbicara denganku tentang berbagai hal. Maya membantuku melewati hari-hari terberat, memberikan semangat saat aku merasa ingin menyerah.

Setiap kali aku merasa cemas dan stres, Maya selalu tahu cara untuk menenangkanku. Dia akan mengajakku berjalan-jalan di taman, atau mengajakku berbicara tentang mimpi dan harapan masa depan. Dia selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, tak pernah sekalipun membuatku merasa remeh atau tak berarti.

Suatu hari, aku mengalami krisis yang membuatku hampir putus asa. Aku baru saja kehilangan pekerjaan karena ketidakmampuanku untuk fokus dan menjaga komitmen. Aku merasa seolah semua usahaku sia-sia dan tak ada harapan lagi. Namun, seperti biasa, Maya ada di sana untukku.

"Kamu harus percaya pada dirimu sendiri," kata Maya dengan mata yang bersinar penuh keyakinan. "Aku percaya padamu. Kamu bisa melewati ini. Kita akan mencari cara bersama-sama."

Kata-kata Maya menggerakkan sesuatu dalam diriku. Perlahan tapi pasti, aku mulai bangkit kembali. Dengan dorongan Maya, aku mencari bantuan profesional dan menjalani program rehabilitasi. Setiap langkah kecil yang kuambil terasa seperti kemenangan besar berkat dukungan tak henti dari Maya.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa lebih kuat dan lebih mampu mengendalikan hidupku. Maya tetap di sampingku, memberikan semangat dan dorongan setiap kali aku merasa goyah. Kedekatan kami semakin dalam, dan aku mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.

Suatu malam, saat kami duduk di bangku taman, aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku. "Maya," kataku dengan suara bergetar. "Aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah kamu lakukan. Kamu tidak hanya menyelamatkan hidupku, tetapi juga membuatku merasa hidup kembali. Aku... aku mencintaimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun